nusabali

Ungkapan Persahabatan Akhiri Debat Panas

  • www.nusabali.com-ungkapan-persahabatan-akhiri-debat-panas

Sebut militer ABS, Jokowi tuding Prabowo tidak percaya TNI. Namun debat panas ditutup ungkapan persahabatan yang tidak akan putus dari kedua kandidat.

JAKARTA, NusaBali
Debat keempat Pilpres 2019 yang kembali mempertemukan Calon Presiden Nomor Urut 01 Joko Widodo (diusung PDIP-Golkar-PKB-PPP-NasDem-Hanura-PKPI-Perindo-PSI) dengan Calon Presiden Nomor Urut 02 Prabowo Subianto (diusung Gerindra-Demokrat-PAN-PKS-Partai Berkarya) pada Sabtu (30/3) malam sempat memanas. Namun dalam pernyataan penutup diwarnai dengan ungkapan persahabatan yang tidak akan pernah putus oleh kedua kandidat.

Dalam debat keempat dengan tema ideologi, pertahanan dan keamanan, pemerintahan dan hubungan internasional, Capres Prabowo langsung tancap gas menyatakan siap menegakkan Pancasila. Prabowo sejak 18 tahun sudah menandatangani komitmen dengan negara untuk siap membela Pancasila sampa titik darah terakhir. Prabowo janjikan perbaiki lembaga pemerintah, kualitas aparat pemerintah sehingga korupsi bisa dikikis. Karena korupsi dalam taraf parah. “Korupsi kalau diibaratkan penyakit sudah stadium 4. Bidang pertahananan keamanan kita terlalu lemah. Di bidang hubungan internasional kita akan baik dengan negara luar, hubungan yang menguntungkan dengan mengutamakan pembelaan kepada rakyat kita,” ujar Ketua Umum DPP Gerindra, ini.

Sementara Jokowi dalam giliran penyampaian visi-misi mengatakan Pancasila adalah kesepakatan pendahulu bangsa. Sehingga kewajiban penerus bangsa untuk merawat kesepakatan tersebut. Di bidang pemerintahan, Jokowi menegaskan reformasi dalam pemerintahan terutama pelayanan-pelayanan publik secara elektronik dan online, peningkatan kualitas SDM aparatur pemerintah. Bidang pertahanan, pengembangan dan kualitas TNI-Polri, penguasaan teknologi dan cyber, alutsista dengan join bersama dengan negara lain. Untuk hubungan internasional, Jokowi usulkan kerja sama luar negeri bebas aktif, menjaga hubungan dan aktif dalam perdamaian dunia yang baik.  

Saat sesi menjawab pertanyaan panelis soal ideologi, Prabowo yang mendapat kesempatan pertama mengatakan pendekatan indoktrinasi Pancasila harus sudah sejak usia taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, dimasukkan dalam kurikulum. “Pemimpin harus memberikan contoh, mempersatukan dan menyejukkan masalah edukasi, tidak memilih suku dan SARA. Tidak politik pecah belah dan politik memandang perbedaan,” ujar mantan Danjen Kopassus, ini.

Sementara Jokowi menegaskan, Pancasila sudah harus ditanamkan sejak pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai perguruan tinggi. Namun paling penting bagaimana praktik, nilai-nilai Pancasila dilaksanakan. “Bagaimana memberikan pemahaman bahwa kita berbangsa dan bernegara, anak-anak dikasih tahu soal bertoleransi, kita memiliki banyak suku, ras, dan agama. Kita sudah membentuk badan ideologi Pancasila. Sudah kita lakukan upaya itu, guna relevansi Pancasila yang nyambung,” beber Jokowi.

Sesi debat makin menghangat saat Prabowo melontarkan pertanyaan soal pendukung Jokowi yang melontarkan bahwa Prabowo didukung kilafah dan diisukan akan mengubah Pancasila. Sehingga tema masalah ideologi menjadi ajang saling menyikapi fenomena politik di musim Pilpres.

“Saya hormat dan yakin Pak Jokowi Pancasilais. Tapi pendukung bapak kejam menuduh saya anti Pancasila. Itu tuduhan kejam,” ujar Prabowo.

Jokowi balik menegaskan tuduh menuduh yang dilontarkan Prabowo. “Saya juga yakin Pak Prabowo Pancasilais. Prabowo patriot. Saya juga dituduh PKI selama 4,5 tahun. Namun bagi saya jangan menuduh, jangan saling menjelekkan. Pemimpin kita harus memberikan contoh, bersahabat, saling menghormati, saling menunjukkan persatuan bangsa,” tegas Jokowi.

