nusabali

Sate Mujair Khas Bangli, Usaha Turun-temurun

  • www.nusabali.com-sate-mujair-khas-bangli-usaha-turun-temurun

Bangli dikenal dengan olahan ikan mujairnya. Bukan hanya mujair nyat-nyat, tapi  ada pula sate lilit mujair.

BANGLI, NusaBali

Adalah sate buatan keluarga AA Anom Budiarta di Puri Kanginan, Kelurahan Kawan, Bangli, yang dikenal maknyus.

AA Anom Budiarta mengatakan usaha sate mujair yang digelutinya merupakan warisan dari orangtuanya, almahum Anak Agung Anom Sukawati. “Kalau usaha sate mujair sudah digeluti orangtua kami sejak 50 tahun lalu,” ungkap  Agung Budiarta, Jumat (24/5).

Agung Anom Budiarta mengaku ketika masih  duduk di bangku Sekolah Dasar, keseharian sudah  menjual sate, keliling di seputaran kota Bangli. “Setiap hari saya keliling pasar dan terminal menjajakan sate mujair lengkap dengan nasi putih,” akunya.

Suami dari Anak Agung Ayu Bulan Setiawati mengatakan seiring berjalannya waktu dan kondisi orangtua mulai lemah, dia pun…... Jika sebelumnya keliling berjualan, kini pembelinya justru antre di rumahnya untuk membeli sate. “Bersyukur, ada saja pembelinya,” ujarnya.

Lanjutnya, pesanan yang datang berbagai macam baik untuk hajatan perkawinan, pujawali hingga pesanan dari restoran. “Kalau dulu sempat memenuhi pesanan dari salah satu restoran di Kintamani, setiap harinya pesan sampai 500  biji,” sebutnya.

Selain memenuhi pesanan, Agung Anom Budiarta juga membuat sate lepas alias di luar pesanan. Setiap hari, dia mengolah 3 kilogram mujair. “Di luar pesanan minimal kami mengolah 3 kilogram mujair. Untuk harga sate tergantung ukuran, namun minmal Rp 1.500/ biji, kalau ukuran biasa harga Rp 2.000 per biji,” sebutnya.  

Ditambahkan, untuk membuat olahan sate mujair sangat rumit  terutama saat memisahkan bagian daging dengan tulang. “Untuk proses pemisahan antara daging dengan tulang memakan waktu yang lama, untuk olahan sate hanya dagingnya saja diambil, sementara bagian kepala kadang diolah untuk sop atau dijadikan pepes,” jelasnya. Setelah daging ikan bersih baru digiling  berikut bumbu sampai halus. Selanjutnya setelah proses penggilingan daging selesai, dilanjutkan proses pengadonan. Agar  bau amis dari daging  ikan hilang maka saat pengadonan  dicampur dengan parutan kelapa dan ditambahkan santan agar lebih gurih.

Di sisi lain, karena proses pemilah daging ikan dengan tulang cukup rumit, maka jarang orang mau membuat sate mujair. Selain itu daging yang dihasilkan juga tidak banyak mengingat tulang banyak, ukuran kepala ikan besar. Sehingga harga sate cukup mahal, dibandikan sate ayam yang bisa dijual Rp 1.000 per biji. *esa

Komentar