nusabali

Jalan Ditembok, Warga Loncat Pagar Sekolah

  • www.nusabali.com-jalan-ditembok-warga-loncat-pagar-sekolah

Agar bisa melewati pagar sekolah setinggi 1,5 meter, warga buat tangga dari kayu dan menumpuk batako.

BANGLI, NusaBali

Jalan setapak menuju rumah I Nengah Ariasa dan I Nengah Sumerta di Banjar Dadia, Desa Tamanbali, Kecamatan Bangli, ditutup. Jalan ini ditutup oleh warga setempat, I Ketut Sujana. Alasannya, jalan setapak itu masih termasuk pekarangan rumahnya. Dampaknya, keluarga Nengah Ariasa dan Nengah Sumerta terpaksa loncat tembok pagar SDN 2 Tamanbali untuk keluar masuk rumah.

Jalan setapak yang ditutup itu ada di sebelah selatan rumah Ketut Sujana dan di utara SDN 2 Tamanbali. Sementara posisi rumah Nengah Ariasa dan Nengah Sumerta di timur rumah Ketut Sujana dan SDN 2 Tamanbali. Menurut Ariasa, jalan setapak itu sudah ditutup sejak dua hari lalu. Agar bisa beraktifitas di luar rumah, Nengah Sumerta dan keluarha mengaku terpaksa loncat pagar SDN 2 Tamanbali. Agar bisa melewati pagar sekolah setinggi 1,5 meter, ia membuat tangga dari kayu dan menumpuk batako. “Kami sudah minta izin ke pihak sekolah,” ungkap Ariasa, Rabu (1/5).

Ariasa menyayangkan aksi penutupan jalan itu. Ia pun mengaku susah dengan penutupan jalan itu. Keluar rumah untuk sembahyang, naik tembok pagar sekolah dengan membawa banten. Keluarga Sumerta buat sementara juga menitip motor di areal sekolah. Ia berharap masalah ini cepat tuntas dan pemerintah bisa turun tangan untuk membantu warga. “Masalah ini sudah berulang kali. Sudah pernah dilakukan pengukuran ulang serta mediasi, belum ada titik temu,” ungkap Ariasa diamini kerabatnya I Wayan Merta yang juga mantan Bendesa Adat Tamanbali.

Wayan Merta mengungkapkan, lahan tersebut dulunya merupakan kawasan persawahan. Sekitar tahun 1982 dibangunlah SDN 2 Tamanbali, luas lahan 15 are. Pemilik awal Nyoman Deplak. Oleh pemerintah ditukar guling dengan tanah persawahan yang lokasinya di Banjar Jelekungkang, Desa Tamanbali. Jalan setapak yang kini ditutup sebetulnya masih bagian dari lahan SD. “Dulunya tanah sawah, saluran irigasi pun ada di areal sekolah,” jelas Wayan Merta.

Selanjutnya ada warga membangun rumah tepat di belakang sekolah. Dikatakan, Nengah Sumerta mengajukan permohonan agar sekolah memberikan sedikit jalan menuju lokasi pembangunan rumah. Berdasarkan hasil rapat pihak sekolah melibatkan perbekel dan tokoh masyarakat, akhirnya diberikanlah lahan sekolah untuk jalan. “Tepat di lokasi penutupan jalan saat ini berdiri palinggih padmasana milik SDN 2 Tamanbali. Palinggih tersebut digeser ke selatan sehingga bisa menjadi akses jalan bagi masyarakat. Jalan setapak tersebut masih bagian lahan sekolah,” terangnya.

Mantan Bendesa Adat Tamanbali ini menjelaskan, masalah ini sudah lama. Di masa Perbekel Anak Agung Anom Ariawan sempat melakukan pengukuran dan jalan setapak yang kini ditutup merupakan lahan sekolah. “Batas utara sampai di tembok warung milik Ketut Sujana. Waktu itu untuk batas utara lahan sekolah sempat dipagar dengan batang pohon,” ungkapnya. Diakui pihak kepolisian sempat turun serta mediasi bersama PHDI Bangli. Jika sampai hari Jumat ini tidak kunjung ada kejelasan, akan ada tindakan tegas. “Apapun risikonya kami siap. Kami tahu lahan tersebut milik sekolah, bukan oknum,” ujarnya.

Selain Nengah Ariasa dan Nengah Sumerta, beberapa warga yang memiliki lahan pertanian di jalur tersebut juga merasakan dampaknya. Sementara Ketut Sujana saat dikonfirmasi belum bisa memberikan keterangan karena sedang sakit. Namun anak yang bersangkutan, Kadek Dwi Putra Astama meyakinkan jika jalan setapak itu adalah bagian dari tanah pekarangan keluarganya. Dwi Putra mengaku sudah sempat didatangi kepolisian. “Ini bukan jalan, tapi bagian tanah pekarangan kami,” ujarnya singkat. *esa

Komentar