nusabali

Jemi Gunarta Gagal Lolos ke Dewan, Meskipun Raih 2.850 Suara

  • www.nusabali.com-jemi-gunarta-gagal-lolos-ke-dewan-meskipun-raih-2850-suara

Kelurahan Banyuning, Kecamatan Buleleng tidak pernah bisa meluncurkan wakilnya ke DPRD Buleleng sejak Pemilu pertama era Reformasi 1999

Punya Pemilih Terbanyak di Buleleng, Kelurahan Banyuning Kembali Gagal Loloskan Caleg


SINGARAJA, NusaBali
Kelurahan Banyuning, Kecamatan Buleleng belum juga lepas dari ‘kutukan’ Pemilu. Sandang predikat sebagai desa/kelurahan di Kabupaten Buleleng dengan jumlah pemilih terbanyak yakni mencapai 13.677 orang, Banyuning kembali gagal meloloskan wakilnya ke kursi legislatif hasil Pileg 2019. Kegagalan kali ini diwarnai prahara Jemi Gunarta, caleg PDIP yang gagal lolos ke Dewan dengan perolehan 2.850 suara. Banyuning pun perpanjang nasib apes tak pernah mampu meloloskan caleg ke kursi DPRD Buleleng sejak Pemi-lu pertama era Reformasi 1999.

Dalam Pileg 2019, tercatat ada 13 caleg asal Kelurahan Banyuning yang bertarung berebut kursi legislatif. Dari jumlah itu, 3 orang di antaranya berebut kursi DPRD Bali Dapil Buleleng, yakni Putu Artawan (Demokrat), Putu Dian Fitri Pratiwi (NasDem), dan Putu Darmadi (Perindo).

Sedangkan 10 caleg lainnya dari parpol berbeda, maju tarung berebut kursi DPRD Buleleng. Mereka masing-masing Jemi Gunarta (PDIP), Nengah Sukarta (Golkar), Endrawati Puji Rahayu (Golkar), I Nyoman Ariawan (Demokrat), Luh Made Marwati (Demokrat), Ketut Agus Astika (NasDem), Wahyu Suciati Widiastuti (NasDem), Tri Yohana (Garuda), Made Astawa (Hanura), dan Nyoman Sidniyani (Hanura).

Sayangnya, tidak sstu pun dari 13 caleg asal Kelurahan Banyuning ini mampu lolos ke kursi Dewan hasil Pileg 2019. Padahal, ada 13.677 suara pemilih yang diperebutkan di Banyuning. Untuk kursi DPRD Bali, para caleg asal Banyuning kalah bersaing dengan dengan caleg lainnya. Putu Diah Fitri Pratiwi, misalnya, hanya meraih 199 suara dalam perebutan kursi DPRD Bali dari NasDem Dapil Buleleng. Bandingkan perolehan suara Dr Somvir, caleg NasDem asal India yang lolos ke DPRD Bali Dapil Buleleng dengan 11.898 suara.

Demikian pula caleg Demokrat untuk kursi DPRD Bali Dapil Buleleng asal Banyuning, Putu Artawan yang hanya meraih 416 suara. Perolehannya jauh di bawah Komang Nova Sewi Putra, caleg Demokrat asal Desa Pelapuan, Kecamatan Busungbiu, Buleleng yang lolos lagi ke DPRD Bali dengan 10.756 suara.

Caleg asal Banyuning yang meraih suara tertinggi adalah Jemi Gunarta. Caleg PDIP untuk kursi DPRD Buleleng ini meraih suara 2.850 di Dapil I Kecamatan Buleleng. Sayangnya, Jemi Gunarta tetap gagal lolos ke Dewan, karena kalah bersaing dengan 4 caleg PDIP lainnya yang merebut kursi DPRD Buleleng 2019-2024 Dapil I, yakni Wayan Soma Adnyana (politisi PDIP asal Desa Pengelatan/lolos dengan perolehan 7.299 suara), Ni Kadek Turkini (Srikadi PDIP asal Desa Kalibukbuk/6.317 suara), Gusti Komang Suwastika (politisi asal Kelurahan Banjar Bali/4.736 suara), dan Dewa Gede Sugiarto (politisi PDIP asal Kelurahan Penarukan/4.822 suara).

Demikian juga dengan caleg Golkar asal Banyuning, Nengah Sukarta, yang hanya mendulang 740 suara. Dia kalah sangin dengan caleg Golkar lainnya, Nyoman Gede Wandira Adi, incumbent asal Kelurahan Kaliuntu, yang meraih satu-satunya kursi DPRD Buleleng dari Golkar Dapil I dengan perolehan 4.288 suara.

Hal serupa juga menimpa Ketut Agus Astika, dengan perolehan 902 suara, mesti rela menyerahkan jatah 1 kursi yang diraih NasDem kepada caleg incumben Made Sudiarta (asal Kelurahan Banjar Jawa) yang kembali lolos dengan perolehan 1.354 suara. Demikian juga Made Astawa, caleg Hanura asal Banyuning yang hanya raih 323 suara, sehingga kalah saing dengan Gede Wisnaya Wisna (incumbent Hanura asal Kelurahan Kampung Anyar) yang meraih 3.550 suara.

