nusabali

Melihat Politik Dalam Kartun

  • www.nusabali.com-melihat-politik-dalam-kartun

Pemilihan Umum (Pemilu) serentak sudah selesai, namun suhu politik belum juga mereda.

DENPASAR, NusaBali

Masyarakat sudah mulai jenuh dengan informasi riak-riak politik yang terus saja dipertontonkan. Kartun politik seperti menjadi salah satu cara masyarakat mencari humor di tengah riuhnya perpolitikan di Indonesia. Diskusi tentang kartun politik inilah yang coba diketengahkan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Pemerintahan Universitas Warmadewa di Kubu Kopi Denpasar, Jumat (26/4).

Kartunis Bali, Jango Pramartha mengaku kaget ketika ditawari menjadi narasumber yang berbicara soal kartun politik. Sebab selama ini kebanyakan mahasiswa memintanya untuk berbicara kartun yang sifatnya ke arah pariwisata budaya dan fenomena sosial. Namun menurutnya sangat tipis perbedaan antara kartun politik, kartun pariwisata, dan kartun budaya di Bali.

“Saya saat ini pengisi kartun politik di koran Nusa (NusaBali, red). Setiap minggu saya mengisi kartun politik, mengomentari sesuatu yang jadi headline di koran tersebut. Misalnya ada sebuah peristiwa, dan kita harus menggelitik, tapi yang digelitik itu juga tidak boleh marah dan tegang. Namun masyarakat juga harus diberikan informasi yang enak dilihat secara visual,” jelas Jango.

Jango menjelaskan, menjadi seorang kartunis bukan berada dalam domain memvonis sesuatu, namun memberikan kabar yang menggelitik kepada masyarakat, yang mana masyarakat merasa terhibur. “Satu gambar mewakili seribu bahasa. Kartun yang baik harus mengandung tiga unsur, yakni etika, humor, dan estetika. Harus pintar membaca persoalan, kemudian bisa menyelipkan humor, lucu, dan gambarnya bagus,” katanya.

Sementara itu, dosen ilmu pemerintahan sekaligus pengamat politik dari Universitas Warmadewa, I Nyoman Wiratmaja, mengatakan, kartun politik bukan sekedar humor dan lucu, namun sarat pesan politik yang luar biasa. Muatan politik yang terjadi, kalau sudah diceritakan dengan humor diharapkan masyarakat lebih bisa menerima apa adanya.

“Para kartunis ini juga sebenarnya ditakuti juga oleh para politikus. Kalau politisi ditanya, senang kartun? Pasti dijawab senang. Senang kritik? Dijawab senang juga, asal tidak mengritik dirinya. Ada orang yang tidak siap dikritik, salah satunya lewat kartun. Namun dengan kartun orang juga bisa jadi introspeksi diri,” ujarnya.

Menurutnya, bukan tidak mungkin, sebuah kartun politik juga bisa mengubah cara pandang dan pikiran orang melalui sebuah kartun. Jika dilihat politik kekinian di Indonesia, sampai hari ini pun tidak terlihat saling kritik, namun saling hujat dan menjelaskan. Bahkan dalam beberapa kasus, politik menjurus ke fitnah.

“Persoalan-persoalan ini dituangkan ke dalam kartun. Dengan sangat mudah ditangkap bahwa dari muatan politik yang dituangkan itu dibuat oleh orang yang cerdas melihat situasi, wawasan luas, dan betul-betul memberikan kesan tidak sarkasme. Sampai kapanpun, saya kira kartun akan memberikan nilai lebih dan bermanfaat termasuk dalam sosial politik ini,” tandasnya. *ind

Komentar