nusabali

Kucuran dari APBN Dikurangi

  • www.nusabali.com-kucuran-dari-apbn-dikurangi

Beberapa terobosan telah dilakukan oleh RSUP Sanglah. Salah satunya program transplantasi ginjal yang dilakukan dengan sukses

RSUP Sanglah Diharapkan Mandiri Kelola Biaya Operasional


DENPASAR, NusaBali
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar sebagai rumah sakit vertikal milik Kementerian Kesehatan disebut akan mengalami pengurangan kucuran dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). RSUP Sanglah yang berstatus Badan Layanan Umum (BLU) dimungkinkan untuk mengelola biaya-biaya operasional, termasuk yang bersumber dari masyarakat.

“Bukannya tidak dibiaya lagi oleh APBN. Tetap ada pembiayaan, namun karena sudah berstatus BLU, rumah sakit diberikan kelonggaran untuk mengelola biaya-biaya operasional, termasuk untuk mendapatkan biaya-biaya yang memang berasal dari masyarakat. Artinya, belanja modal, gaji, masih tetap didrop. Tapi rumah sakit yang berstatus BLU juga diizinkan untuk melihat peluang pasar dengan melakukan terobosan-terobosan,” ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, Drg Oscar Primadi MPH, saat menjadi keynote speaker seminar ‘Menuju Kemandirian Rumah Sakit Secara Finansial’ di RSUP Sanglah, Kamis (13/6).

Dia melihat, beberapa terobosan telah dilakukan oleh RSUP Sanglah. Salah satunya program transplantasi ginjal yang dilakukan dengan sukses. Terobosan ini, kata dia, yang diharapkan terus dikembangkan sehingga bisa membantu rumah sakit mandiri secara finansial. “Bahkan saya dengar dari Pak Dirut, nanti akan ada program di bidang kesehatan kornea, dan lain-lain. Dengan adanya status BLU, kita berharap rumah sakit bisa mengupayakan kemandirian finansialnya. BLU bukan ‘swastanisasi’, tapi merupakan bagian dari upaya memberdayakan dan memberikan keluwesan rumah sakit dalam pembiayaan operasionalnya,” terang drg Oscar.

Dia menambahkan, semua rumah sakit vertikal (di bawah Kementerian Kesehatan) sudah berstatus BLU. Sejauh ini, kata dia, beberapa rumah sakit di Pulau Jawa termasuk RSUP Sanglah sudah mulai menapak ke arah perbaikan-perbaikan serta inovasi. Menurutnya, sejumlah tantangan harus diatasi oleh masing-masing rumah sakit seperti teknologi dan era digitalisasi, perubahan persaingan, termasuk kemampuan melihat peluang pasar. “Saya berharap RSUP Sanglah bisa menjadi model,” imbuhnya.

Sementara Direktur Utama (Dirut) RSUP Sanglah, dr I Wayan Sudana MKes menjelaskan, RSUP Sanglah sudah memulai. Pertama, pihaknya terus melakukan upaya-upaya menjaga dan meningkatkan cash ratio, sehingga kemampuan untuk mandiri semakin meningkat. Kemudian, upaya memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal, baik sumber daya manusia, sumber daya sarana prasarana. Selain itu, kejelian memanfaatkan perkembangan teknologi dan menangkap peluang pasar.

“Salah satunya, indikator keuangan RSUP Sanglah, dimana sebelumnya cash ratio terlihat masih merah, sekarang sudah kita tinggalkan merah tersebut. Kalau cash ratio merah itu artinya pengeluaran lebih besar dari pendapatan, cash kita lebih kecil dari hutang. Sekarang sudah terbalik. Cash yang kita miliki lebih besar dari hutang yang ada,” jelas Dirut Sudana.

Dia menambahkan, pendapatan RSUP Sanglah sendiri tahun lalu mencapai Rp 609 miliar. Pihaknya optimis tahun ini bisa menghasilkan pendapatan sebesar RP 614 miliar. Dengan optimalisasi SDM dan sarana prasarana, serta pengembangan layanan baru akan terus dilakukan inovasi. Salah satunya program layanan transplantasi ginjal. Selain itu, juga akan dikembangkan program layanan baru yakni transplantasi kornea.

“Inipun kita belum bicara soal optimalisasi peralatan dan sumber daya manusia. Apalagi beberapa modal, seperti KSO (kerjasama operasional) sudah mulai kita kurangi. Kita ganti dengan modal kita sendiri. Sehingga pendapatan bisa masuk ke rumah sakit,” tandasnya. *ind

Komentar