nusabali

Prananda Prabowo, Tokoh di Balik Kemenangan Jokowi dan PDIP di Bali

  • www.nusabali.com-prananda-prabowo-tokoh-di-balik-kemenangan-jokowi-dan-pdip-di-bali

Pilpres dan Pileg 2019 menorehkan sejarah manis bagi PDIP Bali.

DENPASAR, NusaBali

Dalam Pileg, PDIP Bali menang telak dengan selisih hampir satu juta suara dibandingkan Partai Golkar yang berada di posisi kedua. Kemenangan telak itu memastikan PDIP Bali mengunci 6 dari 9 kursi DPR RI di Senayan, naik dua kursi dibandingkan Pileg 2014.

Kemenangan itu makin manis karena PDIP merebut posisi mayoritas di semua DPRD di sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali, termasuk di Klungkung dan Karangasem. Dua daerah itu sebelumnya adalah kandang Gerindra dan Golkar. Dalam Pileg 2019, Bali kembali ‘metal’ (merah total).

Kemenangan dalam Pileg itu kemudian disempurnakan oleh perolehan suara dalam Pilpres. Pasangan 01 Joko Widodo–Ma’aruf Amin yang diusung PDIP mendulang 91,68 persen suara di Bali. Prosentase perolehan suara fantastis itu merupakan yang tertinggi dari semua provinsi di Indonesia.

Hal itu tidak lepas dari kerja keras kader-kader PDIP di bawah komando Ketua DPD PDIP Bali Wayan Koster. Mantan legislator DPR RI yang kini menjabat Gubernur Bali itu sedari awal sudah bergerak cepat melakukan konsolidasi ke akar rumput.

Slogan ‘Satu Jalur, Satu Komando’ yang digaungkan Koster dan elite-elite PDIP Bali yang secara psikologis berhasil mengikat dan meneguhkan soliditas para kader. Slogan itu mengingatkan bahwa keberhasilan dalam menjadikan kader PDIP sebagai presiden, gubernur, bupati, dan kekuatan mayoritas di legislatif akan menciptakan satu jalur pemerintahan yang efektif.

Kemenangan telak PDIP Bali ini tak membuat Koster dan para kadernya besar kepala ataupun jumawa. Bahkan politisi kelahiran Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini dengan rendah hati mengakui bahwa makin besarnya pengaruh PDIP di Bali sangat banyak dipengaruhi oleh peran seorang tokoh muda PDIP.

“Kemenangan besar ini bukanlah hasil sebuah kerja instan. Butuh kerja keras bertahun-tahun untuk membangun soliditas dan loyalitas para kader. Dan selama tahun-tahun kerja keras itu PDIP Bali beruntung karena ada Mas Nanan yang selalu mendampingi kita,” ujarnya.

Mas Nanan yang disebut Koster itu adalah Prananda Prabowo, putra Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dan cucu Proklamator Ir Soekarno. Prananda saat ini menjabat sebagai Ketua DPP PDIP Bidang Ekonomi Kreatif.

Di luar jajaran kader PDIP, tak banyak yang mengenal sosok Prananda Prabowo. Lelaki yang kerap dipanggil Mas Prana atau Mas Nanan ini memang pribadi yang pendiam dan tidak suka publikasi. Nanan memilih bekerja dalam hening, berkeliling ke berbagai kota di Indonesia untuk merawat ‘pohon’ ideologis Marhaen partai yang benihnya dulu disemai oleh sang Kakek.

Di kalangan kader PDIP, Nanan adalah sosok yang tak hanya dihormati tetapi juga disayangi. Pengetahuannya yang mendalam tentang ajaran dan pidato-pidato Bung Karno membuatnya menjadi mata air rujukan bagi para pemikir PDIP, termasuk Ibunda-nya sendiri. Nanan adalah ‘sparring partner’ diskusi bagi Megawati Soekarnoputri, sekaligus penulis utama pidato-pidato sang Ketua Umum.

“Pengetahuannya luas. Kalau di depan Mas Nanan itu para kader kerap terkagum-kagum karena beliau mampu menguraikan topik itu dengan rinci dan detil,” tutur Koster sambil tertawa.

Meski memiliki pengetahuan yang mendalam, Nanan dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan santun, apalagi saat berjumpa dengan kader-kader senior yang setia mendampingi Megawati saat PDIP melewati masa-masa sulit di zaman Orde Baru.

