nusabali

Politik Identitas Habisi Parpol 02 di Bali

  • www.nusabali.com-politik-identitas-habisi-parpol-02-di-bali

Raihan kursi Partai Demokrat di level DPRD kabupaten/kota di Bali turun separuh dari jumlah yang direbut di Pileg 2014.

Penyebab Raihan Kursi Demokrat-Gerindra Rontok


DENPASAR, NusaBali
Inilah penyebab habisnya sejumlah kursi partai pendukung Capres-Cawapres di Provinsi Bali dalam Pileg/Pilpres 17 April 2019. Pengamat politik dari FISIP Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar, Dr I Nyoman Subanda, menyebutkan sejumlah kursi pengusung Capres-Cawapres 02 di Bali amblas alias lenyap karena adanya pertarungan politik identitas.

Partai Gerindra, Demokrat, PKS, dan PAN yang mendukung Capres-Cawapres Prabowo-Sandi hampir rata kehilangan dan mengalami penurunan perolehan kursi legislatif di Provinsi Bali.

“Gerindra dan Demokrat yang paling kena imbas karena faktor dukungan terhadap Capres-Cawapres 02 Prabowo-Sandi. Jadi faktor Prabowo effect paling besar, terutama isu politik identitas mendukung paslon 02,” beber Subanda kepada NusaBali, belum lama ini.

Kata dia, Partai Gerindra di Bali masih lebih baik perolehan kursinya di beberapa level legislatif. Di level DPRD Kabupaten, kursi DPRD Gerindra lebih banyak bertahan. Seperti di Karangasem, kursi DPRD Gerindra Karangasem yang di Pileg 2014 diraih 5 kursi bertahan di Pileg 2019 ini. Di sejumlah daerah kabupaten dan kota kursi DPRD Gerindra bertahan. Di DPRD Provinsi Bali Gerindra hanya kehilangan 1 kursi dari 7 kursi yang direbut di Pileg 2014.

Sementara Partai Demokrat di level DPRD Kabupaten/Kota turun separuh dari jumlah yang direbut di Pileg 2014. Bahkan di DPRD Kabupaten Tabanan, Demokrat nyaris lenyap. Untung ada 1 kursi berhasil direbut di Kabupaten Tabanan. Di DPRD Bali Demokrat dari 8 kursi yang direbut pada 2014 tinggal sisa 4 kursi saja.

Kemudian untuk kursi DPR RI Dapil Bali Demokrat yang merebut 2 kursi di Pileg 2014 masih beruntung mampu mempertahankan 1 kursi yang direbut, Putu Supadma Rudana politisi asal Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar yang juga anggota DPR RI Dapil Bali. Supadma menyelamatkan muka Demokrat di tingkat nasional. Sementara Partai Gerindra justru kehilangan kursi DPR RI yang direbut Ida Bagus Putu Sukarta di Pileg 2014.

Kata Subanda, Demokrat tetap kena imbas dukungan ke paslon 02 dengan pertarungan politik identitas di Provinsi Bali. “Untuk level DPRD Kabupaten hampir semuanya habis kursi Demokrat. Beruntung untuk kursi DPR RI Dapil Bali, Demokrat punya incumbent Supadma Rudana dan Tutik Kusuma Wardhani. Sehingga mendongkrak suara Demokrat dan dapat 1 kursi,” ujar Subanda. Gerindra selamat di DPRD Bali, DPRD Kabupaten dan Kota, tetapi di level perebutan kursi DPR RI amblas, menurut Subanda kembali kepada caleg yang dipasang. Padahal pendukung Gerindra cukup solid dan militan. “Tergantung caleg-caleg pendulang suara juga yang mempengaruhi perolehan kursi. Harus pasang caleg- caleg terbaik supaya bisa dapat kursi,” ujar akademisi asal Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng ini.

Sementara fenomena berjayanya PDIP dengan menguasai hampir seluruh parlemen dengan menjadi jawara di seluruh level dipengaruhi oleh kekuatan soliditas partai dan menjadi partai berkuasa di eksekutif. “PDIP punya instrumen kekuasaan, mulai Gubernur, Bupati. Pejabat publik ini mempengaruhi raihan suara PDIP di Bali. Di Badung Caleg I Bagus Alit Sucipta (Gus Bota) dengan kekuatan Bupati Giri Prasta meraih suara ratusan ribu suara. Sehingga mampu mendulang 4 kursi. Ya itu karena instrumen kekuatan politik seorang kepala daerah. Demikian juga di Buleleng istri Bupati nyaleg dan kabupaten lainnya, termasuk di Provinsi PDIP punya Gubernur Bali,” ujar Subanda.

Dengan sistem penghitungan suara sekarang caleg- caleg PDIP juga diuntungkan. “Partai besar diuntungkan dengan sistem penghitungan suara sekarang. Harus diakui sistem saint league ini menguntungkan partai besar,” ujar Subanda. Bagaimana pengaruh bansos/hibah incumbent? Faktor bansos akan memberikan dampak signifikan terhdap raihan suara ketika jeli memanfatakan dan tepat sasaran. Yang paling penting itu kualitas dan elektabilitas caleg yang dicalonkan juga penting,” pungkas Subanda. *nat

Komentar