nusabali

2 Guru SMA/SMK Terbaik ke Jepang

  • www.nusabali.com-2-guru-smasmk-terbaik-ke-jepang

“Teknik pembelajaran yang didapatkan di Jepang sangat cocok diimplementasikan di Bali,”

20 Hari Pelatihan di KIBI International University Okayama

AMLAPURA, NusaBali
Dua guru SMA/SMK terbaik Bali, dipercaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pusat melalui Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan untuk mengikuti Teacher Training on Inclusive Education di KIBI International University Okayama, Jepang selama 20 hari mulai 3 Maret hingga 23 Maret lalu.

Kedua guru berprestasi itu. I Putu Sudibawa guru mata pelajaran Kimia SMAN Sidemen, Karangasem dan Ni Luh Ekayanti guru mata pelajaran Fisika dan Simulasi Digital SMKN 3 Singaraja. Selama menjalani pelatihan di Jepang, salah satunya memantau tata cara proses pembelajaran, mendidik siswa berkebutuhan khusus, mulai dari disiplin, keseriusan siswa menerima materi dan hubungan siswa dengan guru. “Teknik pembelajaran yang didapatkan di Jepang sangat cocok diimplementasikan di Bali,” ujar Sudibawa dan Ekayanti dihubungi secara terpisah, di Amlapura, Minggu (14/4).

Sudibawa mengatakan selama di Jepang mempelajari pendidikan ABK (anak berkebutuhan khusus), mulai dari jenjang TK, SD, SMP, SMA dan panti jompo. Rombongan dari Indonesia, yang memantau pembelajaran itu, sebanyak 21 guru berprestasi, dua dari Bali. Sebagai penanggungjawab adalah KIBI International University Okayama.

Sedangkan tempat kegiatannya terbagi tujuh, yakni: Balai Kota Soja Okayama mempelajari pemberdayaan 1.000 tenaga kerja ABK. Di Akademi Kibiro mempelajari penanganan orang-orang berkebutuhan khusus. Sedangkan di SD Takahashi mempelajari pembelajaran ABK di tingkat SD. Pantauan di PAUD (Pendidikan Anak Usai Dini) Junsei mempelajari penanganan ABK di tingkat sekolah TK. SMP Takahashi tempat mempelajari pembelajaran ABK di tingkat SMP, sedangkan SMA Uji Okayama mempelajari pembelajaran tingkat SMA dan terakhir di SLB Higashi Okayama.

"Intinya selama kami di Jepang untuk memantau bagaimana tata cara pembelajaran, dilakukan siswa inklusi, yang memerlukan penanganan khusus, mulai dari tingkat TK, SD, SMP, SMA hingga panti jompo," kata Sudibawa.

Terutama katanya menangani siswa yang hiperaktif, satu siswa perlu penanganan guru secara khusus. Sehingga antara guru dan siswa begitu jadi satu kesatuan. Di bagian lain guru SMKN 3 Singaraja, Luh Ekayanti mengaku mendapatkan banyak pengalaman memantau pembelajaran menangani tata cara menangani siswa inklusi di Jepang. "Bagaimana Jepang mendidik siswa inklusi, terutama mengedepankan disiplin, dan budaya. Ternyata sangat cocok untuk diimplementasikan di Bali," kata Ekayanti.

Sebab kata Ekayanti, membimbing anak inklusi, perlu perhatian khusus, sesuai sebutannya anak berkebutuhan khusus, terutama siswa yang hiperaktif.  "Pendidikan di Jepang bisa maju salah satunya adalah mengedepankan disiplin," katanya. Ekayanti optimis, pengalaman di Jepang bisa diimplementasikan di tempatnya mengajar. *K16

Komentar