nusabali

Wisman Rusia Pasar Potensial Pariwisata Bali

  • www.nusabali.com-wisman-rusia-pasar-potensial-pariwisata-bali

Bali memang menjadi salah satu tujuan wisata favorit wisatawan Rusia.

DENPASAR, NusaBali

Dalam sepekan, tidak kurang 3.000-4.000 turis Rusia berlibur ke Pulau Dewata. Dari jumlah tersebut separohnya atau 50 persen  segmen manula, usia 50 tahun keatas. Setengahnya lagi, usia muda, usia 50 tahun kebawah.

Dengan penduduk sekitar 160 juta, Rusia dinilai potensial sebagai pasar ‘besar’ industri pariwisata Bali.

Hal tersebut disampaikan kalangan praktisi pariwisata terkait langsung wisatawan Rusia. “Sebagaimana wisatawan Eropa pada umumnya, orang Rusia usia lanjut juga suka bepergian,” ujar Wakil Ketua Divisi Bahasa Rusia HPI Bali I Gusti Ngurah Tedun, Rabu (12/6).

Dijelaskan, selain penerbangan langsung Denpasar- Moskow, dua kali sepekan, wisatawan Rusia yang berlibur ke Bali, berasal dari sejumlah bandara di dunia. Diantaranya Doha, Qatar, Bangkok, Singapura dan China.

Masa tinggal (lengt of stay) wisman Rusia, juga terbilang cukup lama. Rata-rata 12 hari. Hal itu disebabkan, karena penerbangan mereka menuju Bali juga cukup lama, sekitar 12 jam dengan penerbangan langsung. Atau bisa 17 jam, jika lewat transit di bandara lain, seperti dari Doha , Qatar.

Karena itulah, kata I Gusti Ngurah Tedun, mereka cukup lama berlibur di Bali. Walau belakangan, kualitas wisatawan Rusia ke Bali mengalami penurunan. “Diantaranya daya beli berkurang,” ujarnya.

Sayangnya, jumlah pemandu Bahasa Rusia, maksudnya pramuwisata yang resmi, relatif terbatas. Jumlah pemandu berbahasa Rusia atau yang lumrah disebut Gidy Bali, hanya 119 orang.

“Ada orang yang bisa berbahasa Rusia, namun belum tentu bisa menjelaskan Bali dengan keunikan budayanya,” ujar I Gusti Ngurah Tedun.

Itulah, lanjutnya salah satu kendala terkait pasar wisman Rusia di Bali. Malah, kata I Gusti  Ngurah Tedun, ada indikasi oknum warga Rusia yang melakukan praktik guiding di Bali.

“Mereka menggunakan visa holiday, terindikasi memandu,” ujarnya. Kesimpulan tersebut, kata I Gusti Ngurah Tedun, berdasarkan temuan di lapangan. “Mereka menjelaskan objek. Kita tahu, karena paham bahasa Rusia,” tambahnya. *K17

Komentar