nusabali

Ukiran Paras Silakarang Diminati Arab

  • www.nusabali.com-ukiran-paras-silakarang-diminati-arab

Ukiran paras putih pelbagai ukuran khas seniman Banjar Silakarang, Desa Singapadu Kaler, Kecamatan Sukawati, Gianyar, diminati pembeli asal Arab Saudi.

GIANYAR, NusaBali

Salah satu pengukir paras, I Made Parnawa warga Banjar Silakarang, Desa Singapadu Kaler, mengungkapkan pangsa pasar Arab memang sedang ramai.

Hanya saja untuk merampungkan satu pesanan, memakan waktu sekitar dua bulan sehingga pengerjaannya terbatas. Seperti tampak pada pesanan yang dikerjakan kemarin. Dengan ukuran 2 meter x 3 meter, paras ukiran yang dikerjakan baru rampung sekitar 30 persen. "Kami ukir di sini, lalu kirim. Setiba disana ada tim yang akan melakukan penataan ulang. Saat ini juga ada rekan kita yang lagi masang di Australia jenis ukiran samblung (bunga)," paparnya.

Pengerjaannya, ia hanya mengajak dua orang pengukir yang merupakan rekan kerjanya masih satu  banjar. Disinggung motif ukiran yang akan dibawa ke Arab, Parnawa mengatakan tehnik modif yang sederhana berupa samblungan (pepohonan) dalam air. Ukiran yang berukuran jumbo itu pun dijelaskan bertemakan akuarium, lantaran sebagian besar ukirannya bernuansa lautan. "Kalau di Arab akan dipakai menghiasi dinding rumah, sama villa dan hotel juga ada. Dari bentuknya sangat cocok dipasang pada bangunan minimalis. Selain itu kualitas paras putih ini akan lebih tahan lama jika ada di daerah panas," ujarnya.

Kesulitan yang ia temui dalam membuat ukiran jumbo itu diakuinya pada tingkat bentuk ukirannya sendiri. Kalau pada bangunan minimalis dan jenis ukiran pepohonan ia mengaku tidak terlalu sulit. Namun untuk ukiran Bali ia kerap menemui kesulitan pada bentuknya yang rumit. Sehingga dalam satu ukiran termurah ia beri harga Rp 1.750.000 per meter, dan termahal Rp 2.750.000 per meter. "Yang sulit jenis pandil, dan tradisi pewayangan agak rumit. Kalau pewayangan ukuran 1x1 pengerjaannya sampai dua minggu. Sedangkan berbedanya dengan paras biasa  antara paras putih ini taksunya lebih ada pada paras biasa," tandasnya.

Ia menambahkan proses pengerjaannya juga dilakukan secara berdiri. "Kalau duduk mengukirnya agak lebih sulit meyetelnya. Makanya ini saya buat langsung stel dengan cara pengerjaannya ditempel langsung pada tembok," imbuhnya. *nvi

Komentar