nusabali

Rabies Telan Korban Bocah Pangkung Paruk

  • www.nusabali.com-rabies-telan-korban-bocah-pangkung-paruk

Setelah dua bulan dua kali digigit anjing, akhirnya nyawa bocah 14 tahun tak tertolong.

SINGARAJA, NusaBali

Komang Era Ariawan, 14, akhirnya tak dapat bertahan. Bocah asal Banjar Dinas Lebah Mantung, Desa Pangkung Paruk, Kecamatan Seririt, Buleleng yang didiagnosa suspect rabies menghembuskan nafas terakhirnya di ruang isolasi RSUD Buleleng pada Jumat (35) pukul 04.00 WITA. Korban Era dinyatakan keluarganya memang sempat digigit anak anjing miliknya pada bulan Februari lalu.

Anak anjing peliharaannya juga disebut menggigit tiga orang anggota keluarganya yang lain yakni Putu Erik Aribowo, 20 (kakak korban); Ketut Ciriani, 17 (calon ipar korban); dan Kadek Yuliani, 4, (sepupu korban). Anak anjing yang berumur satu setengah bulan itu pun dikatakan sudah mati selang tiga hari pasca menggigit empat korban.

Kejadian gigitan anjing yang merenggut nyawa korban itu sebelumnya memang diketahui keluarga. Hanya saja korban tidak sempat mendapatkan vaksin, karena merasa tak sakit di awal gigitan.

Menurut Made Karmini, ibu korban, anak ketiganya itu diketahui digigit anak anjing miliknya setelah gigitan kedua. Saat itu korban Era akan mengambil sandal, namun langsung digigit anak anjing itu.

“Waktu digigit kedua kalinya sempat mengeluh sakit di kaki kiri karena sudah sempat digigit kemarinnya. Dua kali digigit ada enam luka di kaki kanan dan kiri dekat pergelangan kaki,” ujar Karmini sambil menangis sesenggukan di depan ruang jenazah RSUD Buleleng, kemarin.

Ia pun sempat mengajak anaknya untuk periksa ke bidan desa karena mengeluh sakit. Setelah diperiksa, Karmini disarankan untuk membawa anaknya ke Puskesmas untuk mendapatkan vaksin rabies keesokan harinya.

Namun karena mendengar informasi harga vaksin cukup mahal, Karmini yang kesehariannya bekerja sebagai buruh serabutan pun urung mengajak anaknya ke Puskesmas karena tidak punya cukup uang untuk membeli vaksin. Selain itu kondisi Era saat itu sudah membaik dan bisa bersekolah seperti biasanya.

Awalnya tidak ada tanda-tanda mencurigakan. Korban Era yang kini masih berstatus siswa kelas VIII SMP Negeri di Seririt, baik-baik saja. Hingga pada Selasa (30/4) lalu, kondisnya mulai drop. Korban saat itu mulai mengalami demam dan lemas. Anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Made Karmini,40, dan Gede Artana, 45, itu pun sempat diajak kembali berobat ke bidan desa. Hanya saja saat itu Karmini tak menyebutkan anaknya sempat digigit anjing.

Kondisi Era disebut semakin parah dan mulai mengalami kelumpuhan, hingga akhirnya pada Kamis (2/5) lalu ia dirawat di RS Pratama Tangguwisia, Seririt. Tak berselang lama karena sudah mengalami gejala menyerupai suspect rabies, korban lalu dirujuk ke RSUD Buleleng. “Sebelum masuk rumah sakit saya sempat bawa ke balian di Seririt karena hari Rabu (1/5) tanggal merah dokter di rumah sakit tidak ada. Kondisinya sempat membaik dan mau bicara minta makan karena lapar, tetapi baliknya itu langsung lemas lagi dan sudah tidak bisa menelan air,” sesal Karmini.

Selama dirawat di RSUD Buleleng, korban Era ditangani di ruang isolasi, hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia oleh dokter saraf dan dokter anak yang menanganinya pada Jumat (3/5) pukul 04.00 WITA.

Dirut RSUD Buleleng, dr Gede Wiartana ditemui di IRD RSUD Buleleng, mengatakan bahwa korban yang diterima tim medisnya pada Kamis (2/5) pukul 20.00 WITA sudah dalam keadaan setengah sadar. Kondisi korban yang dipantau setiap menit terus mengalami penurunan. “Saat masuk kesini keluhannya tidak bisa maakan dan minum dua hari, demam, muntah dan ada riwayat digigit anjing. Kami sudah tangani termasuk memberikan vaksin rabies, karena ciri-cirinya mengarah ke suspect rabies,” kata Wiartana.

Hanya saja pihaknya menyayangkan korban Era tak dapat ditolong karena terlambat pemberian VAR. Pihaknya pun tak memungkiri jika selama ini masyarakat sering kali mengabaikan dan menganggap aman gigitan anjing apalagi dilakukan oleh anjing peliharannya. “Harusnya mendapatkan VAR lebih awal, tetapi masyarakat kadang mengabaikan dan dianggap ringan tak berbahaya,” jelas dia.  *K23

Komentar