nusabali

Laklak Biu Men Bayu, Kuliner Khas Penebel

  • www.nusabali.com-laklak-biu-men-bayu-kuliner-khas-penebel

Laklak biu (pisang) Men Bayu sudah menjadi langganan kuliner saat ada gelaran festival di Tabanan.

TABANAN, NusaBali

Hampir setiap acara, laklak biu Men Bayu milik pasutri Ni Nyoman Tanik, 68, dan I Ketut Sutarma, 71, selalu hadir. Namun dua tahun belakangan ini laklak biu Men Bayu —yang merupakan kuliner khas Kecamatan Penebel— ini absen di acara HUT Tabanan. Meskipun demikian di warung sederhananya di Banjar Penebel Baleran, Desa Penebel, Kecamatan Penebel, laklak biu ini tak pernah sepi pembeli.

Sutarma mengatakan dia jarang hadir di HUT kota ataupun festival yang digelar pemerintah karena memang tidak ada undangan. “Karena tidak ada undangan sehingga sejak tahun 2017 tidak jualan di HUT kota maupun festival lain,” ujarnya, Rabu (1/5).

Sutarma menyatakan tidak tahu alasannya kenapa kini tidak pernah diundang saat ada festival. Padahal tahun 2017 lalu dia bersama pejabat Tabanan mulai dari Kepala Dinas Koperasi yang kala itu dijabat Anak Agung Tresna Dalem dan unsur lainya, sempat promosikan laklak biu Men Bayu ke Jakarta. “Tahun 2017 kami ke Jakarta dan terkahir diundang pada festival di Danau Beratan tahun 2017,” bebernya.

Meskipun demikian dia tidak keberatan ataupun berkecil hati. Karena di warungnya setiap hari laklak yang dibuat secara tradisional ini laris manis. Bahkan pembeli dari luar Tabanan seperti dari Kuta, Nusa Dua (Kabupaten Badung), Gianyar menyukai laklak yang dibuatnya ini. “Sebenarnya tidak masalah. Kami tidak diundang tak apa-apa, diundang juga syukur, supaya tidak jadi masalah,” tuturnya.

Sutarma mengajui laklak Men Bayu yang sudah dijual sejak 2009 ini tiap harinya bisa mendapatkan penjualan paling sedikit Rp 300 ribu dan paling banyak Rp 600 ribu. Jam buka warung pukul 07.00 – 21.00 Wita. “Kalau ramai sampai dapat Rp 600 ribu. Selain warga lokal, bule juga suka,” katanya.

Keunikan laklak Men Bayu ini selain rasanya gurih dan dibuat secara tradisional yakni masih menggunakan tungku dan kayu bakar, bentuknya juga berbeda. Tidak seperti laklak pada umumnya yang kecil, lalak biu Men Bayu ukurannya sedang.

Di atas laklak diberikan toping pisang dan kelapa yang diparut tanpa diberikan gula. Dan ketika sudah matang laklak biu Men Bayu dilipat menyerupai crepes. Laklak biu Men Bayu paling nikmat disantap saat kondisi panas.

Pembuatan laklak biu Men Bayu dilakoni hanya berdua, Sutarma bersama istrinya, Ni Nyoman Tanik. Yang bertugas menanak laklak di atas tungku adalah Nyoman Tanik sedangkan Sutarma bertugas memarut kelapa. Meski umur mereka telah memasuki usia lanjut, mereka sangat semangat meladeni pembeli. *des

Komentar