nusabali

Minim Referensi Gambar, Habiskan 150 Batang Bambu

  • www.nusabali.com-minim-referensi-gambar-habiskan-150-batang-bambu

Yang paling rumit adalah tekstur wajah yang harus detail dan benar-benar sempurna sesuai dengan karakter asli Sang Raja, Anak Agung Agung Anglurah Ktut Karangasem.

Seniman Gianyar Garap Patung Berbahan Bambu Figur Raja Karangasem


GIANYAR, NusaBali
Setelah sukses menciptakan patung anyaman wajah penari Rejang berbahan 16.000 batang lidi, kini kreator anyaman I Gusti Ngurah Dalem Ramadi dan kawan-kawan asal Desa Manukaya Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar kembali ciptakan karya fenomenal. Pemuda kelahiran 21 Juli 1995 ini dipercaya membuat patung anyaman bambu dengan figur Raja Karangasem yaitu Anak Agung Agung Anglurah Ktut Karangasem. Patung figur Raja Karangasem itu dipesan untuk dijadikan ikon HUT ke–379 Amlapura, ibukota Kabupaten Karangasem yang jatuh pada 22 Juni mendatang.

Patung anyaman ini telah rampung dan siap dikirim ke Kabupaten Karangasem, Sabtu (15/6) malam. Ikon patung Raja Karangasem dipilih sebagai wahana edukasi sejarah. Terutama untuk generasi muda Karangasem. “Patung anyaman bambu ini dipesan untuk dijadikan ikon HUT ke–379 Amlapura,” kata I Gusti Ngurah Dalem Ramadi yang akrab disapa Ngurah Ram, ini di sela-sela finishing karyanya, kemarin.

“Tujuan dibuatnya patung ini untuk mengenang dan memberi penghormatan terhadap sosok Raja Karangasem yang dikenal sangat bijaksana dan penuh tanggung jawab,” imbuhnya.

Patung ini menggunakan 100 persen bambu. Total menghabiskan 150 batang bambu yang dipilah, diolah sedemikian rupa. “Saya kerjakan patung anyaman ini bersama 10 teman. Memakan waktu sekitar 1,5 bulan,” ujar Ngurah Ram.

Diakui, proses pembuatan patung anyaman ini cukup rumit. Mulai dari pemotongan bambu, nyebit, ngangsud, hingga siap dianyam. “Yang rumit adalah penyesuaian rangka dan bentuk anyaman. Terutama bagian tubuh dan wajah harus benar-benar sempurna,” ungkapnya.

Tingkat kesulitan lain diakuinya saat membuat lekukan atau tekstur wajah yang harus detail sesuai dengan karakter asli Sang Raja.

Sementara di sisi lain, sumber referensi untuk membuat patung anyaman ini sangat minim. Hanya mengandalkan sumber foto yang kualitasnya terbatas. “Kami minim referensi gambar, tapi terus berusaha semaksimal mungkin menghasilkan karakter yang mirip aslinya,” tandasnya.

Kini patung ini telah rampung dengan ukuran tinggi 2,5 meter dan lebar 4 meter. “Kami rasa ini karya hebat, karena bisa diselesaikan dalam waktu singkat, sekitar 1,5 bulan,” tuturnya.

Anak Agung Agung Anglurah Ktut Karangasem yang sebelumnya bernama I Gusti Bagus Jelantik dinobatkan jadi Raja Karangasem XVI, memerintah pada 1908–1941, tepatnya mabiseka pada 28 Desember 1908, menggantikan Raja Karangasem XV I Gusti Gde Jelantik.

Raja Karangasem ini dikenal sebagai seniman, terutama bidang undagi (ahli bangunan). Selama kepemimpinannya mendirikan Taman Sukasada Ujung tahun 1919, rampung tahun 1921, diresmikan pada 6 Agustus 1937. Lokasinya di Banjar Ujung Pesisi, Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem.

Juga mendirikan Objek Wisata Tirta Gangga di Banjar Tanah Lengis, Desa Ababi, Kecamatan Abang.

Sebelumnya, Ngurah Ram dan kawan-kawan juga membuat patung fenomenal sebagai ikon Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring yang dipusatkan di areal Pura Tirta Empul, Tampaksiring. Patung ini dipajang di areal pura, tepatnya di sebelah barat wantilan di Madya Mandala Pura Tirta Empul. Patung raksasa berukuran panjang 5 meter dan lebar 3 meter ini pun jadi daya tarik tersendiri. Wisatawan yang berkunjung rebutan agar dapat berfoto dengan latar belakang patung anyaman lidi ini.

Ngurah Ram merampungkan karya ciptanya ini selama 20 hari sejak 11 November sampai 1 Desember 2018. Patung wajah penari Rejang ini pun ketika dihitung menghabiskan sekitar 16.000 batang lidi janur yang sudah kering. Dihitung dari jumlah sapu lidi yang dihabiskan, yakni sebanyak 80 ikat masing-masing terdiri dari 200 batang lidi. Untuk membuat patung wajah penari Rejang, Ngurah Ram mengumpulkan lidi janur kering dengan membeli di pasar.

Mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini mengaku dibantu sekitar 15 pemuda anggota Karang Taruna Desa Manukaya untuk menggarap patung wajah penari Rejang berbahan anyaman lidi tersebut. Menurut Ngurah Ram, ide awal pembuatan patung wajah berbahan anyaman lidi ini bermula dari permintaan Karang Taruna Desa Manukaya, agar dirinya membuat sebuah karya seni instalasi dengan tema ‘Tirta Amerta Mahotama’. Ngurah Ram kemudian teringat akan sosok perempuan Bali yang lemah lembut, hingga tercetuslah ide membuat patung wajah penari Rejang tersebut. “Penarinya perempuan sebagai simbol kesuburan, lemah lembut bagai air,” jelas mahasiswa yang aktif melukis sekaligus jadi pemahat patung ini.

Sementara, lidi dipilih sebagai bahan patung wajah, karena mengandung filosofi mendalam, yakni persatuan dan kesatuan. “Filosofi lidi, ia akan kuat jika bersatu,” tandas Ngurah Ram.

Patung wajah penari Rejang berbahan anyaman lidi karya Ngurah Ram ini merupakan patung anyaman berukuran besar kedua yang pernah dibuat pemuda Tampaksiring. Sebelumnya, karya serupa berupa wajah penari Baris dari anyaman lidi juga sempat dibuat oleh I Gusti Arya Udianata cs, kelompok pemuda di Banjar Kelodan, Desa/Kecamatan Tampaksiring, September 2018 lalu.

Patung wajah penari Baris berbahan anyaman lidi karya I Gusti Arya Udianata cs kala itu berukuran tinggi 6,5 meter dengan lebar 8,5 meter. Patung tersebut dibuat sangat detail dan rapi, diciptakan sebagai ikon acara musik Soundrenaline di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Bukit Ungasan, Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, September 2018. *nvi, k16

Komentar