nusabali

54 Srikandi Tembus ke Legislatif

  • www.nusabali.com-54-srikandi-tembus-ke-legislatif

Dari 54 Srikandi yang lolos ke kursi legislatif level berbeda hasil Pileg 2019, sebanyak 32 orang adalah politisi PDIP

Riniti: Berkat Jokowi Effect dan Kuota 30%


DENPASAR, NusaBali
Hasil tarung Pileg 2019 di Bali telah mencatatkan prestasi tersendiri urusan keterwakilan perempuan di kursi legislatif. Secara keseluruhan, ada 54 Srikandi yang lolos ke kursi legislatif level berbeda hasil Pileg 2019. Ini naik tajam ketimbang hasil Pileg 2014 silam, yang hanya meloskan 32 Srikandi ke kursi legislatif periode 2014-2019.

Dari total 54 Srikandi yang lolos ke kursi legislatif hasil Pileg 2019, sebanyak 9 orang di antaranya tembus DPRD Bali 2019-2024. Sedangkan 9 Srikandi lolos ke kursi DPRD Tabanan 2019-2024, disusul 8 Srikandi lolos DPRD Buleleng, 7 Srikandi lolos DPRD Jembrana, 6 Srikandi lolos DPRD Badung, 6 Srikandi lolos DPRD Klungkung, 2 Srikandi lolos DPRD Denpasar, 2 Srikandi lolos DPRD Gianyar, dan 2 Srikandi lolos DPRD Karangasem.

Hanya saja, untuk kursi DPR RI Dapil Bali, tidak ada satu pun Srikandi yang berhasil lolos. Seluruh 9 kursi DPR RI Dapil Bali direbut politisi laki-laki. Demikian pula 4 kursi DPD RI Dapil Bali, semuanya disambar tokoh laki-laki.

Satu catatan lagi, dari 52 Srikandi yang lolos ke kursi legislatif hasil Pileg 2019, sebanyak 30 orang di antaranya merupakan kader PDIP. Jadi, PDIP menjadi parpol paling sukses soal keterwakilan perempuan di kursi legislatif. Partai besutan Megawati Soekarnoputri ini hanya gagal meloloskan Srikandi ke DPRD Karangasem dan DPRD Denpasar.

Sedangkan Golkar hanya berhasil meluncurkan 4 Srikandi ke kursi legislatif hasil Pileg 2019 di Bali, termasuk Ni Made Meliani (DPRD Tabanan) dan Ni Putu Metta Dewinta Wandy (DPRD Denpasar). Demikian pula Gerindra dan NasDem, sama-sama meloloskan 4 Srikandi ke kursi legislatif. Srikandi Gerindra yang lolos tersebut, termasuk Ni Nengah Sri Labantara (DPRD Tabanan), sementara Srikandi NasDem di antaranya Made Putri Nareni (DPRD Buleleng).

Sementara, Hanura berhasil meluncurkan 3 Srikandi ke kursi legislatif hasil Pileg 2019, termasuk Putu Sri Handayani dan Luh Andriani (keduanya DPRD Klungkung). Sedang-kan Demokrat hanya meloloskan 1 Srikandi ke kursi legislatif, yakni incumbent Luh Hesty Ranitasari (DPRD Buleleng). Yang mengejutkan, PSI sebagai pendatang baru juga meloloskan 1 Srikandi ke kursi legislatif, yakni Emiliana Sri Wahjuni (DPRD Denpasar).

Urusan meloloskan Srikandi ke kursi Dewan dalam Pileg 2019, PDIP tidak ada tan-dingannya. Bahkan, dari 9 politisi perempuan yang lolos ke kursi DPRD Bali 2019-2024, sebanyak 6 orang di antaranya Srikandi PDIP. Mereka masing-masing Ni Wayan Sari Ga-lung (caleg new comer Dapil Denpasar yang lolos 26.210 suara), Kadek Dwi Yustiawati (new comer Dapil Gianyar/24.079 suara), Ni Luh Yuniati (new comer Dapil Gianyar/37.315 suara), I Gusti Ayu Aries Sujati Suradnyana (new comer Dapil Bu-leleng/32.408 suara), Ni Kadek Darmini (incumbent Dapil Karangasem/34.712 suara), I Gusti Ayu Diah Werdhi Srikandi WS (incumbent Dapil Jembrana/28.051 suara).

Hanya 3 Srikandi non PDIP yang lolos ke kursi DPRD Bali hasil Pileg 2019. Mereka masing-masing Ni Putu Yuli Artini (caleg incumbent Golkar dar Dapil Karangasem yang lolos ke DPRD Bali dengan 20.142 suara), Utami Dwi Suryadi (caleg incumbent Demokrat dari Dapil Denpasar yang lolos buat ketiga kalinya ke DPRD Bali dengan perolehan hanya 5.736 suara), dan Grace Anastasia Surya Widjaja (caleg new comer dari PSI Dapil Denpasar yang lolos dengan torehan cuma 4.315 suara).

Keterwakilan perempuan di kursi legislatif hasil Pileg 2019 jauh melampaui capaian Pileg 2014 lalu. Berdasarkan hasil Pileg 2014 lalu di Bali, hanya 32 caleg Srikandi yang bergasil tembus ke kursi legislatif, masing-masing 5 kursi DPRD Provinsi Bali dan 27 kursi DPRD Kabupaten/Kota.

