nusabali

Jalan-jalan Sambil Beramal ala Socio Travelling

  • www.nusabali.com-jalan-jalan-sambil-beramal-ala-socio-travelling

Sebuah komunitas yang menamai dirinya Socio Travelling memiliki kegiatan unik yang tidak hanya sekedar jalan-jalan, melainkan sambil berderma untuk kaum yang membutuhkan.

DENPASAR, NusaBali
Berkaca dari gempa besar yang menimpa Lombok pada Agustus 2018, komunitas yang berdiri pada 8 September 2018 membuat gerakan untuk ‘berplesir’ sambil berkegiatan sosial untuk menghapus luka para korban pasca bencana.

Dibandingkan jalan-jalan dan berswafoto semata, komunitas yang berbasis di Jimbaran, Badung, ini memilih untuk melakukan hal tambahan, seperti membantu korban gempa bumi di Lombok, dalam bentuk pendampingan untuk anak-anak pasca terjadi bencana. Selain itu, komunitas tersebut juga menggalang dana dari penjualan benda bekas layak pakai untuk hasilnya didonasikan pada korban bencana. Penjualan barang bekas berkualitas dilakukan sebulan sekali di Car Free Day Renon. Dari hasil penjualan, ternyata dana terkumpul hingga Rp 30 juta dari target Rp 5 juta.

“Socio Travelling tadinya idenya adalah sebuah gerakan yang mana kita menjadi better traveller. Jadi, kegiatan utama kita adalah jalan-jalan sambil berkegiatan sosial,” ujar Sofyan Hadi, selaku pendiri Socio Travelling saat ditemui di sebuah café kawasan Denpasar, baru-baru ini.


Selain korban gempa di Lombok, Socio Travelling juga sempat mengirim bantuan ke Papua, Palu, dan Flores dalam bentuk dana. Tidak hanya peduli dengan sesama manusia, beberapa waktu lalu komunitas tersebut juga melakukan kegiatan Earth Hour Camping di Pantai Muaya, Jimbaran, Badung, yang menandakan kepedulian mereka terhadap lingkungan. Selain berkemah, mereka juga sempat melakukan aksi bersih-bersih pantai di Pantai Nyang-Nyang, di Pecatu, Badung.

“Jadi, setelah kita trauma healing mereka dan menyerahkan bantuan dana. Kita bantu promosikan tempat wisata mereka yang mulai jarang didatangi wisatawan. Mempromosikan hal yang kita bisa aja, seperti destinasi juga makanan,” sambung pria asal Malang, Jawa Timur, itu.



Saat ini, jumlah anggota Komunitas Socio Travelling mencapai puluhan orang yang berasal dari kalangan profesional muda yang bekerja di industri dan pariwisata, para pekerja dewasa, hingga anak kuliahan. Umur para anggotanya berkisar dari 20 hingga 40-an tahun. Orang-orang yang mempunyai kepedulian sosial dikumpulkan menjadi 1 wadah, yang bernama Socio Travelling. Komunitas ini pun ingin berkeliling Indonesia sambil melakukan hal baik yang bisa dilakukan.

“Socio Travelling memiliki slogan yakni ‘People, Place, then Picture’ yang dimaksudkan untuk memperdulikan orang-orang dan tempat terlebih dahulu dibandingkan dengan hanya sekedar bersenang-senang dan berswafoto saat jalan-jalan,” tambah Cahyo, selaku Co-Founder Socio Travelling.

Yang membedakan Socio Travelling dengan komunitas-komunitas lainnya yang bergerak di bidang yang sama adalah mereka tidak memiliki sponsor dari perusahaan-perusahaan besar, melainkan mengumpulkan dana sendiri yang nantinya akan disalurkan pada yang membutuhkan. Selain menjual barang bekas layak pakai, mereka juga menjual produk-produk retail yang didesain sendiri, seperti botol minum ramah lingkungan dan baju kaos. Selain itu, komunitas tersebut juga ingin membuat Socio Radio yang berbasis radio online untuk menyampaikan pesan-pesan positif yang berkaitan dengan hidup sehat, motivasi, dan inspirasi untuk orang-orang. *cr41

Komentar