Sesi pemerintahan, giliran Jokowi menyampaikan pentingnya layanan pemerintahan yang maju dengan teknologi, digital, penyederhanaan birokrasi yang bertele-tele. “Kita bubarkan 23 lembaga yang menghambat birokrasi dan pelayanan, dengan pola merampingkan birokrasi untuk melayani. Reformasi tata kelola dimana lembaga harus melayani tanpa bertele-tele,” tegas mantan Gubernur DKI Jakarta, ini.

Sementara Prabowo juga menegaskan pemerintahan yang berkualitas dengan sistem teknologi informatika. Memperbaiki gaji aparatur pemerintah, ada single identity card. “Nggak usah banyak kartu, satu kartu saja untuk semua. Ndak usah pemborosan anggaran,” ujar Prabowo.

Penyampaian Prabowo ini, dibalas Jokowi. Mantan Walikota Solo ini mengatakan pemerintah Jokowi sudah mengerjakan. “Pajak kita online. Respons di daerah-daerah dilakukan dengan cepat karena semuanya sudah online,” beber Jokowi.

Prabowo pun menyatakan tidak ada perbedaan pandangan dalam garis besar soal teknologi. Namun, teknologi dan sistem hardware dan software tidak boleh salah, karena akan terjadi kerugian bangsa. Prabowo malah menyodok soal hubungan teknologi dengan kekayaan negara yang banyak menguap ke luar negeri. “Kekayaan kita misalnya mengalir ke luar negeri. Buat apa infomatika, banyak kartu, tetapi kekayaan mengalir ke luar negeri,” kata Prabowo.

Masalah tema pertahanan keamanan masing-masing kandidat kembali beradu sengit melontarkan gagasan.

Prabowo mengakui alutsista Indonesia lemah. Karena kekayaan Indonesia lari ke luar negeri. Maka pertahanan keamanan diperkuat, tambah anggaran. Kurangi kebocoran, berantas korupsi, untuk jaga kekayaan Indonesia.

Giliran Jokowi menjawab, bahwa pemerintahannya melakukan penguatan pertahanan. Gelar pasukan di divisi-divisi angkatan bersenjata. Membangun pangkalan. “Gelar pasukan terintegrasi di Natuna, Morotai, Biak. Harapannya titik pinggir yang ada di negara ini terjamin. Radar maritim kita sekarang sudah di seluruh Indonesia. Ada 11 titik radar kita tersambungkan. Soal anggaran alutsista kita Rp 107 triliun, nomor dua setelah Kementerian PUPR. Soal kurang, maka ini tugas pemimpin kita,” ujar Jokowi.

Namun Prabowo balik menanggapi Jokowi dengan mengatakan pendapat Jokowi kurang tepat. Kata Prabowo Rp 107 triliun hanya 0,8 persen dari APBN. “Di Singapura itu 30 persen dari APBN mereka. Bapak harus ingat di militer kita ada budaya asal bapak senang. Tidak benar itu pak,” ujar Prabowo.

Jokowi menanggapi dengan menyatakan Prabowo tidak percaya dengan TNI. “Saya saja yang sipil percaya dengan kekuatan TNI kita. Di Sorong saya cek barangnya benar ada. Masih kurangnya anggaran kita, ya kita bangun investasi. Jangan belanja. Investasi ya bangun industri alutsista kita. Kita produksi tank harimau, produksi kapal selam dengan kerja sama dengan negara lain. Kalau ini terus dibangun kita akan kuasai teknologi dan tranfer knowledge,” sodok Jokowi.  

Sementara soal kekuatan diplomasi Indonesia, Jokowi menyampaikan modal Indonesia sebagai penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia mendapatkan kepercayaan menyelesaikan konflik di negara-negara luar. “United Nations (UN – PBB) meminta kita mendamaikan faksi-faksi yang terjadi. Karena UN percaya kita tidak ada kepentingan apa-apa. Dalam hubungan perdagangan kita bagus. Menjaga kualitas ekspor dengan membina hubungan dengan penduduk muslim,” ujar Jokowi.

Prabowo balik menyampaikan diplomasi harus diback-up dengan kekuatan. Kalau tidak, negara lain senyum-senyum saja. “Saya bukan tidak percaya dengan TNI, kapal selam kita berapa, peluru kendali kita berapa. Diplomasi kalau senyum-senyum, ya begitu–begitu saja. Armada asing ke laut kita, apa kita lakukan. Saya lebih TNI dari banyak TNI Pak,” ujar Prabowo dengan berapi-api.

