nusabali

TMMD Ke-104 Tuntaskan Kutukan Niskala Masyarakat Peninjoan

  • www.nusabali.com-tmmd-ke-104-tuntaskan-kutukan-niskala-masyarakat-peninjoan
  • www.nusabali.com-tmmd-ke-104-tuntaskan-kutukan-niskala-masyarakat-peninjoan
  • www.nusabali.com-tmmd-ke-104-tuntaskan-kutukan-niskala-masyarakat-peninjoan

Jalan baru itu akan dinamai ‘Jalan Atma Kerthi’ yang berarti penyucian atma.

BANGLI, NusaBali.com
Banyak cerita menarik yang dapat dipetik seputar kegiatan TMMD ke-104 yang hampir menemui batas finish. Kegiatan TMMD (TNI Manunggal Membangun Desa) ke-104 yang dilaksanakan di Desa Peninjoan, Tembuku, Bangli, Bali ini kurang lebih menghabiskan waktu sebulan, sejak (26/2) hingga (27/3). Desa Peninjoan bisa jadi desa yang paling beruntung di Kabupaten Bangli karena telah mampu mewujudkan cita-cita yang telah terpendam sejak zaman penjajahan Belanda dan tidak perlu khawatir lagi soal kutukan niskala yang menghantui.

Program TMMD ke-104 memilih Desa Peninjoan bukan tanpa alasan. Menurut desas-desus yang disampaikan melalui Babinsa (Bintara Pembina Desa), bahwa Desa Peninjoan tidak memiliki akses jalan yang layak. Hal tersebut sering kali membuat masyarakat kesulitan beraktivitas dari segi ekonomi dan keperluan spiritual (ngaben, nganyud, dan perkawinan). Berangkat dari masalah tersebut, Pangdam IX/Udayana yang bekerja sama dengan Kodim 1626/Bangli memetakan lokasi TMMD ke-104 di desa tersebut yang dipimpin langsung oleh Dandim 1626/Bangli Letkol CPN Andy Pranoto selaku Komandan Satuan Tugas (Dansatgas).

“Sejak zaman penjajahan dulu, warga dari Desa Peninjoan yang kurang lebih kini mencapai 3.000 KK, selalu melaksanakan upacara keagamaan yang disebut ‘nganyud’ di tengah-tengah lokasi TMMD. Selama sebelum jalan dibuka oleh program TMMD, mereka menempuh risiko membawa jenazah dengan melewati jalan yang sangat sempit, terjal, dan juga licin, terutama pada saat hujan. Hal itu mendatangkan risiko terjatuh bagi warga yang mengusung jenazah. Sehingga, ini kami tangkap, dan kami sampaikan aspirasi mereka melalui prosedur yang berlaku hingga akhirnya disetujui sebagai program TMMD kita,” ujar Dansatgas Andy Pranoto saat ditemui NusaBali.com di lokasi TMMD ke-104, Jumat (15/3).

Ada pun beberapa program yang ditargetkan dalam TMMD ke-104 di Desa Peninjoan terbagi atas sasaran fisik dan non fisik. Sasaran fisik meliputi, pembuatan jalan baru sepanjang 1,5 kilometer dengan lebar 5 meter, pengerasan jalan sepanjang 1,5 kilometer dengan lebar 3 meter, pengaspalan jalan sepanjang 1,5 kilometer dengan lebar 3 meter, pembuatan plat beton ukuran 8 dikali 1,5 meter dengan tebal 0,20 meter, dan pembuatan senderan sepanjang 300 meter dengan tinggi 2 meter. Ada pula sasaran fisik tambahan, yakni pembuatan MCK dan bedah rumah. Sementara, sasaran non fisik lebih kepada berbagai penyuluhan tentang kesejahteraan rakyat, bela negara, hukum, narkotika, kesehatan, berbagai perlombaan cerdas cermat, serta pengobatan massal.

“Itu kita buka dari nol yang semula hanya jalan setapak. Harapan kami, dengan selesai sampai dengan pengaspalan, usia pakainya akan lebih lama dan manfaatnya lebih maksimal baik untuk kegiatan keagamaan, aktivitas ekonomi masyarakat, juga untuk menunjang pariwisata di Desa Peninjoan,” lanjut Dansatgas Andy Pranoto.

Program TMMD ke-104 yang juga dilaksanakan serempak di 50 kabupaten/kota, 72 kecamatan, dan 77 desa se-Indonesia ini, selain sebagai penyambung impian masyarakat Desa Peninjoan yang sejak dahulu mendambakan adanya akses jalan yang memadai, juga ternyata berperan penting dalam pengentasan masalah niskala (tak kasat mata) yang sejak dahulu menghantui masyarakat yang mayoritas memeluk keyakinan Hindu ketika melaksanakan upacara Pitra Yadnya (ngaben dan nganyud) dan Manusa Yadnya (perkawinan). Hal tersebut disampaikan langsung oleh I Dewa Nyoman Tagel Putra Adnyana, selaku Kepala Desa Peninjoan.

“Ndak boleh bawa mayat, kawin pun ndak boleh lewat di sana. Menurut kepercayaan, ada yang memaksa lewat ke sana namun akhirnya dikenai sanksi oleh pemilik kawasan suci yang berwujud niskala. Sudah sering terjadi, keturunannya juga bisa sakit. Kalau yang kawin lewat sana, bisa cerai, meninggal, atau tidak punya keturunan. Makanya, karena belum ada solusi, masyarakat terpaksa membawa mawat melalui jalan sempit ini,” kenang Dewa Tagel sambil menunjuk jalan sempit yang lebih mirip hutan kecil di sekitar lokasi.

