nusabali

442 Perusuh Ditangkap, Sehari Dibayar Rp 300.000

  • www.nusabali.com-442-perusuh-ditangkap-sehari-dibayar-rp-300000

Ada yang Lihat Perusuh Ambil Batu dari Mobil Ambulans Gerindra

JAKARTA, NusaBali

Polisi tangkap 442 perusuh dalam demo tolak hasil Pilpres 2029 di Jakarta, 21-23 mei 2019 dinihari. Para perusuh sebagian merupakan preman Tanah Abang, Jakarta Pusat yang dibayar Rp 300.000 per hari.

Dari 442 perusuh yang ditangkap polisi, 257 orang di antaranya diamankan saat bertindak anarkis, Rabu (22/5) dinihari, hingga menyebabkan 6 korban tewas dan ratusan luka-luka. Sedangkan 185 perusuh lagi ditangkap belakangan.

"Jadi, pada aksi massa 21-22 Mei itu, ada dua segmen. Pertama, massa peserta aksi damai yang spontanitas. Kedua, massa perusuh yang sengaja menyusup untuk membuat rusuh," ungkap Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Mohammad Iqbal, di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (23/5).

Menurut Irjen Iqbal, para perusuh ini ditangkap di sejumlah lokasi di Jakarta, seperti sekitar Kantor Bawaslu RI, Patung Kuda, Sarinah, Slipi, Menteng, dan Petamburan. Mereka diamankan lantaran terbukti melakukan perusakan dan pembakaran kendaraan di asrama Polri Petamburan, depan Kantor Bawaslu RI, dan di depan Stasiun Gambir.

Dari tangan para terangka ditemukan barang bukti kejahatan, seperti senjata tajam, busur panah, bom molotov, batu, petasan, dan uang tunai yang diduga untuk membiayai aksinya.Irjen Iqbal sebut  ada dua kelompok yang menunggangi aksi 21-22 Mei 2019. Kelompok pertama, simpatisan ISIS. Kelompok kedua, mereka yang memiliki senjata api (Senpi). Disebutkan, kelompok Senpi ini punya target ingin membuat kerusuhan. Mereka ingin menciptakan martir atau pahlawan. Tujuannya, untuk menimbulkan kemarahan publik terhadap aparat.

Menurut Irjen Iqbal, polisi juga menangkap dua orang yang merupakan anggota Gerakan Reformis Islam (Garis). Kedua orang tersebut mengaku ingin melakukan jihad pada aksi 22 Mei. Kelompok Garis ini diketahui pernah menyatakan diri mendukung Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Mereka juga pernah mengirimkan anggotanya ke Suriah untuk bergabung bersama ISIS.

Sementara, kerusuhan massa di flyover Slipi, Jakarta Barat, telah direncanakan sebelumnya. Para pelaku bahkan menyiapkan peralatan tempur di gang-gang. "Kita ketemu beberapa fakta hukum dan alat bukti, antara lain, bahwa dari penangkapan di TKP Pertamburan, kami peroleh beberapa alat bukti senjata tajam, kemudian busur," ujar Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Hengki Haryadi, dilansir detik-com terpisah di Jakarta, Kamis kemarin.

Menurut Kombes Hengki, alat tempur itu sudah dipersiapkan di gang untuk menyerang polisi. Petugas juga menemukan barang bukti lain seperti bom Molotov, petasan, hingga bambu runcing. Peralatan tersebut bukan alat peraga dalam penyampaian pendapat, tapi untuk bikin rusuh.

Sementara, Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo, mengatakan sebagian perusuh merupakan preman yang sehari-hari beraktivitas di kawasan Tanah Abang. Mereka mendapat bayaran Rp 300.000 per hari untuk ikut-ikutan menciptakan kekacauan. “Preman Tanah Abang dibayar Rp 300.000 per hari. Sekali datang dikasih duit," tandas Brigjen Dedi sembnari menyebut, selain preman Tanah Abang, perusuh juga datang dari berbagai daerah, seperti Jawa Barat dan Banten.

Menurut Brigjen Dedi, dari hasil pemeriksaan, para tersangka mengakui uang yang diterimanya tersebut sebagai imbalan untuk melakukan kerusuhan. Mereka menyusup ke pendemo yang semula harusnya berlangsung damai dan tertib. Kehadiran para perusuh bayaran ini mempengaruhi psikologi massa, sehingga pendemo ikut-ikutan melakukan penyerangan ke aparat.

Sementara itu, polisi amankan mobil ambulans milik Partai Gerindra yang ditemukan berusia batu dan alat berbahaya lainnya saat rusuh, Rabu dinihari. Mobil ambulans yang dikirim dari DPC Gerindra Tasikmalaya, Jawa Barat ini tak punya kualifikasi petugas medis. Dalam ambulans, tak ada perlengkapan medis atau obat-obatan, tapi justru ditemukan batu.

Tiga orang yang berangkat ke Jakarta naik ambulans bernopol B 9886 PCF itu terdiri dari sopir Yayan, 59, Sekretaris DPC Gerindra Tasikmalaya berinisial Iskandar Hamid, 70, dan Wakil Sekretaris DPC Gerindra Tasikmalaya Obby Nugraha, 33. Mereka dibekali uang operasional Rp 1,2 juta. "Intinya, ada perintah Ketua DPC Gerindra Tasikmalaya agar bertiga berangkat ke Jakarta," ungkap Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono, Kamis kemarin.

Saat ambulans berada di Jalan HOS Cokroaminoto Jakarta, dua orang berinisial HS dan SGC ikut naik ke ambulans. Keduanya berasal dari Riau. Dari situ, mereka berangkat berlima ke kawasan Sabang, Jakarta Pusat. "Akhirnya berlima berangkat ke arah Kantor Bawaslu. Kemudian, sekitar pukul 04.00 WIB terjadi lemparan-lemparan antara petugas dengan pengunjukrasa," katanya. Saat terjadi lempar-lemparan itu, polisi menyebut adanya saksi yang melihat bahwa batu-batu tersebut diambil dari ambulans tadi. *

Komentar