Lima (5) Sriandi yang tembus kursi DPRD Bali hasil Pileg 2014, masing-masing Ni Putu Yuli Artini (caleg new comer dari Golkar Dapil Karangasem), Ni Made Sumiati (incumbent dari PDIP Dapil Karangasem), Ni Kadek Darmini (new comer dari PDIP Dapil Karangasem), Utami Dwi Suryadi (incumbent dari Demokrat Dapil Denpasar), dan Ni Made Arini (new comer dari Hanura Dapil Buleleng).

Sedangkan dari 27 caleg Srikandi yang tembus DPRD Kabupaten/Kota se-Bali hasil Pileg 2014, terbanyak lolos ke kursi DPRD Buleleng (6 orang), disusul DPRD Klungkung (5 orang), DPRD Jembrana (4 orang), DPRD Karangasem (3 orang), DPRD Tabanan (3 orang), DPRD Gianyar (3 orang), serta masing-masing 1 orang untuk kursi DPRD Denpasar, DPRD Badung, dan DPRD Bangli. Dalam Pileg 2019 ini, seluruh 6 incumbent DPRD Buleleng lolos semua, ditambah 2 caleg new comer.

Secara keseluruhan, PDIP menjadi parpol paling sukses meluncurkan Srikandi ke kursi Dewan hasil Pileg 2014. Dari total 32 Srikandi yang tembus kursi Dewan berbagai level hasil Pileg 2014, tercatat 13 orang politisi perempuan PDIP. Sedangkan Golkar di peringkat kedua dengan meluncurkan 6 Srikandi ke kursi Dewan hasil Pileg 2014, disusul Hanura (5 Srikandi), NasDem (3 Srikandi), Demokrat (2 Srikandi), Gerindra (2 Srikandi), dan PKB (1 Srikandi).

Sementara itu, Ketua LSM Bali Sruti, Luh Riniti Rahayu, yang selama ini komitmen menyuarakan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menilai banyaknya Srikandi yang lolos ke kursi legislatif hasil Pileg 2019 salah satunya dipengaruhi peraturan yang mengharuskan parpol pasang 30 persen perempuan. Peluang inilah yang disambut dan dimanfaatkan para Srikandi untuk berbuat dan berjuang maksimal.

Menurut Riniti Rahayu, ini merupakan kemajuan dan prestasi bagi kaum perempuan di Bali. “Sejak Pemilu secara langsung tahun 2004, telah diakomodasi keterwakilan perempuan dalam bentuk kuota 30 persen. Namun, perkembangan keterwakilan perempuan dari Pemilu ke Pemilu tidak terlalu menggembirakan, karena tiadanya sanksi bila tak memenuhi pencalonan 30 persen. Sekarang sudah bagus, parpol harus pasang 30 persen perempuan,” ujar Riniti kepada NusaBali di Denpasar, beberapa hari lalu.

Riniti menyebutkan, dari pengalaman mengikuti peristiwa Pemilu sejak reformasi politik yang mengakomodasi peran perempuan, Bali dengan masyarakatnya yang sangat patriakhi memiliki representasi perempuan politik yang paling rendah di Indonesia, yaitu hanya 4 persen sampai 4,5 persen. “Dari 403 kursi yang dimiliki Bali mulai DPD RI, DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, hanya terdapat 18 orang perempuan hasil Pileg 2004),” beber Riniti.

Barulah pada Pemilu 2009, keterwakilan perempuan di Bali meningkat menjadi 7,5 persen. Namun, dalam Pemilu2014, hasilnya menurun jadi 7,3 persen. Beruntung, akhirnya meningkat sedikit karena adanya PAW. “Bisa dikatakan hasilnya stagnan dibandingkan Pemilu 2009.  Ini disebabkan karena perubahan sistem pembagian kursi pada hasil pemilu mempengaruhi keterwakilan perempuan,” ujar mantan Komisioner KPU Bali 2008-2013 ini.

Nah, dalam Pemilu 2019 dengan sistem sainte lague, kata Riniti, menjadi lebih adil bagi parpol maupun calegnya. “Pemilu kali ini juga dalam regulasinya mengharuskan 30 persen perempuan di setiap Dapil. Bila tidak, kepesertaan parpol dibatalkan di Dapil tersebut. Ini yang membuat perempuan mempunyai kesempatan bertarung. Tentu saja karena calonnya hanya 30 persen, maka keterpilihan tidak mungkin mencapai 100 persen. Namun, regulasi yang memberikan kesempatan kepada perempuan terbukti manjur membuat banyak Srikandi lolos ke legislatif,” tandas perempuan kelahiran Kelurahan Banyuning, Kecamatan Buleleng yang menikah ke Sesetan, Denpasar Selatan ini.

Riniti yakin kesetaraan di bidang politik maupun di bidang lainnya, bisa terwujud asalkan kesempatan diberikan kepada perempuan. Untuk Pemilu 2019 ini, di samping kesempatan 30 persen penuh yang diberikan kepada perempuan, ada juga faktor lain yang lain di balik meningkatnya keterpilihan perempuan Bali. Faktor tersebut adalah efek ekor jas Presiden Jokowi.

Riniti menyebutkan, PDIP yang mengusung Jokowi sebagai Capres, mendapatkan suara yang meningkat drastis dibanding Pemilu sebelumnya. “PDIP mendominasi rumah rakyat di seluruh Bali. Tentu saja perempuan yang menjadi caleg di PDIP pun mendapatkan berkah ini,” tegas akademisi dari Universitas Ngurah Rai Denpasar ini. *nat,nar

Komentar