nusabali

Lolos dengan Satu Baliho, Perjuangkan Perda Anti Aborsi

  • www.nusabali.com-lolos-dengan-satu-baliho-perjuangkan-perda-anti-aborsi

Grace Anastasia Surya Widjaja, Calon Penguasa Baru DPRD Bali dari PSI

DENPASAR, NusaBali

Partai pendatang baru PSI hampir dipastikan berhasil merebut 1 kursi dari total 55 kursi DPRD Bali hasil Pileg 2019. Kursi bersejarah bagi PSI dalam partisipasi pertamanya di pesta gong demokrasi Pemilu ini direngkuh Grace Anastasia Surya Widjaja, 44, caleg Srikandi DPRD Bali dari PSI Dapil Denpasar. Setelah lolos ke Dewan dengan hanya bermodalkan satu baliho, Srikandi berusia 44 tahun ini siap perjuangkan Perda Anti Aborsi dan Perda Anti Pedofil.

Jika melihat dari perolehan suara, Grace Anastasia Surya Widjaja termasuk beruntung. Sebab, dengan bermodalkan 4.003 suara sebagai caleg new comer, Grace Anastasia bisa lolos menumbangkan caleg dari parpol pesaing yang kantongi belasan ribu suara. Grace Anastasia---selaku caleg peraih suara terbanyak di internal caleg PSI---berhak lolos, karena total suara partai dan caleg PSI untuk kursi DPRD Bali Dapil Denpasar mencapai 18.352 suara.

Suara PSI di Denpasar mengungguli Demokrat dan Gerindra, dua parpol papan menengah yang dalam Pileg 2014 lalu sukses merebut masing-masing 1 kursi DPRD Bali Dapil Denpasar. Berdasar hasil perhitungan sementara, Demokrat mengantongi 16.952 suara, sementara Gerindra hanya 16.268 suara. Demokrat pun diprediksi bisa mencuri 1 kursi DPRD Bali Dapil Denpasar, sedangkan Gerindra terpental.

Dari total 8 kursi DPRD Bali Dapil Denpasar, 5 kursi sudah dikunci oleh PDIP melalui AA Gede Agung Suyoga (caleg new comer yang meraih 36.570 suara), Ni Wayan Sari Galung (caleg new comer/25.276 suara), I Gusti Putu Budiarta (caleg incumbent/20.138 suara), I Wayan Kariartha (caleg incumbent/18.210 suara), AA Ngurah Adi Ardhana (caleg incumbent/17.887 suara).

Sedangkan Golkar diprediksi merebut 1 kursi melalui I Ketut Suwandhi, caleg incumbent yang memperoleh 21.434 suara. Sementara 2 kursi lainnya diprediksi akan direbut PSI melalui Grace Anastasia (new comer/4.003 suara) dan Demokrat melalui Utami Dwi Suryadi (caleg incumbent yang memperoleh sekitar 5.511 suara).

Jika predikasi ini jadi kenyataan, Grace Anastasia praktis akan menjadi satu-satunya caleg dari parpol pendatang baru yang berhasil meraih kursi DPRD Bali hasil Pileg 2019. Sedangkan parpol pendatang baru lainnya, semuanya terpental, yakni Perindo, Garuda, dan Berkarya. Bahkan, parti muka lama seperti PKPI, PAN, PKB, PPP, PKS, dan PBB juga tak mampu meraih kursi DPRD Bali.

Lalu, seperti apa strategi yang dijalankan Grace Anastasia, hingga berhasil me-lenggang ke kursi DPRD Bali? Kepada NusaBali, Grace mengatakan dirinya dan PSI meraih suara signifikan di Denpasar, berkat tagline yang selama ini sudah jelas sebagai parpol anti korupsi dan tolak sikap intoleransi.

Dengan tagline ini pula, PSI juga berhasil meraih 2 kursi DPRD Denpasar, masing-masing dari Dapil Kecamatan Denpasar Utara dan Dapil Kecamatan Denpasar Selatan. Menurut Grace, PSI berjuang cukup maksimal di daerah heterogen seperti Denpasar.