Sedangkan Luh Made Marwati, Srikandi asal Banyuning yang maju sebagai caleg DPRD Buleleng dari Demokrat Dapil I, hanya kebagian 87 suara. Made Marwati sendiri adalah perempuan loper koran yang sempat mengejutkan tahapan Pilkada Buleleng 2017 lalu, ketika mendaftar nyalon Bupati di PDIP. Terpental dari PDIP, Made Marwadi banting haluan ke jalur Independen, sebagai Cawabup. Sayang, dia tak lolos pencalonan.

Dengan gagalnya semua caleg asal Kelurahan Banyuning dalam Pileg 2019, maka praktis memperpanjang nasib apes kawasan dengan jumlah pemilih terbanyak di Buleleng yang tak pernah punya wakil rakyat di DPRD Buleleng sejak Pemilu pertama era Reformasi 1999. Berdasarkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang ditetapkan KPU Buleleng untuk tarung Pileg/Pilpres 2019, jumlah pemilih di Banyuning mencapai 13.677 orang. Ini jumah pemilih terbesar di Kabupaten Buleleng.

Sedangkan jumlah pemilih terbanyak kedua berada di Desa Bungkulan, Kecamata Sawan mencapai 12.434 orang, disusul di Desa Bondalem (Kecamatan Tejakula/pemilih 11.259 orang), Desa Tejakula (Kecamatan Tejakula/pemilih 10.004 orang), Kelurahan Penarukan (Kecamatan Buleleng/9.002 orang), Desa Banjar (Kecamatan Banjar/8.998 orang), Desa Lokapaksa (Kecamatan Seririt/8.661 orang), Desa Kubutambahan (Kecamatan Kubutambahan/8.632 orang), Desa Patas (Kecamatan Gerokgak/8.309 orang), dan Desa Pejarakan (Kecamatan Gerokgak/8.305 orang).

Pemilih di Kelurahan Banyuning yang berjumlah 13.677 orang itu tersebar di 6 banjar dinas, yakni Banyuning Timur, Banyuning Tengah, Banyuning Barat, Banyuning Selatan, Banyuning Utara, dan Lingkungan Padangkeling. Dalam coblosan Pemilu, 17 April 2019, mereka menyalurkan hak suaranya di 51 tem-pat pemungutan suara (TPS).

Dengan jumlah pemilih mencapai 13.677 orang, seharusnya Kelurahan Banyu-ning bisa meloloskan minimal 3 caleg ke kursi DPRD Buleleng dalam Pileg 2019. Tapi,  faktanya malah lain. Beberapa persoalan yang sering jadi kendala, karena jumlah caleg asal Banyuning yang bertarung ke Pileg selalu banyak. Mereka saling sikut berebut suara di kampung sendiri. Selain itu, pemilih di Banyuning tidak sepenuhnya warga asli setempat, melainkan banyak pendatang.

“Memang sulit memunculkan caleg kurang dari 10 orang di Banyuning dalam Pemilu ke Pemilu. Jumlah caleg selalu lebih dari 10 orang, hingga membuat suara terpecah. Jadinya, tidak pernah ada caleg dari Kelurahan Banyuning yang lolos ke kursi Dewan,” sesal Bendesa Adat Banyuning, Jro Made Sedaja, kepada NuisaBali di Singaraja, beberapa hari lalu. Selain itu, suara pemilih di Banyuning juga banyak direbut caleg dari luar berstatus incumbent, yang telanjur berinvestasi politik dengan bansos.

Sementara itu, caleg PDIP asal Kelurahan Banyuning, Jemi Gunarta, tak mau larut dalam kekecewaan, meskipun gagal lolos ke DPRD Buleleng dengan perolehan suara lumayan banyak, mencapai 2.850 suara. Menurut Jemi Gunarta, dalam Pemilu 2019 dirinya mengandalkan hati nurani masyarakat untuk memilihnya. Dia merasa sudah ngayah selama ini.

"Tapi, kepentingan masyarakat itu berbeda. Ada yang berpikir untuk makan apa besok, sehingga belum sepenuhnya dengan hati nurani. Saya tahu semua itu, kekompakan hanya di permukaan, tidak sampai ke hati nuraninya," sesal Jemi Gunarta saat dikonfirmasi NusaBali di Singaraja, Senin kemarin.

Tidak kapok berpolitik? Jemi Gunarta menyiratkan tetap akan bergelut di politik, karena untuk bisa dipilih, harus bergabung dengan parpol. "Care main ceki, lamun sing main, kenkenang bise ngandang. Kalingan ngandang, gebit cekian be sing ngidaang (Kayak permainan ceki, kalau tidak jadi pemain, tidak mungkin menang. Jangankan bisa menang, nyukit kartu cekian tidak mungkin, Red)," katanya.

Bagi Jemi Gunarta sendiri, bukan sekali ini dirinya gagal dalam tarung Pileg. Sebelumnya, dia pernah maju tarung ke Pileg 2019 sebagai caleg DPRD Buleleng dari Partai Pelopor. Kala itu, dia gagal lolos ke kursi legislatif karena masih memakai nomor urut, sedangkan dirinya mendapat nomor urut 2. Sedangkan dalam Pileg 2014, dia gagal maju sebagai caleg PDIP, meskipun namanya sempat muncul dalam daftar bakal caleg yang diajukan PDIP. *k19

Komentar