nusabali

Belum Temukan Kiat Mengawetkan Gayor

  • www.nusabali.com-belum-temukan-kiat-mengawetkan-gayor

Nama salah seorang seniman dekorasi asal Banjar Mas, Desa Sayan, Ubud, Gianuar, I Wayan Eka Sanjaya, cukup dikenal di Kabupaten Gianyar.

GIANYAR, NusaBali

Namun pesanan karya seni yang sering dia terima tak hanya dari Kabupaten Gianyar, namun banyak juga dari wilayah Badung. Dia mengaku belajar menganyam janur dari kakeknya, ketika diajak membuat sebuah topi klangsah (daun kelapa). Cara menganyam janur itu pun masih diingat hingga sekarang. Yang menarik adalah bahan pembuat gayor ia petik langsung dari tegal rumahnya. "Di rumah ada lima pohon kelapa. Slepan saya petik sendiri. Sedangkan janur dan bunga mitir beli di pasar," jelasnya, belum lama ini.

Untuk satu gayor, diperlukan ratusan helai slepan dan janur, serta sekitar 15 kg bunga mitir. Selain tiga bahan pokok itu, Sanjaya juga memanfaatkan sampah kulit telur ayam untuk dikreasikan. Dalam menjalankan usaha ini, Sanjaya mengaku nyaris tanpa kendala. "Biasanya agak repot ketika ada pesanan H-1 acara. Solusinya ya kita kebut," ujarnya yang baru menikah dengan pujaan hatinya, Ani Purwani ini. Sebuah gayor menarik dilihat atau disebut indah sejak dipasang hingga beberapa hari kemudian. Sebab, oleh karena berbahan alami, daya tahannya pun cukup singkat. "Tahan empat  sampai lima hari setelah dipasang. Itu pun jika cuaca tidak terlalu panas," ungkapnya.

Sanjaya mengaku belum ada teknik untuk mengawetkan gayor alami ini agar tahan berhari-hari. "Tidak ada pengawetan, semua alami," ujar lulusan SDN 2 Ubud, SMPN 2 Ubud dan SMAN 1 Payangan ini.

Menariknya lagi, gayor yang setelah dipakai masih bisa ia manfaatkan. "Bunga mitirnya saya pakai pupuk, sedangkan busung dan slepan diletakkan di tanah pun nantinya akan hancur, jadi kompos, " jelas alumni IMKI Prima Denpasar ini. *nvi

Komentar