nusabali

Caleg 'Mahkota' Puri Gianyar Gagal Tembus DPRD

  • www.nusabali.com-caleg-mahkota-puri-gianyar-gagal-tembus-dprd

Banyak kalangan di Kabupaten Gianyar memprediksi caleg nomor 9 Partai Hanura Dapil I (Kecamatan Gianyar) untuk DPRD Gianyar, AA Ngurah Agung SSos,31, alias Gung Gung, akan lolos ke DPRD Gianyar pada Pileg, 17 Aprl 2019.

GIANYAR, NusaBali

Karena jajaran partai menjagokan dirinya tembus ke DPRD. Selain itu, Gung Gung, satu-satunya caleg ‘mahkota’ dari Puri Agung Gianyar yang diyakini mampu meraih banyak dukungan melalui jejaring semeton dan pendukung puri.

Ia juga keponakan ngarep (utama) dari tokoh Puri Agung Gianyar yang mantan Bupati Gianyar (2003-2008) – (2013-2018), AA Gde Agung Bharata. Dia juga keponakan ngarep dari AA Gde Mayun, adik kandung Agung Bharata, yang kini Wakil Bupati Gianyar.

Namun kenyataan berbicara lain. Anak ketiga dari pasangan AA Gde Putra (almarhum)-Etty Ratna Sri Budiarti alias Jero Ratna ini, tumbang dari caleg-caleg partai lain di Dapil I. Ia hanya mendulang 899 suara, jauh dari target suara individu sekitar 3.500-an. Di kalangan caleg Partai Hanura Dapil I, jumlah suara Gung Gung tertinggi, disusul Pande Komang Widana 186 suara (peringkat 2), dan Ketua DPC Hanura Gianyar I Made Suryanto dengan 147 suara (peringat 3), dan seterusnya.

“Saya tak menyalahkan siapa-siapa. Semua karena salah saya sendiri. Tim susah bekerja keras. Mungkin hoki saya belum pada Pileg ini. Lima tahun lagi pasti akan saya ulang lagi,” ujar Gung Gung saat ditemui di kantornya, Jalan Erlangga, Gianyar, Kamis (9/5).

Caleg yang baru terjun di dunia politik praktis ini memaparkan bentuk-bentuk kesalahannya. Antara lain,  terlalu berani maju lewat partai kecil dan tak punya banyak uang untuk mengakomodasi dukungan. Dari pergaulannya dengan jajaran eksekutif di Pemkab Gianyar, dirinya sempat memfasilitasi dana hibah dari pemerintah untuk satu kelompok penerima di Banjar Satria, Kelurahan Abianbase. Namun dana hibah ini belum cair. “Sehari sebelum dan setelah Pileg, baru saya dengar ada serangan fajar. Jujur saja, saya tak menyiasati keadaan seperti itu,” jelas jebolan Fisip Universitas Ngurah Rai Denpasar ini.

Ia mengakui, pamannya, AA Gde Agung Bharata hanya mendukung secara moral, sekaligus memohonkan dukungan kepada orang-orang dekatnya. Satu pamannya lagi, Wakil Bupati AA Gde Mayun yang digandeng Bupati Gianyar Made Mahayastra dari PDIP juga mendukung secara moral. Namun sang paman ini tak mungkin mencarikan dukungan karena dari partai berbeda. Kegagalan juga karena banyak pemetaan garapan dukungan yang perolehan suaranya meleset.

Gung Gung mengaku punya firasat akan kalah atau tak lolos ke kursi dewan saat memasukkan surat suara coblosan sendiri ke kotak suara. Dirinya sempat malu dan jadi beban psikis karena satu-satunya caleg dari Puri Agung Gianyar, gagal. Namun setelah dipikir-pikir, dia merasa tak perlu malu karena sukses dan gagal bagian dari proses berdemokrasi. “Kalah menang itu wajar. Papa Mayun (Wakil Bupati Gianyar AA Gde Mayun, red) juga pernah gagal (saat maju ke DPRD Bali dari PDIP pada Pileg lima tahun lalu, red),” ujarnya.

Pesan apa yang bisa dipetik dari kegagalan ini, Gung Gung mengaku, Pileg ini memberikan pengalaman amat berharga untuk pribadi maupun sebagai orang puri. Pengalaman itu, dalam politik bahwa pertemanan, sahabat, atau hubungan pasemetonan lebur dalam kepentingan masing-masing, meskipun masih ada semeton yang fanatik memberikan dukungan. “Papa Agung (mantan Bupati Gianyar AA Gde Agung Bharata, Red) minta agar saya tetap optimis. Katanya, untuk nyalon lagi, jangan lupa ngumpulin uang,” kata Gung Gung pengusaha travel agent dan jasa bidang konstruksi ini. *lsa

Komentar