nusabali

Denpasar dan Gianyar Mendominasi

  • www.nusabali.com-denpasar-dan-gianyar-mendominasi

Meski nilai UN sudah tidak dijadikan penentu utama kelulusan, namun UN tetap wajib diikuti sebagai pemetaan

Disdik Bali Serahkan Hasil UN ke Ketua MKKS


DENPASAR, NusaBali
Dinas Pendidikan Provinsi Bali secara resmi menyerahkan hasil Ujian Nasional (UN) tahun ajaran 2018/2019 kepada masing-masing Ketua Musyawarah Kepala Sekolah (MKKS) SMA dan SMK se-Bali di Kantor Dinas setempat, Selasa (7/5). Dari perolehan hasil UN, sekolah di Denpasar dan Gianyar masih menjuarai perolehan tertinggi baik di tingkat SMA/SMK.

Di jenjang sekolah SMA, peraih tiga besar nilai tertinggi pada program bahasa ‘dikuasai’ oleh siswa dari Gianyar. Mereka di antaranya I Wayan Yudha Andayana di posisi pertama dari SMAN 1 Sukawati dengan nilai UN 368,00. Disusul peringkat kedua I Komang Wiramas Prayoga dari SMAN 1 Ubud dengan perolehan nilai 363,00. Serta di posisi ketiga Komang Putri Ristya Dewi dari SMAN 1 Ubud dengan nilai UN 362,00.

Sementara di jenjang SMA program IPA, siswa dari SMA Kristen harapan Denpasar bernama Sharon, secara mengejutkan berada di posisi pertama dengan nilai UN 394,00. Kemudian Jeniffer Louisa dari SMAN 1 Denpasar di posisi kedua dengan nilai 391,50, dan posisi ketiga diisi I Gusti Agung Gede Agung Ananda Surya Utama dari SMAN 1 Gianyar dengan perolehan nilai 388,00.

Selain itu, di jenjang SMA program IPS, siswa SMAN 1 Denpasar atas nama Ni Putu Sri Rejeki Panca Dewi berada di posisi teratas dengan perolehan nilai 381,50. Di posisi kedua dan ketiga ditempati oleh siswa SMAN 4 Denpasar masing-masing Marcel Dwi Kurnia Sucipto dengan nilai 376,00, dan Novi Rilinda dengan nilai 375,50.

Kemudian di jenjang program keagamaan (MA) didominasi oleh MA Diponegoro Klungkung. Masing-masing di posisi pertama oleh Luluk Musayyadah dengan nilai 325,50 dan di posisi kedua Amar Maaruf Ardiansyah dengan nilai 316,00. Sedangkan di posisi ketiga diisi oleh siswa MAN 1 Jembrana atas nama Nindya Farhana dengan perolehan nilai 311,00.

Terakhir di jenjang SMK, pemegang nilai tertinggi jatuh kepada siswa dari SMKN 2 Denpasar atas nama Ni Kadek Sinta Dewi dengan nilai 386,00. Posisi kedua diisi Ni Putu Tita Kharisma Purnama Putri dari SMK Pariwisata Triatma Jaya Badung dengan nilai 377,00, dan di posisi ketiga Ni Made Dini Hari Putri dari SMKN 1 Gianyar dengan perolehan nilai 366,00.

Salah satu sekolah yang berhasil mempertahankan siswanya di tiga besar nilai UN tertinggi se-Bali adalah SMAN 1 Denpasar. Ditemui di sekolah setempat, Selasa sore, Kasek SMAN 1 Denpasar, Made Rida menjelaskan, sekolah dalam mempersiapkan UN sering mengadakan tryout. Selain itu, anak-anak juga belajar sendiri dan ikut beberapa tryout di beberapa lembaga bimbingan belajar. “Menjelang UN kita sudah tryout sampai empat kali,” jelasnya.

Dua siswa SMAN 1 Denpasar yang mendapat nilai tertinggi yakni Ni Putu Sri Rejeki Panca Dewi berada di posisi teratas pada program IPS dengan perolehan nilai 381,50, dan Jeniffer Louisa di posisi kedua pada program IPA dengan nilai 391,50. Keduanya konon sudah diterima kuliah di Universitas Udayana melalui jalur SNMPTN.

“Keduanya sudah diterima di Universitas Udayana. Kalau Sri Rejeki diterima di Fakultas Ekonomi dan Louisa di Fakultas Kedokteran. Kesehariannya, baik Sri Rejeki dan maupun Louisa adalah anak-anak berprestasi. Louisa bahkan sering mewakili sekolah dalam lomba-lomba debat bahasa Inggris. Terakhir Louisa mewakili Indonesia dalam lomba kuis Asean. Kalau Sri Rejeki ini sering tiga besar di sekolah,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Bali, Ketut Ngurah Boy Jayawibawa mengatakan, nilai UN sudah tidak dijadikan penentu utama kelulusan. Namun UN tetap wajib diikuti sebagai pemetaan. Ia mengimbau agar para siswa tidak terlalu berlebihan ketika merayakan kelulusan seperti aksi konvoi. Sebab pengelolaan pengumuman kelulusan nantinya diserahkan kepada sekolah masing-masing. “Kita tentunya akan berkoordinasi dengan Disdik Kabupaten/Kota, Kepolisian, dan Pol PP, dan sebagainya untuk ini (konvoi, red). Tapi ini tergantung seninya sekolah masing-masing. Apakah diadakan kegiatan, atau persembahyangan, dan sebagainya. Supaya janganlah meluapkan euphoria berlebihan di jalan. Itu kan membahayakan diri sendiri dan juga membahayakan orang lain. Padahal masih ada tahapan-tahapan yang harus mereka jalani,” katanya. *ind

Komentar