nusabali

Be Julit di Parit Depan Pura Ulun Suwi Diyakini Duwe

  • www.nusabali.com-be-julit-di-parit-depan-pura-ulun-suwi-diyakini-duwe

Bangkai dua ekor Be Julit di tepi Tukad Bangka kawasan Banjar Perangsada, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar ditemukan berdampingan dengan mayat pemancing asal Tasikmalaya, Suhikmat

Misteri Munculnya Be Julit Dua Kali Secara Beruntun di Kawasan Gianyar


GIANYAR, NusaBali
Peristiwa mistis kemunculan Be Julit (belut ukuran besar) terjadi dua kali secara beruntun di wilayah Kabupaten Gianyar. Pertama, dua ekor Be Julit dalam keadaan mati ditemukan bersamaan dengan temuan mayat seorang pemancing, Suhikmat, di tepi Tukad Bangka kaswasan Banjar Perangsada, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Selasa (4/6) sore pukul 16.00 Wita. Keesokan harinya, Rabu (5/6), kembali ditemukan Be Julit di saluran irigasi depan Pura Ulun Suwi Subak Ujung, Banjar Lantangidung, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati. Be Julit di depan Pura Ulun Suwi ini dipercaya sebagai duwe (ancangan Ida Batara).

Peristiwa temuan Be Julit ini disebut sarat muatan mistis, karena beberapa alasan. Khusus yang di tepi Tukad Bangka kawsasan Banjar Perangsada, Desa Pering, Be Julit ditemukan saat rahina Anggara Kliwon Kulantir. Sedangkan yang ditemukan di Desa Sebatu, Be Julit ditemukan terejebak di parit yang sempit. Be Julit yang diyakini duwe di parit depan Pura Ulun Suwi Subak Ujung ini panjangnya mencapai 1,5 meter, dengan berat 10 kilogram.

Bendesa Adat Perangsada, Jro Mangku Karma, mengakui lokasi temuan Be Julit dan mayat pemancing di tepi Tukad Bangka dikenal angker. "Lokasi temuan mayat dan dua ekor Be Julit yang sudah mati itu, diapit oleh dua setra yakni Setra Perangsada dan Setra Tojan. Julukan Tukad Bangka itu juga terkesan mistis, di mana bangka berarti mati," ungkap Jro Mangku Karma saat ditemui NusaBali di kediamannya, Jumat (7/6).

Sepengetahuan Jro Mangku Karma, korban tewas yang mayatnya ditemukan bersama bankai dua ekor Be Julit, yakni Suhikmat, 57, adalah warga asal Tasikmalaya yang tinggal di Lingkungan Candi Baru, Kelurahan Gianyar. Korban Suhikmat memang sering memancing di Tukad Bangka, untuk mendapatkan Be Julit. Bukan hanya korban Syhikmat, namun banyak warga lainnya yang suka mancing di Be Julit di kawasan Tukad Bangka. "Sepanjang Tukad Bangka mencapai 2 kilometer, yang dicari memang Be Julit," katra Jro Mangku Karma.

Menurut Jro Mangku Karma, orang umumnya memancing di Tukad Bangka dengan menggunakan pales. Namun, korban Suhikmat justru memancing pakai patok. "Suhikmat itu kok tumben pakai patok," katanya.

Jro Mangku Karma mengatakan, memancing dengan cara dipatok itu berbahaya, karena lebih lama menyiksa ikan, khususnya Be Julit. "Kalau pakai pales, sekali kena kan pancing langsung diangkat. Nah, kalau pakai patok, bisa kena hari ini baru dicek keesokan harinya. Jadi, seharian itu ikan tersiksa dan menggelepar hingga akhirnya mati," ungkapnya.

Meski demikian, Jro Mangku Karma enggan mengaitkan misteri Be Julit ini de-ngan kematian Suhikmat. Terlebih saat kejadian, minim saksi mata. "Apakah karena Be Julit itu dia meninggal, kami tidak tahu. Yang jelas, warga melihat pemancing asal Tasikmalaya itu sudah kaku jadi mayat. Perkiraannya, sudah meninggal beberapa jam sebelum ditemukan," jelas Jro Mangku Karma.

