nusabali

Caleg Golkar Mundur Jelang Coblosan

  • www.nusabali.com-caleg-golkar-mundur-jelang-coblosan

Putra Mahkota Ngaku Tak Bisa Fokus

SINGARAJA, NusaBali

Seorang caleg Golkar untuk kursi DPRD Buleleng Dapil I (Kecamatan Buleleng), I Gede Ariadi, mendadak mengundurkan diri jelang coblosan Pileg, 17 April 2019 nanti. Putra Mahkota mantan Bupati Buleleng (2002-2012) Putu Bagiada ini undur diri dari perebutan kursi legislatif, dengan dalih tak bisa fokus hadapi Pileg 2019, karena konsentrasi di dunia pendidikan.

Gede Ariadi bukan hanya mengudurkan diri dari tarung Pileg 2019. Mantan Calon Bupati (Cabup) Buleleng di Pilkada 2012 ini juga disebut-sebut mengundurkan diri dari kepengurusan DPD II Golkar Buleleng. Saat ini, Gede Ariadi menjabat Ketua Harian DPD II Golkar Buleleng.

Dalam tarung Pileg 2019, Gede Ariadi menjadi caleg nomor urut 4 di internal Golkar Dapil Kecamatan Buleleng untuk kursi DPRD Buleleng. Dia bersaing dengan 7 caleg Golkar lainnya di Dapil Kecamatan Buleleng, maisng-masing Nyoman Gede Wandira Adi (nomor urut 1), I Ketut Jana Yasa (nomor urut 2), Ratna Jelita (nomor urut 3), Nengah Sukarta (nomor urut 5), Endrawati Puji Rahayu (nomor urut 6), Made Pastika Jaya (nomor urut 7), dan Hety Ayu Kirana Dewi Putri (nomor urut 8).

Informasi di lapangan, Gede Ariadi sudah melayangkan surat pengunduran diri ke DPD II Golkar Buleleng, Jalan Ngurah Rai Singaraja, pada 1 April 2019. Dalam suratnya, Ariadi juga menyatakan mundur dari jabatan Ketua Harian DPD II Golkar Buleleng.

Pengunduran diri Ariadi dari kepengurusan partai dan pencalegan untuk Pileg 2019 ini juga diakui oleh Sekretaris DPD II Golkar Buleleng, Nyoman Gede Wandira Adi, saat dikonfirmasi NusaBali di Singaraja, Kamis (4/4). Hanya saja, Wandira Adi mengaku belum melihat surat resmi pengunduran diri Ariadi.

“Tiyang baru baca melalui pesan WA dan komunikasi lewat telepon. Katanya sih dia (Ariadi) sudah menyampaikan surat resmi ke Kantor DPD II Golkar Buleleng, tapi tiyang belum sempat lihat suratnya,” tandas Ketua Fraksi Golkar DPRD Buleleng 2014-2019 ini.

Menurut Wandira Adi, pengunduran diri Ariadi itu dilakukan dengan dalih yang bersangkutan ingin konsentrasi menyelesaikan pendidikan S3 di Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur. Pihaknya tidak bisa menghalanginya, karena keputusan Ariadi melanjutkan studi bertujuan sangat mulia.

“Dulu waktu pencalonan itu, sebenarnya Pak Ariadi itu sudah ragu-ragu karena sedang melanjutkan pendidikan. Dulu sempat juga saya tanyakan, tapi waktu itu beliunya menyatakan siap tarung ke Pileg 2019. Namun, sekarang mungkin beliau harus konsentrasi, sehingga pilih mundur dari Pemilu 2019,” jelas Wandira Adi.

Wandira Adi mengakui pengunduran diri Ariadi dari pencalegan akan memberikan pengaruh terhadap perolehan suara Golkar Dapil Kecamatan Buleleng dalam Pileg 2019. Namun demikian, pihaknya yakin dampak pengunduran diri Ariadi tidak terlalu besar, karena Golkar memiliki pemilih militan. “Kalau pengaruhnya pasti ada, tetapi saya yakin tidak begitu besar. Sebab, Golkar memiliki pemilih yang fanatik selama ini. Kalau tidak ke Ariadi, suaranya pasti ke partai,” katanya.

Sementara itu, Gede Ariadi membenarkan dirinya telah mengajukan surat pengunduran diri dari perebutan kursi DPRD Buleleng dan sekaligus mundur dari jabatan Ketua Harian DPD II Golkar. Menurut Ariadi, belakangan dirinya perlu waktu yang banyak untuk menuntaskan studi S3 di Universitas Brawijaya. “Sebenarnya, tanggal 30 Maret 2019 lalu saya sudah mengundurkan diri, tapi suratnya baru hari Jumat (1 April 2019)," kata Ariadi saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Kamis kemarin.

Ariadi menegaskan, alasan pengunduran dirinya itu karena saat ini dia tengah mengadakan penelitian di sejumlah perusahaan di luar Bali, untuk mendapatkan gelar Doktor di Unibraw. Dirinya tidak bisa konsentrasi mengadakan sosialisasi ke masyarakat untuk Pileg 2019.

“Saya sekarang lebih banyak di luar Bali, karena sedang penelitian di perusahaan-perusahaan. Jadi, waktunya lebih banyak di luar. Makanya, saya putuskan lebih banyak konsentradi di pendidikan dulu. Saya juga istirahat dulu sebagai pengurus partai dan caleg,” tandas sang Putra Mahkota.

Nama Gede Ariadi sendiri mulai moncer di dunia politik, ketika maju tarung sebagai Cabup Buleleng di Pilkada 2012. Kala itu, Ariadi berpasangan dengan Wayan Arta di posisi Cawabup Buleleng yang diusung Golkar-PKPB. Sayang, Ariadi-Arta gagal di Pilkada Buleleng 2012, karena hanya menempati posisi runner-up di bawah pasangan Putu Agus Suradnyana-dr Nyoman Sutjidra dari PDIP. Sedangkan satu pasangan lagi, Ni Putu Tutik Kusuma Wardhani-Komang Nova Sewi Putra, yang diusung Demokrat, hanya menempati peringkat tiga.

Saat tarung Pilkada Buleleng 2012, Ariadi boleh dikata semi incumbent. Sebab, ayahnya, Putu Bagiada, menjabat Bupati Buleleng 2007-2012. Setelah gagal di Pilkada Buleleng 2012, Ariadi kemudian maju tarung berebut kursi Ketua DPD II Golkar Buleleng. Namun, Ariadi kalah suara dari Putu Singyen. Areiadi kemudian direkrut sebagai Ketua Harian DPD II Golkar Buleleng. *k19

Komentar