nusabali

Pengusaha Australia Rencanakan Bangun Pabrik Daur Ulang Sampah

  • www.nusabali.com-pengusaha-australia-rencanakan-bangun-pabrik-daur-ulang-sampah

Pengusaha papan selancar Nev Hyman asal Australia berencana membangun pabrik daur ulang sampah plastik di Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar.

GIANYAR, NusaBali

Pengusaha ini kini sedang mensurvei produksi sampah plastik tersebut. Ditemui di Hotel Komune Keramas, di sela-sela acara World Surf League, Senin (20/5), Nev menjelaskan  kini pihaknya sedang mensurvei lokasi dan survei ketersediaan sampah plastik di Gianyar dan seluruh Bali. Sasaran surveinya yakni TPA Suwung, Denpasar dan TPA Temesi Gianyar. “Sudah ada lahan seluas 1 hektar 35 are berupa tegalan,” jelas Nev didampingi Gusti Puja Armaya, pihak pemilik lahan untuk pabrik tersebut. Sampah yang akan didaur ulang yakni segala jenis sampah. “Semua jenis sampah bisa diolah, tidak perlu dibersihkan. Sampah yang menumpuk itu masuk pabrik bisa jadi panel struktur bangunan,” jelasnya.

Pabrik daur ulang sampah plastik ini diproyeksikan menghasilkan struktur bangunan. Pabrik akan mencacah segala jenis sampah menjadi butiran-butiran kecil yang kemudian dipadatkan dengan suhu tertentu. Singkatnya, butiran sampah ini akan dibentuk menjadi struktur bangunan untuk dinding, atap dan lantai. Ia pun sudah berhasil membuat satu rumah plastik ramah lingkungan tepat di pinggir Pantai Keramas. Sekilas, rumah ini tampak seperti rumah pada umumnya. Karena dindingnya tampak coklat seperti berbahan kayu. Namun ketika dijelaskan lebih detail, ternyata dinding rumah yang dipamerkan oleh Nev, berbahan sampah plastik. Rumah ini pun diklaim tahan gempa maupun angin. Rumah ini diberi nama Nevhouse.

Nevhouse merancang dan mengembangkan rumah berbiaya rendah dari plastik daur ulang dan bahan daur ulang lainnya. Ia bekerja dengan badan-badan bantuan, pemerintah, badan amal dan sektor swasta untuk dengan cepat menyebarkan rumah-rumah ini ke masyarakat di seluruh dunia yang membutuhkan dukungan dan sebagai bagian dari bantuan pasca bencana. "Nevhouse adalah solusi ekonomi, sosial dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan yang terjangkau secara global," katanya.

Setiap struktur dikemas dengan rata dan dikirim ke lokasi pembangunan. Bangunan terwujud dalam dua - empat hari oleh tenaga lokal yang terlatih. Tujuan lain dari bisnis Nevhouse adalah membersihkan polusi plastik. Ia sadar akan masalah puing-puing sampah plastik di laut saat bepergian di Pasifik Selatan dalam perjalanan berselancar di awal tahun 2000-an. “Saya terkejut dengan jumlah plastik yang mengguyur pantai indah di pulau terpencil ini,” katanya.

Nev mengaku ingin membantu mengatasi masalah ini dan pada tahun 2004. Ia berinvestasi di perusahaan daur ulang yang mengubah plastik campuran menjadi produk pengganti kayu. Pada tahun 2012, perusahaan telah berevolusi menjadi Nevhouse. Antara 40 - 50 persen dari struktur Nevhouse,  terutama komponen panel dinding, terbuat dari plastik daur ulang. “Untuk satu struktur rumah, diperlukan sekitar 2 - 3 ton sampah plastik,” terangnya. Proyek besar pertama Nevhouse telah dirampungkan di Pulau Vanuatu, dekat Papua Nugini. Nevhouse ini dibangun setelah Topan Pam menghancurkan Vanuatu, Maret 2015. Proyek ini didanai oleh organisasi amal berbasis di Hong Kong yang berfokus pada bantuan pasca bencana. Selama periode delapan minggu, penduduk desa merampungkan 14 bangunan Nevhouse, termasuk ruang kelas, klinik medis, akomodasi untuk perawat dan guru, dan bangunan masyarakat lainnya. Setiap struktur dirancang untuk menahan angin kencang dan melindungi penduduk desa jika terjadi badai di masa depan. Konsep cemerlang dari Nevhouse membuat dua belas negara telah menyatakan minatnya, termasuk Indonesia, Fiji, Kepulauan Solomon, Sri Lanka, dan Meksiko. Biaya struktur Nevhouse saat ini antara A$ 10.000 hingga A$ 100.000, tergantung pada logistik bahan pengiriman ke lokasi pembangunan. *nvi

Komentar