nusabali

Produksi Desaku Menanti Kurang Laku

  • www.nusabali.com-produksi-desaku-menanti-kurang-laku

Produk kerajinan mantan gepeng di Kampung Kesetiakawanan Sosial Desaku Menanti Satyadharma Giri Winangun, Banjar Muntigunung, Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Karangasem, kurang laku di pasaran. Produksi Desaku Menanti ini kalah saing dari segi kualitas dan harga

AMLAPURA, NusaBali

Kepala Dinas Sosial Karangasem, Ni Ketut Puspa Kumari, produksi mantan gepeng beripa anyaman daun lontar berupa tamas, sampian, dupa, kue, dan lainnya. Puspa Kumari mencontohkan, dupa Muntigunung ukuran besar dijual Rp 50.000. Sementara merk lain milik competitor dijual Rp 25.000 bahkan Rp 15.000. “Kita kalah saing di harga,” ungkap Puspa Kumari, Jumat (24/5).

Begitu juga produksi tamas berbahan daun lontar, belum bisa bersaing dengan produk yang ada di pasaran. “Kami berencana mendatangkan instruktur untuk kembali memberikan pelatihan agar hasilnya lebih berkualitas dan produknya bisa bersaing di pasaran,” tambahnya. Apalagi bahan baku daun lontar tidak begitu mahal. Bahan bakunya didapatkan di Banjar Muntigunung, tinggal diolah.

Menurut Puspa Kumari, mantan gepeng di Muntigunung ini belum memahami teknik mewarnai daun lontar agar terlihat lebih memikat. Anyaman juga kurang rapi. Dijelaskan, program Desaku Menanti ini memberdayakan 195 mantan gepeng yang ditampung di 50 rumah singgah. Program ini terlaksana atas dukungan Dirjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Kemensos RI, Edi Suharto. Tujuan utama untuk mengurangi gepeng dan menjadi warga yang produktif. Sehingga kemiskinan bisa berkurang, kebiasaan lama menggepeng ditinggalkan. Selama belum mampu mendatangkan penghasilan, selama tiga bulan pertama, Januari-Maret 2019, pemerintah memberikan biaya hidup Rp 3 juta. *k16

Komentar