Sementara Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya, menyatakan  penampilan Prabowo di debat terakhir tersebut adalah pukulan telak bagi timses 02 yang sering mengatakan Jokowi kalah intelek dibanding Prabowo. Yunarto mengatakan Prabowo seolah tak beradaptasi dengan perkembangan.

“Balik lagi, ini orang lama yang terlihat ingin berkuasa namun tak menyesuaikan dengan perkembangan zaman,” ujar Toto, sapaan akrab Yunarto seperti dilansir detikcom, Sabtu (30/3).

“Jokowi juga tak tampil istimewa. Ketika misalnya masuk di pertanyaan mal pelayanan publik, itu strategi cerdik, dan tujuannya memuji capaiannya sendiri,” imbuhnya pada debat dengan moderator pembawa acara berita (News Ancor) di SCTV Retno Pinasti dan pembawa acara berita di Indosiar Zulfikar Naghi.

“Soal hankam, Prabowo menekankan pertahanan RI terlalu lemah, kenapa lemah, karena negara tidak punya uang, uang kita ada di luar negeri. Lagi-lagi Prabowo tak menyebut sama sekali data, kekayaan mana yang ada di luar negeri. Sebenarnya agak ke luar dari substansi, tapi segera tampak arah semua stressing Prabowo adalah ke soal pentingnya mengelola negara yang bebas korupsi,” kata Direktur Konsepindo Research and Consulting Veri Muhlis Arifuzzaman kepada wartawan, Sabtu (30/3).

Jokowi, kata Veri, lagi-lagi lebih taktis dan berbasis data. Bicara sesuai tema dan perhatiannya banyak tertuju pada pentingnya gelar kekuatan pertahanan. Soal anggaran Jokowi menyatakan, bidang pertahanan sudah menduduki peringkat kedua alokasi terbanyak setelah Kementerian PUPR.

“Kembali Prabowo menyerang Jokowi dengan menyinggung soal briefing yang keliru. Lalu Prabowo menyampaikan ledekan bahkan kepada institusi di mana dia pernah di sana, banyak laporan ABS (asal bapak senang). Jokowi menjawab dengan lembut bahkan memberi stressing bahwa dia percaya pada TNI. Solusi Jokowi juga menarik yakni pentingnya investasi alutsista,” ujar Veri.

Di bidang hubungan internasional Jokowi dinilai lebih elaboratif dan menekankan kekuatan bangsa sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak. Jokowi dinilai lebih menguasai tantangan diplomasi sesuai zamannya.

“Prabowo berbicara soal diplomasi dan lalu mengkritik. Diplomasi menurutnya harus merupakan bagian dari upaya untuk mempertahankan kepentingan nasional. Karenanya diplomasi harus diback up dengan kekuatan. Prabowo kembali emosional bahkan cenderung banyak melontarkan argumen yang kontraproduktif, karena berkesan tidak menghargai capaian kemajuan TNI sekarang ini. Tampak Prabowo terlihat old fashion lagi dengan memandang diplomasi lebih pada unjuk kekuatan. Kalimat yang dilontarkan, ‘saya lebih TNI dari TNI’ akan menyinggung pihak lain,” tuturnya.

“Prabowo terjebak dalam keadaan emosional. Bahkan pemirsa yang hadir ditunjuk-tunjuk dan dimarahi,” ucap Veri soal sesi III.

Sementara pakar politik Rico Marbun menyoroti pemerintahan ‘Dilan’ yang disebut capres 01 Joko Widodo (Jokowi). Menurutnya, Jokowi ingin mendekatkan tema berat ke milenial.

“Jokowi ingin mendekatkan tema yang berat kali ini. Ideologi pemerintahan dengan bahasa anak muda, ‘Dilan’, digital melayani,” kata Rico, kepada wartawan, Sabtu (30/3).

Pemerintahan ‘Dilan’ yang dimaksud Jokowi adalah pemerintahan ‘digital melayani’. Rico mengatakan, dalam survei yang muncul selama Pilpres 2019, kedua pasangan memang bersaing untuk mendekati pemilih muda.

“Jokowi bersaing ketat di segmen pemilih pemula dan milenial dengan Prabowo. Bahkan di beberapa segmen, Prabowo bisa unggul. Sehingga soundbyte menjadi penting, strategi ini konsisten dipakai,” tuturnya.

