nusabali

Korban Pernah Terdampar di Sulawesi

  • www.nusabali.com-korban-pernah-terdampar-di-sulawesi

Pencarian Nelayan Hilang Terkendala Cuaca

SINGARAJA, NusaBali
Ketut Suwiana,51, warga Banjar Kawanan, Desa Penuktukan, Kecamatan Tejakula, Buleleng, hingga Selasa (21/5) petang, belum ditemukan pasca hilang saat melaut, Senin (20/5) siang. Tim SAR gabungan dari personel Pos SAR Buleleng, TNI-AL, Satpolairud Polres Buleleng, BPBD Buleleng, hingga nelayan, memulai pencarian dari pagi hari di laut Tejakula.

Namun proses pencarian terkendala cuaca yang kurang bersahabat. Angin terasa kencang dan gelombang laut tinggi. Kepala Pos SAR Buleleng Dewa Putu Hendri Gunawan, saat ditemui di Pantai Penuktukan, siang kemarin, menjelaskan laporan tentang nelayan hilang  itu didapatnya, Senin (20/5) petang. Saat itu, tepat usai pencarian nelayan yang juga hilang asal Desa Anturan, Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Tim SAR pada Senin malam sempat merapat ke Penuktukan. Karena kondisi sudah gelap dan gelombang laut makin tinggi, pencarian terhadap korban baru dimulai, Selasa (21/5) pagi. “Hari ini (Selasa kemarin, Red) kami sisir sejauh 20 mil ke arah utara,’’ jelasnya.

Papar Dewa Hendri, lokasi tersebut tepat di lokasi rumpon ditemukannya perahu korban di kloter pertama. Sedangkan untuk kloter kedua, ia tidak bisa masuk terlalu ke dalam. Karena gelombang sudah mulai meninggi, rubber boat yang ditumpangi belum bisa menembus. ‘’Sehingga  di kloter kedua nanti penyisiran di pinggir, siapa tahu ada tanda-tanda korban,” ucapnya.

Akibatnya, Selasa petang kemarin, Tim SAR gabungan terpaksaa pulang tanpa hasil. Dewa Hendri mengaku akan melanjutkan pencarian, Rabu (22/5).

Sementara itu, pihak keluarga korban dan sejumlah nelayan di sekitaran Pantai Penuktukan, masih setia menunggu proses pencarian korban. Tragedi menghilangnya Suwiana saat melaut itu dituturkan oleh Gede Citra, 47, saat memancing di rumpon nomor 7, wilayah perairan Desa Penuktukan, yang ditempuh 2,5 jam perjalanan laut. Citra, saat kejadian memang melaut bersama anak kedua korban, Kadek Ardiaman,30, dengan satu perahu. Sedangkan korban Suwiana membawa perahu seorang diri ke tengah laut. Ketiganya berangkat bersamaan dari rumah, Senin (20/5) sekitar pukul 03.00 Wita. Namun saat tiba di pantai, Ardiaman dan Citra yang sedang melengkapi peralatannya memancing di rumpon, didahului oleh korban Suwiana. Namun tak berselang lama, Ardiman dan Citra menyusul ke tengah laut.

“Saya memang sering ikut kalau tidak sama bapaknya, ya sama anaknya. Karena saya tidak punya alat dan perahu. Kemarin awalnya mancing di tempat yang sama di rumpon delapan, sekitar jam sepuluhan berpisah, kata Suwiana mau cari ikan di rumpon 7 sebelah timur rumpon 8 yang berjarak sekitar 3 kilometer,” tutur Citra.

Mereka yang sudah pasih melaut, awalnya tak menyangka kecelakaan dan nasib buruk menghampiri Suwiana. Hingga pukul 14.00 Wita, Ardiaman dan Citra hendak balik ke daratan karena tak mendapat tangkapan. Namun sepintas, pandangan keduanya tertuju pada sebuah jukung di arah Barat Daya, nampak seperti jukung Suwiana. “Saya kira ditarik ikan awalnya, karena sebelumnya memancing di Timur. Setelah kami mau balik, tahu-tahu sudah di Barat Daya terombang-ambing,” imbuh dia. Keduanya penasaran lalu mendekati jukung milik Suwiana. Setelah jukung mendekat, ternyata jukung itu tak bertuan. Ardiaman pun tak menemukan ayahnya, Suwiana, di atas jukung. Melihat kondisi itu, Ardiaman disebut Citra mulai panik dan langsung melakukan penyisiran di rumpon terdekat dengan sisa bahan bakar yang masih tersedia. Sedangkan Citra mendapatkan tugas mengamankan jukung korban dan mengikatnya di rumpon. Setelah dua jam melakukan pencarian keliling, keduanya tak mendapatkan hasil. Suwiana tetap tak ditemukan. Ardiaman dan Citra pun memutuskan untuk kembali mengabarkan kabar buruk itu kepada kelompok nelayan Mina Karya Sejahtera Desa Penuktukan, sembari menarik jukung milik korban.

Menurut Citra yang ditemui di pinggir Pantai Penuktukan, kemarin, saat kejadian, ketinggian gelombang di tengah laut berkisar 2 - 3 meter. Gelombang tinggi itu mulai sekitar pukul 11.00 Wita dan terus membesar hingga tak tertaklukan.

Pihak keluarga korban masih berharap besar Suwiana dapat ditemukan. Karena ia memiliki pengalaman mumpuni sebagai nelayan. Bahkan ayah lima anak ini juga disebut-sebut sempat mengalami kecelakaan laut sekitar 13 tahun silam. Suwiana yang dikenal keluarga dan rekan-rekannya sebagai nelayan nekat yang melaut tak memperhitungkan cuaca, sempat terbawa arus dan terdampar di Sulawesi. Korban saat itu terbawa arus bersama dengan perahunya, terombang-ambing di laut lepas selama seminggu tanpa bekal. Hingga di hari ketujuh ada kapal yang menemukannya dan akhirnya diantar pulang ke Bali dan berkumpul bersama keluarga tercinta. Keajaiban itu pun diharapkan keluarganya, kembali memihak Suwiana, suami dari Made Sugi, 45.*k23

Komentar