nusabali

Jembatan Ambruk, 2 Tewas, 3 Selamat

  • www.nusabali.com-jembatan-ambruk-2-tewas-3-selamat

Lima korban yang semuanya asal Banjar Puseh, Desa Perean jatuh bersama material ke pangkung sedalam 8 meter di bawah jembatan

Petaka Saat Gotong Royong Krama Subak di Desa Perean


TABANAN, NusaBali
Musibah maut terjadi saat krama Subak Palian, Banjar Puseh, Desa Perean, Kecamatan Baturiti, Tabanan gotong royong mengurug badan jembatan dengan tanah, Selasa (7/5) pagi. Jembatan penghubung dua banjar bertetangga di Desa Perean, yakni Banjar Puseh dan Banjar Bunyuh, ini mendadak ambruk hingga menyebabkan 2 orang tewas tertimbun dan 3 korban lainnya selamat dari maut.

Dua korban tewas dalam musibah ambruknya jembatan ini, masing-masing I Ketut Sudana, 50 (krama Banjar Puseh, Desa Perean yang menjabat sebagai Sekertaris Subak Palian) dan I Made Budi, 50 (asal Banjar Puseh, Desa Perean yang juga krama Subak Palian). Sedangkan 3 korban yang selamat dari maut, juga asal Banjar Puseh, Desa Peran. Mereka adalah I Wayan Dampuk, 60, I Wayan Sider, 58, dan I Wayan Topok, 55. Wayan Dampuk sendiri menjabat sebagai Bendahara Subak Palian. Wayan Dampuk sempat tertimbun material jembatan ambruk setengah badan,  namun berhasil selamat dengan cara ditarik beramai-ramai oleh krama subak.

Informasi di lapangan, saat musibah maut terjadi, Selasa pagi sekitar pukul 07.15 Wita, krama Subak Palian dapat giliran gotong royong untuk pengurugan jembatan dengan material tanah. Jembatan dengan panjang 6 meter dan lebar 4 meter ini rencananya akan direnovasi menggunakan dana APBDes.

Karena kondisi awal jembatan cekung dan ekstrem, maka jembatan ini rencananya akan ditinggikan supaya posisinya datar dengan jalan. Krama Subak Palian dilibatkan gotong royong, karena jalan dan jembatan tersebut adalah akses utama menuju kawasan Subak Palian.  

Saat musibah kemarin pagi, belum semua dari 80 krama Subak Paliang hadir di lokasi untuk gotong royong. Meski belum semua krama subak datang, namun kegiatan gotong langsung dilaksanakan. Sektar pukul 07.15 Wita, jembatan tiba-tiba jebol di bagian tengah ketika krama gotong royong. Akibatnya, 5 korban yang saat itu berada di atas jembatan untuk mengurug tanah, ikut jatuh ke pangkung (sungai kecil) sedalam 8 meter di bawah jembatan. Mereka berjatuhan bersama material jembatan dan tanah urug.

Dari 5 korban, 2 orang di antaranya selamat dari maut setelah berhasil ngereges naik dengan dibantu krama subak, yakni I Wayan Sider dan I Wayan Topok. Sedangkan korban Wayan Dampuk berhasil diselamatkan krama subak, setelah sempat tertimbun material setengah badan. Krama subak menggali dengan hati-hati material yang menimbun Wayan Dampuk, hingga tubuh korban bisa ditarik.

Sebaliknya, korban I Ketut Sudana dan I Made Budi tertimbun material hingga tubuh mereka tidak kelihatan. Kedua korban tewas ini sempat melambai-lambaikan tangan ketika jembatan baru ambruk, namun lama kelamaan menghilang tertimbun material.

Setelah dilakukan upaya evakuasi selama hampir 2 jam, korban Ketut Sudana akhirnya ditemukan dan berhasil diangkat dari dalam timbunan material, dengan kondisi kritis. Ketut Sudiana pun langsung dilarikan ke Rumah Sakit Semara Ratih Tabanan. Namun, nyawanya tidak terselamatkan. Korban yang mengalami patah tulang leher ini menghembuskan napas terakhir dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Sementara, korban Made Budi baru ditemukan Selasa siang sekitar pukul 12.33 Wita, setelah tertimbun lebih dari 5 jam. Korban Made Budi ditemukan dalam kondisi sudah tewas. Evakuasi korban Made Budi dilakukan petugas gabungan dari BPBD Tabanan. Tagana Tabanan, kepolisian, dan TNI AD.

