nusabali

Perang Tipat, Tradisi Mensyukuri Panen Padi

  • www.nusabali.com-perang-tipat-tradisi-mensyukuri-panen-padi

Tradisi unik berupa perang tipat digelar di Pura Masceti, Desa Sayan, Kecamatan Ubud, Gianyar, Minggu (5/5).

GIANYAR, NusaBali

Pura tersebut diempon oleh 10 subak dari dua desa dinas dan empat desa pakraman di wilayah Ubud barat. Tradisi ini sebagai simbol rasa syukur krama subak atas hasil panen selama enam bulan.

Hal itu dijelaskan Pekaseh Gede Pura Masceti I Ketut Jejel SH didampingi pemangku pura, Jero Mangku Made Ngastra. Diungkapkan, krama subak terdiri atas dua desa dinas, yakni Desa Sayan dan Desa Singakerta. "Ini sebagai bentuk syukur krama subak karena selama enam bulan ini hasil panennya sangat memuaskan," terangnya.

Tradisi ini dilaksanakan setiap enam bulan sekali, yaitu tiga hari pasca nyineb piodalan di Pura Masceti, Redite Kliwon Watugunung. Diawali, krama subak menghaturkan papranian (banten berisi ketupat) sejak pagi hari. "Biasanya krama subak menghaturkan setengah dari  tipatnya. Yaitu kelanan, kan ada enam tipat, setengahnya itu berarti tiga. Sedangkan sisanya ditunas dibawa pulang. Sedangkan yang dihaturkan di pura itulah dijadikan amunisi perang tipat," tandas Ketut Jejel.

Disinggung sejarah perang tipat, Jero Mangku Made Ngastra mengatakan, tidak diketahui persis. Setahunya, tradisi ini setiap enam bulan pasti dilakukan, meskipun krama yang ikut perang, sedikit. "Jika tidak dilakukan,  katanya akan ada hama dan kapiambeng (halangan) lainnya yang menimpa  persawahan krama subak," terangnya.

Dalam kesempatan itu, krama subak nunas ulam bawi (mohon daging babi) yang dihaturkan pada masing-masing palinggih di persawahannya. Harapannnya, agar tumbuh benih padi hingga berbuah padat, tanpa halangan dan musibah saat panen nanti.*nvi

Komentar