nusabali

Sampah TPA di Desa Jungutbatu Ancam Hutan Bakau

  • www.nusabali.com-sampah-tpa-di-desa-jungutbatu-ancam-hutan-bakau

Anggota DPRD Klungkung menggelar rapat kerja (raker) dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (DLHP) Klungkung, Selasa (26/3) pagi.

SEMARAPURA, NusaBali
Rapat yang digelar di ruang Komisi II DPRD Klungkung ini untuk membahas masalah sampah. Raker dipimpin langsung oleh Sekretaris Komisi II DPRD Klungkung, I Ketut Serinada dan Anggota Komisi II Gde Artison Andarawata. Sementara dari eksekutif hadir Kepala DLHP Klungkung, Anak Agung Kirana, bersama dua orang kepala bidang (kabid).

Salah satu persoalan sampah yang menjadi sorotan, yakni Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Desa Jungutbatu, Kecamatan Nusa Penida. TPA ini berada di dekat kawasan hutan bakau. Dampak sampah juga membuat tanaman bakau mati. “Ada tanaman bakau yang mati kering, mungkin karena sampah plastik,” ujar Kabid Sarana dan Prasarana (Sarpras) DLHP Klungkung, Made Urdaya dalam raker tersebut.

Karena posisi TPA agak di bawah saat banjir rob, air tersebut masuk ke TPA. Air laut juga kerap masuk dari bawah tanah. “Maka sampah di TPA sewaktu-waktu bisa tergenang air laut,” katanya.

TPA tersebut setiap harinya menerima sekitar 5 truk sampah, yang sebagian besar sampah hotel dan restoran di wilayah Desa Lembongan dan Desa Jungutbatu. Sampah di TPA tersebut banyak dari hotel dan restoran berupa sampah plastik, sisa makanan, bahkan ada botol bir dan lainnya. Di luar itu juga ada yang membuang sampah secara perorangan dengan dibungkus plastik, namun banyak yang membuang pada jalan menuju TPA.

Sehingga jalan maupun pintu masuk menuju TPA kerap penuh, sementara di dalam TPA masih banyak tempat kosong. “Ini sampah di depan pintu masuk,” ujarnya sambil memperlihatkan foto sampah di depan TPA yang diabadikan beberapa waktu lalu.

Menanggapi masalah tersebut Komisi II DPRD Klungkung menawarkan agar dilakukan kajian ulang maupun relokasi supaya tidak dekat dengan hutan bakau. “Plastik itu bisa membunuh bakau, karena akar nafasnya tertutup plastik, kita juga lihat banyak bakau mati karena sampah plastik,” tegas Anggota Komisi II DPRD Klungkung, Gde Artison Andarawata alias Sony.

Sony mendorong untuk dikaji ulang, kalau bisa direlokasi TPA tersebut dari areal hutan bakau. “Kalau kita berfikir untuk lingkungan hidup, jangan sampai sampah ini benar-benar menganggu,” ujarnya.

Putra dari almarhum Maestro Nyoman Gunarsa ini menambahkan, raker ini juga untuk mengetahui kejelasan program 2019 dan kesiapan anggaran apa saja yang disiapkan oleh DLHP pada 2020. “Kita lihat sampah di Klungkung ini sudah sangat urgen sekali, TPA tidak punya (TPA Sente ditutup), sistem pengolahan sampah kekuatan mesin pengolahnya masih terbatas,” katanya.

Mesin untuk mengolah sampah tersebut agar mencari mesin yang benar-benar tidak menyulitkan Pemkab. Sony pun memberikan beberapa catatan, yakni  mesin sebaiknya produk lokal Indonesia, spare part tersedia. “Setelah mesin kita beli ada jaminan dari penyedia untuk mentransfer ilmunya ke orang lokal kita,” pinta politisi dari Partai Demokrat ini.

Sementara itu Kepala DLHP Klungkung, Anak Agung Kirana, berterimakasih atas masukan dan dorongan tersebut, terutama mendorong agar pengelolaan sampah di Klungkung semakin bagus ke depannya. “Dalam artian program kita dalam bentuk Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) bisa berjalan dengan baik,” katanya. Adapun upaya yang dilakukan, yakni mematangkan program TOSS Center di areal Karang Dadi, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan Klungkung. Dengan lahan seluas 4,5 ha, jadi sampah-sampah itu akan dikelola menjadi energi terbarukan. Kalau di masing-masing desa 2020 mereka harus wajib mengelola sampah secara mandiri dengan memanfaatkan ADD dan iuran bulan. *wan

Komentar