Grace menjelaskan, PSI aktif sosialisasi di media sosial, sementara para caleg beda level bertandem saat masuk ke daerah heteorgen di Denpasar. Mereka gaungkan perjuangan PSI sebagai partai anti korupsi dan anti intoleransi. “Para caleg PSI bertandem dan saling mengisi,” beber Grace saat dikonfirmasi NusaBali di Denpasar, Kamis (2/5) pagi.

Grace mengaku tidak banyak melakukan simakrama untuk lolos ke DPRD Bali. Dia lebih banyak mengandalkan media sosial melalui akun instagram. Kalau parpol lain pasang banyak baliho musim kampanye, Grace justru cuma pasag 1 baliho saja di kawasan Jalan Gatot Soebroto Denpasar Barat.

“Saya cuma pasang 1 baliho, supaya tidak mengotori wajah Kota Denpasar. Kalau program masyarakat sudah bisa lihat visi misi saya di media sosial (Instagram),” tegas Srikandi PSI kelahiran Semarang, Jawa Tengah, 24 juli 1975, yang hijrah ke Bali sejak 4 tahun lalu mengikuti suaminya yang kerja di Denpasar ini.

Menurut Grace, dirinya tidak banyak masimakrama ke banjar-banjar. Dia aktif sosialisasi ke warung-warung makan dengan spanduk. “Saya tidak simakrama ke banjar-banjar, tapi tandem saya turun di seluruh kawasan Denpasar. Begitu sebaliknya ketika saya masuk ke basis suara sendiri, saya bawa alat peraga kampanye tandem saya. Jadi, ini saling menguatkan,” ujar istri dari Eddy Apriyanto, 54, karyawan swasta di Denpasar ini.

Grace Anastasia sendiri adalah seorang ibu rumah tangga, yang baru terjun ke politik sejak 16 November 2014 silam, bersamaan dengan lahirnya PSI. Kemudian, dia maju tarung ke DPRD Bali Dapil Denpasar dalam Pileg 2019 ini, karena terdorong ajakan teman-temannya. Ternyata, Grace bisa terobos dominasi partai besar seperti PDIP, dengan meraih kursi DPRD Bali.

Ketika nanti duduk di DPRD Bali, Grace telah menyiapkan program untuk perjuangan bagi perlindungan kaum perempuan dan anak, serta pemberdayaan perempuan. Grace memiliki visi ‘Mewujudkan rakyat Indonesia yang memiliki nilai luhur, berbudi pekerti, punya sopan santun, tata krama, etika, dan menghormati orang yang lebih tua’. “Visi itu masuk dalam media sosial saya,” lata Grace.

Sedangkan misi yang diusung Grace adalah ‘Mendidik dan memberdayakan kaum perempuan agar menjadi perempuan yang tangguh, tapi tetap peduli pada keluarga, hormat kepada suami, bisa memiliki penghasilan sendiri, dan piawai dalam membesarkan anak-anak mereka sesuai dengan norma-norma ajaran agama masing-masing, sehingga anak tersebut menjadi generasi penerus bangsa Indonesia yang dapat diandalkan’. Fokus gerakannya, memberantas praktek aborsi, menekan angka KDRT, pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak, serta memberantas para pelaku pedofil. Selain itu, juga memperjuangkan hak bayi yang lahir untuk memiliki akte kelahiran.

Grace nantinya akan perjuangkan Peraturan Derah (Perda) Anti Aborsi dan Anti Pedofil. “Caranya, dengan memperjuangkan Perda, melakukan penyu-luhan dan seminar dan sidak langsung. Bekerjasama dengan dinas dan lembaga terkait untuk memberantas praktek aborsi dan pelaku pedofil dan pelecehan seksual,” tandas ujar alumnus Universitas Katolik Soegijapranoto, Semarang ini.

Selain fokus masalah aborsi dan pedofil, Grace juga siapkan perjuangan mewujudkan aturan tentang pembuatan akte kelahiran bagi bayi yang baru lahir, melalui kebijakan pemerintah. “Bayi yang lahir sudah tercatatkan dengan akte secara langsung. Anak yang lahir di luar pernikahan wajib ada penyebutan nama si ibu kandung,” ujar ibu dua anak yang secara pribadi menolak poligami. *nat

Komentar