“Mas Nanan itu pribadi yang rendah hati, hormat pada yang tua, serta hangat pada yang muda. Hal inilah yang membuat Mas Nanan menjadi figur yang dihormati sekaligus disayangi oleh para kader PDIP,” ujar Agus Mahayastra, Ketua DPC PDI Perjuangan Gianyar dan Bupati Gianyar.

Kombinasi rasa hormat dan rasa sayang yang ditunjukkan para kader inilah yang membuat Nanan menempati posisi istimewa dalam transformasi PDIP menjadi partai terbesar di Indonesia. Kehadirannya di tengah-tengah para kader akar rumput tidak pernah dimaknai sebagai kehadiran otoritatif ‘pejabat’ DPP di daerah, melainkan sebagai kehadiran bersahaja seorang kakak ideologis.

Bali merupakan salah satu tempat yang paling sering merasakan kehadiran kakak ideologis itu. Nanan memang menempatkan Bali sebagai sebuah tempat yang istimewa. Tidak hanya karena Bali adalah tanah kelahiran nenek buyutnya, tetapi juga karena sejarah panjang kesetiaan Bali pada ideologi nasionalis yang diusung kakek dan ibunda-nya.

Bali, dalam perspektif Nanan, adalah ‘laboratorium’ ideologis PDIP, tempat di mana keberpihakan PDIP pada wong cilik dan Tri Sakti —Berdaulat di Bidang Politik, Berdikari di Bidang Ekonomi, Berkepribadian di Bidang Kebudayaan— dimanifestasikan dalam berbagai kebijakan publik oleh kader-kader PDIP yang menjadi anggota dewan maupun kepala daerah.

“Mas Nanan sangat paham dan perhatian tentang Bali dan kehadirannya selalu ditunggu-tunggu para kader,” kata Sekretaris DPD PDI Perjuangan Bali dan Wakil Walikota Denpasar IGN Jayanegara.

Tidak heran kalau kemudian Nanan kerap hilir-mudik ke Bali, bahkan jauh sebelum Pileg dan Pilpres 2019 memasuki masa pemanasan. Koster mengungkapkan bahwa Nanan mulai intens mengunjungi Bali pada 2014.

Kunjungan-kunjungan itu diisinya dengan diskusi bersama para kader, baik para kader yang menempati posisi strategis dan mereka yang berada di akar rumput. Pertemuan-pertemuan ini lah yang berperan penting dalam meningkatkan soliditas dan loyalitas para kader. Di sisi yang lain, kunjungan-kunjungan itu juga memperkuat keyakinan Nanan akan kemampuan para kader di Bali serta peran penting pulau ini bagi masa depan PDIP.

Keyakinan Nanan pada Bali ini bermuara pada keputusan DPP PDIP untuk memilih pulau ini sebagai tempat pelaksanaan Kongres IV PDIP pada 2015. Nanan juga berperan dalam keputusan untuk menunjuk putra Bali sebagai Ketua Panitia Pelaksana Kongres.

“Biasanya Ketua Panpel itu diambil dari salah satu Ketua DPP, ini tumben orang daerah yang ditunjuk. Mas Nanan meminta saya sebagai Ketua Panitia Pelaksana,” ujar Koster.

Meski lumayan terkejut dengan penunjukkan itu, Koster menganggapnya sebagai sebuah kehormatan. Tampaknya, secara diam-diam Nanan juga sedang menguji kemampuan Koster, yang baru sebulan menduduki posisi Ketua DPD PDIP Bali.

Kongres berlangsung sukses, Koster lulus ‘ujian’ dan prestasi inilah yang kemudian mendorong Nanan untuk mempersiapkan Koster bagi tanggung jawab yang lebih berat: Gubernur Bali.

Tiga tahun kemudian, Koster memenangi Pilgub Bali dengan perolehan 57,68 persen. Koster unggul di enam kabupaten yang memang secara tradisional dikenal sebagai basis PDIP. Kemenangan Koster di enam kabupaten itu menunjukkan jejak-jejak kerja hening di belakang layar Nanan.

“Kemenangan PDIP Bali dalam Pilgub 2018, Pileg dan Pilpres 2019 tidak lepas dari sosok Mas Nanan dan dedikasinya pada partai dan para kader di Bali. Mas Nanan adalah tokoh kunci di balik kemenangan kita,” tegas Koster.

Kerja keras Nanan selama lima tahun belakangan ini dalam ‘merawat’ loyalitas para kader di Bali kini telah berbuah manis. Tampaknya sudah tiba waktunya bagi masyarakat untuk lebih mengenal sosok pendiam yang selama ini kerap disebut di internal PDIP sebagai ‘the man behind the door’ (lelaki di balik layar). *

Komentar