Pasca temuan mayat berikut dua ekor bangkai Be Julit itu, menurut Jro Mangku Karma, lokasi TKP jadi sepi. Pemancing enggan datang ke sana. "Warga nampaknya masih trauma, sehingga tidak ada lagi yang berani memancing di sana pasca kejadian," katanya. “Kami berencana menggelar menggelar upacara pecaruan sebagai upaya pembersihan secara niskala. Upacara tersebut masih nunggu petunjuk sulinggih."

Sementara, mayat korban Suhikmat sudah langsung dikirim ke RSUD Sanjiwani Gianyar pasca ditemukan tergeletak bersama bangkai Be Julit di tepi Tukad Bangka. Sedangkan bangkai dua ekor Be Julit, kata Jro Mangku Karma, dibiarkan tergeletak di lokasi TKP.

Di sisi lain, Kapolsek Blahbatuh Kompol I Ketut Dwikora menyatakan kematian korban Suhikmat di tepi Tukad Bangka diduga karena sakitnya kumat. "Menurut anak korban, dua hari sebelum kejadian, ayahnya mengeluh tidak enak badan," terang Kompol Dwikora.

Menurut Kompol Dwikora, penemuan jasad korban Suhikmat yang berdampingan dengan Be Julit berawal ketika seorang saksi, I Wayan Eka, berjalan menuju Tukad Bangka untuk mandi. Saat tiba di pinggir sungai, saksi Wayan Eka melihat ada sosok laki-laki yang terbaring dan di sebelahnya tergeletak dua ekor Be Julit.

Melihat hal tersebut, saksi Wayan Eka selanjutnya menghubungi Bendesa Adat Perangsada, Jro Mangku Karma. "Bendesa Perangsada kemudian menghubungi Polsek Blahbatuh untuk melaporkan peristiwa tersebut," jelas Kompol Dwikora.

Begitu menerima laporan, Kanit Reskrim Polsek Blahbatuh, Iptu Ketut Merta bersama Panit 1 Reskrim, anggota Reskrim, dan piket fungsi Polsek Blahbatuh langsung terjun ke lokasi kejadian. Mereka melakukan olah TKP, identifikasi, dan mengevakuasi mayat korban ke RSUD Sanjiwani Gianyar. “Anak korban dan keluarganya menyatakan menerima kematian ini sebagai musibah," tandas Kompol Dwikora.

Sementara itu, temuan Be Julit juga terjadi di depan Pura Ulun Suwi Subak Ujung, Desa Sebatu, Kecamatan Sukawati, Rabu lalu. Bedanya, Be Julit ini ditemukan masih hidup dan terjebak pada saluran irigasi sempit yang airnya sedikit. Bahkan, sebagian tubuh Be Julit terlihat jelas. Krama Subak Ujung meyakini Be Julit ini sebagai duwe (ancangan Ida Batara), sehingga diputuskan untuk membebaskannya, lalu dilepaskan ke hulu Tukad Wos Teben.

Menurut Pekaseh Subak Ujung, I Made Sukarma, Be Julit yang terjebak di saluran irigasi ini ditemukan oleh seorang warga yang hendak mencuci di sungai. Sebelum ditemukan Be Julit, lebih duku muncul suara angin mendesis dari arah Pura Ulun Suwi.

"Didengar suara angin wus wus dua kali dari areal pura. Karena penasaran, warga lalu menengok ke dalam pura, tapi tidak ada apa-apa. Ternyata, di jlinjingan depan pura muncul Be Julit cukup besar," ungkap Made Sukarma kepada NusaBali, Jumat kemarin.

Atas temuan itu, Made Sukarma selaku Pekaseh Subak Ujung langsung berangkat ke sawah sembari membawa canang, dupa, dan perlengkapan lainnya. "Sampai di lokasi, duwe ini (Be Julit) seolah terperangkap. Anehnya, kok bisa sampai di jlinjingan sempit yang airnya sedikit? Asal muasalnya masih tanda tanya," cerita Sukarma.

Karena diyakini sebagai duwe, maka sebelum Be Julit dievakuasi ke hulu sungai, Sukarma berdoa dan matur piuning dengan menghaturkan canang. "Kami tidak mau gegabah, karena kemunculan Be Julit ini aneh. Kami matur piuning, mohon izin akan memindahkan Be Julit ke hulu. Setelah itu, barulah kami evakuasi Be Julit pakai kampil putih," katanya. *nvi

Komentar