nusabali

Rawan Longsor, 100 Ha Lahan Dikembalikan Jadi Kebun Kopi

  • www.nusabali.com-rawan-longsor-100-ha-lahan-dikembalikan-jadi-kebun-kopi

Perbaikan kawasan pertanian di daerah puncak, Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Buleleng, dan sekitarnya, terus dilakukan Pemkab Buleleng.

SINGARAJA, NusaBali

Langkah ini menyusul bencana tanah longsor dan banjir yang terjadi lima tahun belakangan ini di sekitar lokasi. Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng melalui dengan bantuan dana pusat secara bertahap mengembalikan lahan pertanian menjadi kebun kopi, untuk menyangga tanah lebih kuat. Sedikitnya 100 hektare lahan pertanian bunga dan sayuran petani setempat akan kembali di tanami pohon kopi.

Plt Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng I Made Sumiarta, ditemui di ruangannya, Kamis (13/6), mengatakan hal tersebut. Pengembalian lahan kopi itu akan dilakukan dengan pemberian bantuan bibit berupa kopi Arabica kepada kelompk tani setempat. “Tahun ini memang kami canangkan di daerah rawan erosi yakni kawasan Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada dan di Banjar Dinas Tamblingan, Desa Munduk, Kecamatan Banjar,” kata Sumiarta.

Selain bantuan bibit, dinas ini juga terus menggenjot sosialiasi penanaman kopi di wilayah atas dari hulu sampai hilir, sebagai tanaman penyangga daerah rawan erosi. Jika petani bersedia, mereka pun disebut akan mendapatkan keuntungan berupa modal awla pembelian bibit kopi Arabica yang nilainya cukup tinggi. “Setelah ditanaman nanti 3 - 4 tahun ke depan sudah bisa menghasilkan. Kami juga edukasi petani soal jenis tanaman sela yang bisa ditanam untuk bisa menopang erosi dan kami tidak menganjurkan penanaman bunga pecah seribu,” imbuh dia.

Ribuan bibit pohon kopi Arabica akan direalisasikan paling lambat November-Desember 2019, karena masih menunggu musim penghujan sebagai awal penanaman pohon kopi. Sumiarta memilih varietas kopi Arabica karena wilayah Wanagiri dan Tamblingan memenuhi persyaratan penanaman kopi Arabica yang memerlukan lahan dengan ketinggian di atas 800 meter di atas permukaan air laut. Pemilihan varietas kopi ini sebagai pengembangan tanaman kopi di Buleleng karena belum dikembangkan banyak oleh masyarakat. Padahal harga dan peluang pasarnya sangat tinggi.

Sejauh ini pembudidayaan tanaman kopi jenis Arabica baru seluas 2.834 hektare, tersebar di sejumlah desa Kecamatan Banjar, Sawan, Tejakula, Sukasada, dan Kubutambahan. Komuditas unggulan kopi Buleleng saat ini masih didominasi oleh kopi jenis Robusta, yang luasan lahannya mencapai 10.614 hektare tersebar di sembilan kecamatan di Buleleng.

Kopi produksi Buleleng sejauh ini cukup terkenal dan banyak diburu oleh masyarakat di lokal Bali hingga Jawa. Bahkan beberapa merk kopi terkenal di Buleleng juga pemasarannya sudah menyebar ke sejumlah daerah. Dengan potensi hasil produksi kopi di Buleleng, Dinas Pertanian, jelas Sumiarta, terus mendorong petani untuk memaksimalkan hasil produksinya, selain menjaga dan merawat tanaman kopi juga mencoba penjual dalam bentuk olahan untuk meningkatkan nilai jual. Termasuk membaca peluang membuka kopi shop atau tempat ngopi yang sedang digandrungi generasi milenial saat ini.*k23

Komentar