Proses evakuasi jenazah Made Budi berlangsung dramatis, karena posisi tertimbunnya cukup sulit dan dalam. Petugas harus melalukan penggalian, lalu menyemprotkam air sedikit demi sedikit menggunakan selang. Selain tertimbun cukup dalam, korban Made Budi juga terjepit material jembatan ambruk, sehingga menyulitkan evakusi. Begitu berhasil dievakuasi, jenazah Made Budi kemarin siang langsung dibawa ke rumah duka di Banjar Puseh, Desa Perean. Pantauan NusaBali di rumah duka, kedatangan jenazah disambut tangis histerus pihak keluarga, termasuk istri korban, Ni Made Nyadri.

 Kelian Subak Palian, Wayan Jedar, 58, mengatakan gotong royong pengurugan jembatan melibatkan krama subak, karena jembatan tersebut adalah akses jalan menuju Subak Palian. Selasa kemarin, memang giliran krama subak yang gotong royong. Sebelumnya, yang kena giliran gotong royong adalah krama Banjar Puseh, Desa Palian. “Gotong royong mengurug jembatan dengan material tanah urug ini sudah dilakukan sejak sepekan lalu,” ungkap Wayan Jedar saat dikonfirmasi NusaBali.

Pagi sekitar pukul 06.30 Wita, korban Ketut Sudana selaku Sekretaris Subak Palian nepak kukul (membuyikan kentongan adat) sebagai tanda gotong royong segera dimulai. Saat musibah terjadi sekitar pukul 07.15 Wita, krama subak sudah mulai gotong royong. Namun, Wayan Jedar mengaku tidak mengetahui persis kejadiannya, karena datang belakangan ke lokasi lantaran harus mengambil cangkul di kandang sapi.

"Saya dengar dari atas sudah ribut, saya pun berlari ke bawah. Saya terkejut karena ada krama subak yang tertimbun," keluh Wayan Jedar. Disebutkan, korban tewas Ketut Sudana dan Made Budi sempat melambai-lambaikan tangan pasca jembatan ambruk, lalu hilang tertimbun material. “Sedangkan Bendahara Subak Palian, Wayan Dampuk, masih bisa berteriak ‘tolong-tolong’ karena badannya tertimbun bagian bawah, sehingga selamat," terang Wayan Jedar.

Sementara itu, Kelian Dinas Banjar Puseh, Desa Perean, I Nyoman Suda, mengatakan jembatan yang ambruk ini dibangun sekitar 5 tahun lalu sebagai proyek desa. Posisi jembatan berada di bawah badan jalan, sehingga bentuknya cekung. Karena itu, jembatan ini rencananya akan ditinggikan dan dibangun permanen, sebagai akses poengubung dua banjar bertetangga dan akses menuju SMAN 1 Baturiti. Sebelum direnovasi, krama banjar dan krama subak gotong royong mengurug badan jembatan dengan tanah urug, agar posisinya sejajar dengan badan jalan. "Pembangunan jembatan sekaligus perbaikan jalan sepanjang 600 meter menggunakan dana dari APBDes," beber Nyoman Suda.

Di lain sisi, Kapolsek Baturiti Kompol I Nengah Sudiarta mengatakan berdasarkan pengamatannya, ada beberapa analisa terkait penyebab jebolnya jembatan saat kegiatan gotong royong kemarin. Pertama, jembatan tersebut sudah berumur. Kedua, besi yang dipakai membuat jembatan ukurannya sangat kecil.

"Kemudian, betonnya juga sangat tipis hanya sekitar 5 cm. Dengan keadaan seperti itu, ditambah beban penumpukan tanah urug, beban jembatan otomatis bertambah,” jelas Kompol Sudiarta. Selain beban timbunan tanah yang terlalu berat, kata dia, diduga terjadi pergeseran timbunan tanah di bawah jembatan karena tergerus air gorong-gorong. *des

Komentar