nusabali

Sejak Kecil Berangan Bisa Jadi Dokter karena Ayahnya Sakit-sakitan

  • www.nusabali.com-sejak-kecil-berangan-bisa-jadi-dokter-karena-ayahnya-sakit-sakitan

Kasek SMAN 2 Bangli, I Wayan Gingsih Kawiasa, berharap lolosnya Ni Ketut Ristiani ke Fakultas Kedokteran Unud bisa menjadi motivasi bagi siswa lainnya untuk meraih prestasi serupa

Ni Ketut Ristiani, Anak Petani Asal Desa Pinggan yang Lolos SNMPTN Fakultas Kedokteran Unud


BANGLI, NusaBali
Seorang siswi SMAN 2 Bangli, Ni Ketut Ristiani, 18, diterima kuliah di Fakultas Kedokteran Unud melalui jalur Selaksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2019. Anak petani serabutan asal kawasan pegunungan Banjar/Desa Pinggan, Kecamatan Kintamani, Bangli ini merupaka satu-satunya siswa dari Gumi Sejuk yang tembus Fakultas Kedokteran Unud lewat jalur SNMPTN.

Ni Ketut Ristiani merupaan anak bungsu dari empat bersaudara pasangan I Nyoman Kontog dan Ni Luh Cini. Dia lolos ke Fakultas Kedokteran Unud dengan bermodalkan sederet prestasi akademik dan non akademik. Selama sekolah di SMAN 2 Bangli, Ketut Ristiani selalu menjadi juara umum program IPA sjak Kelas X hingga Kelas XII. Ketika sekolah di SMPN 2 Bangli, dia menduduki peringkat kedua.

Menurut Ketut Ristiani, sejak kecil dirinya memang bercita-cita menjadi seorang dokter. Namun, gadis kelahiran Kintamani, 19 September 2001 ini, mengaku merasa surprise juga bisa diterima di Fakultas Kedokteran Unud melalui jalur SNMPTN. Dia tak menyangka mimpinya untuk kuliah di kedokteran akan jadi kenyataan.

"Saya benar-benar tidak menyangka bisa lolos, mengingat persaingan berebut tiket ke Fakultas Kedokteran Unud sangat ketat. Banyak yang ikut bersaing untuk bisa masuk ke sana," tutur Ketut Ristiani saat ditemui NusaBali di sela-sela acara Graduation SMAN 2 Bangli, Kamis (16/5).

Karena itu, Ristiani mengaku sangat bersyukur bisa diterima di Fakultas Kedokteran Unud melali jalur SNMPTN, tanpa harus keluar biaya ini itu. Menurut Ristiani, menjadi dokter asalah cita-citanya sejak kecil. Cita-citanya itu muncul karena melihat ayahnya, Nyoman Kontog, yang sakit-sakitan. "Bapak saya menderita rematik, sehingga saya pengin bisa mengobati orangtua sendiri dan membantu orang lain," jelas siswi Kelas XII IPA 1 SMAN 2 Bangli ini.

Demi menggapai cita-citanya itu, Ristiani sejak tamat SD merantau ke Bangli ketika diterima sekolah di SMPN 2 Bangli. Dia tinggal menumpang di rumah teman ayahnya, yakni I Nengah Nurit, di Banjar Kayang, Desa Kayubihi, Kecamatan Bangli. Sampai sekolah di SMAN 2 Bangli pun, dia tetap tinggal di rumah teman ayahnya tersebut.

"Selama ini saya menumpang di rumah teman bapak saya. Biasanya, saya pulang pulang kampung (ke Desa Pinggan) hari Sabtu. Tapi, kalau ada kegiatan sekolah, saya tidak pulang," papar Ristiani seraya mengakui kedua orangtuanya adalah petani Labu Siam yang penghasilan tidak menentu.

Ketut Risatini sendiri termasuk siswi yang berprestasi dari sisi akademik maupun non akademik. Riastini cukup aktif dalam kegiatan organisasi di sekolah, seperti menjadi Putri Pramuka dan gabung di PMR. Dia juga aktif mengikuti sejumlah lomba. Riastini, antara lain, raih predikat juara II Lomba Cerdas Cermat (LCC) Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara tingkat Kabupaten Bangli 2018. Dia juga sempat meraih juara harapan III Lomba Karya Tulis Remaja Se-Bali uanmg digelar Unud.

Sementara itu, Kepala Sekolah (Kasek) SMAN 2 Bangli, I Wayan Gingsih Kawiasa, mengatakan Ketut Ristiani merupakan satu-satunya siswa yang berhasil lolos ke Fakulyas Kedokteran Unud tahun ini. Sebelumnya, sempat ada seorang siswa SMAN 2 Bangli yang lolos Fakultas Kedokteran Unud tahun 2017. Sedangkan pada 2018, tak ada satu pun siswa dari SMAN 2 Bangli yang mendaftar.

"Keberhasilan ini tidak terlepas dari kerjasama para guru dan siswa. Lolosnya Ketut Riastini ke Fakultas Kedokteran Unud ini tentunya bisa menjadi motivasi bagi para siswa yang lainnya," ungkap Gingsih Kawiasa.

Sedangkan Wakasek Kurikulum SMAN 2 Bangli, Dewa Purnata, mengatakan tahun 2019 ini sekolahnya meluluskan 270 siswa. Dari jumlah tersebut, 70 persen melanjutkan keperguruan tinggi. "Sebagain besar memang melanjutkan pendidikan ke pergiuruan tinggi, tapi kebayakan mengambil kuliah singkat seperti Pariwisata," jelas Dewa Purnata. *esa

Komentar