Diksi-diksi yang dipakai paslon 01, menurut Rico, dilakukan secara konsisten. Terlebih, ketika debat antar-cawapres, Ma’ruf Amin menyinggung soal ‘10 years challenge’. Jadi semakin jelas, Jokowi-Ma’ruf ingin mendekatkan tema-tema berat ke pemilih muda.

“Sekarang Jokowi memilih film anak muda yang laris sebagai pilihan kata dalam tema yang berat,” kata Rico.

Rico menambahkan isu korupsi hingga ideologi pemerintah yang diangkat Prabowo karena ingin memperkuat berita negatif tentang OTT.

“Saya melihat Prabowo sengaja menarik isu korupsi ke tema ideologi dan pemerintahan karena ingin memperkuat berita negatif tentang OTT yang akhir-akhir ini ramai. Dan sayangnya, isu OTT banyak menyerang partai-partai koalisi pendukung 01. Jadi Prabowo sengaja mengungkit korupsi dalam capaian visi-misinya,” kata Rico.

Debat keempat Pilpres 2019 bisa dibilang ditutup dengan manis. Kedua capres menutup debat dengan komitmen menjaga persahabatan.

Dalam kesempatan tersebut, Calon Presiden Nomor Urut 01 Joko Widodo (diusung PDIP-Golkar-PKB-PPP-NasDem-Hanura-PKPI-Perindo-PSI)  yang mengawali memberikan pernyataan penutup, meyakinkan bahwa persahabatannya dengan Calon Presiden Nomor Urut 02 Prabowo Subianto

(diusung Gerindra-Demokrat-PAN-PKS-Partai Berkarya) tidak akan pernah terputus.

“Saya senang naik sepeda dan seringkali rantainya putus, tapi percayalah persahabatan kita, rantai persahabatan saya dan Pak Prabowo yang indah tidak akan pernah putus,” ujar Jokowi dalam pernyataan tertutup usai debat capres keempat di Hotel Shangri-La Jakarta, Sabtu malam.

Jokowi juga mengingatkan bahwa debat yang memunculkan banyak perbedaan pendapat tersebut bukanlah hal yang terpenting di Indonesia.

“Jangan pernah lupa bahwa yang terpenting bukanlah tentang debat, melainkan tentang masa depan dan kesejahteraan rakyat Indonesia, juga tentang memahami dan menyayangi rakyat, dan bagaimana mendengarkan dan mencarikan solusi bagi persoalan-persoalan negeri ini,” tutur Jokowi seperti dilansir Antara.

Bak gayung bersambut, dalam kata penutup Prabowo juga memberikan pesan yang sama, merespons pernyataan Jokowi. Menurut Prabowo, kendati berbeda pandangan dalam masalah kenegaraan, dirinya tetap bersahabat dengan para tokoh kubu pendukung calon presiden nomor urut 01.

Dia menyebutkan beberapa tokoh yang hadir dalam acara itu antara lain Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, putri Abdurrahman Wahid Yenny Wahid, dan politisi senior PDIP Pramono Anung merupakan sahabatnya.

“Saya juga yakinkan bapak, saya tetap bersahabat. Tokoh-tokoh semua sahabat saya; Ibu Megawati, Mbak Yenny, semuanya sahabat-sahabat saya, Mas Pramono, jadi kita pun tidak akan putus persaudaraan kita,” ujar Prabowo dalam pernyataan penutupnya. Ungkapan persahabatan keduannya menjadi penyejuk dalam kontestasi pemilihan presiden saat ini.

Sementara sembilan panelis dalam debat keempat adalah Prof Dr Zakiyuddin MAg (Direktur Pascasarjana IAIN Salatiga) dan Dr J Haryatmoko SJ (Akademisi Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma Jogjakarta) untuk ideologi. Dr Erwan Agus Purwanto M Si (Dekan FISIP Universitas Gadjah Mada), Dr Valina Singka Subekti M Si (Akademisi Departemen Ilmu Politik FISIP UI), dan Dadang Tri Sasongko (Sekjen Transparency International Indonesia) untuk pemerintahan. Al Araf (Direktur Eksekutif Imparsial) dan Dr Ir Apolo Safanpo ST MT (Rektor Universitas Cenderawasih) untuk pertahanan dan keamanan. Drs I Basis Eko Soesilo MA (Pengajar HI FISIP Unair) dan Dr Kusnanto Anggoro (Akademisi FISIP UI) untuk hubungan internasional. *nat

Komentar