Dilihat dari tujuan yang ingin dicapai atas terealisasikannya jalan yang menghubungkan Desa Tampuagan dan Desa Penarukan tersebut, maka Kades Dewa Tagel memberi nama ‘Jalan Atma Kerthi’ yang bermakna ‘penyucian atma (jiwa)’ sebagai pengingat di kelak kemudian hari. Lanjutnya lagi, program pembuatan jalan yang telah dibersihkan sejak Pra-TMMD pada (15/2) tersebut saat dimintai keterangan pada (15/3) telah terwujud 80 persen. Dampaknya pun akan segera dirasakan masyarakat, terutama ketika melaksanakan upacara Pitra Yadnya. Di samping itu, kawasan suci yang bernama ‘Pelukatan Tirta Solas Alas Tapa’ pun tidak terusik lagi oleh masyarakat yang lalu-lalang membawa jenazah karena dianggap cemer (kotor) oleh penghuni Alas Tapa dan penghuni Griya Niskala di kawasan tersebut.

Selain dari sisi niskala, hal menarik lain yang dapat dijumpai dalam program TMMD ke-104 di Desa Peninjoan yaitu, kisah tentang sebuah keluarga yang sebagian rumahnya harus diratakan karena titik pembuatan jalan kebetulan mengenai rumah tersebut. Dapur milik Made Kuswanta, warga asal Dusun Karang Suung Kaja, Desa Peninjoan, terpaksa diratakan. Sebagai gantinya, TNI mengganti kerugian tersebut dengan membangun dapur baru di bagian lainnya areal rumah Made Kuswanta. Namun, bukannya sedih, ayah 2 anak tersebut terlihat ikhlas dan malah memberi dukungan pada program TMMD. “Ya, bersyukur karena ada bantuan bedah rumah. Apalagi kan mau bikin jalan, diperbesar, kalau dulu kan jalannya buntu di sini. Ini rumah paling ujung, makanya dapur saya kena jalur jalan. Saya sama sekali tidak menolak dan mendukung adanya pergerakan ini,” tandas Kuswanta.

Ada yang unik saat NusaBali.com menyambangi proses pengerjaan dapur milik Made Kuswanta. Rupanya, TNI juga mengerahkan masing-masing 5 warga binaan dari Lapas II/B Bangli dan Lapas Narkotika (Lapastik) II/A Bangli dalam pembangunan MCK dan bedah rumah (red: dapur). “Mereka dikerahakan karena memiliki kemampuan di bidang pembangunan, sehingga sengaja kami berhubungan dengan Karutan II/B Bangli dan Kalapastik II/A Bangli untuk melibatkan warga binaan mereka. Karena hanya mengerjakan masing-masing 1 unit MCK dan bedah rumah, kita melibatkan 5 warga binaan dari Rutan Bangli dan 5 warga binaan dari Lapastik Bangli,” beber Dansatgas Andy Pranoto saat ikut memantau kinerja warga binaan.

Adalah Anang Winarko, salah satu Warga Binaan Lapastik II/A Bangli berkisah perihal keterlibatannya dalam program TMMD ke-104 ini. Pria asal Banyuwangi yang divonis 5 tahun penjara atas kasus penyalahgunaan narkoba itu mengaku senang bisa menghirup udara luar walau hanya sebentar, terlebih waktu tersebut digunakan untuk kegiatan yang baik. “Ya, senang sekali bisa berkumpul bersama masyarakat dan bisa mengabdi dan memberi bantuan walau pun sedikit sebagai warga binaan. Semoga bisa berarti bagi saudara-saudara kita yang berada di luar lapas. Harapan kami, ini bisa jadi contoh untuk warga binaan lain, bahwa walau kami di dalam, kami masih dapat melakukan yang terbaik untuk masyarakat,” ungkap pria yang telah menjalani 2 tahun 8 bulan masa hukuman itu.

Selain Anang, ada pula I Wayan Tarip, salah satu Warga Binaan Lapas II/B Bangli yang terlihat turut membantu proses pembangunan dapur milik Made Kuswanto. Terjerat kasus pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur membuat pria asal Kintamani, Bangli, tersebut divonis 5 tahun 3 bulan kurungan. Selama dalam lapas, Wayan Tarip biasa mengerjakan aktivitas kerajinan Sokasi (keranjang anyaman bambu), namun kali ini ia patut bersyukur kegiatannya bisa lebih bervariasi berkat program TMMD ke-104 ini. Keterlibatan para warga binaan ini diklaim yang pertama kalinya dalam kegiatan TMMD di Indonesia. Camat Tembuku, yakni I Dewa Agung Putu Purnama, juga sangat mendukung TMMD ke-104 ini. “Yang bisa kita lihat positifnya dari kegiatan TMMD ini adalah semangat gotong-royong, ternyata masyarakat masih siap melakukan itu,” pungkasnya saat mengikuti kunjungan ke lokasi (15/3).

Program TMMD ke-104 ini tentu sekaligus menjadi angin segar bagi Desa Peninjoan yang telah ditetapkan sebagai Desa Wisata pada 2018 lalu oleh Pemerintah Kabupaten Bangli. Pembenahan dari segi infrastruktur akan menambah performa desa yang akan mengikuti ajang Lomba Desa di tahun 2020 nanti. Selain itu, jalan baru juga memudahkan para wisatawan untuk menjangkau objek-objek wisata yang ada di Desa Peninjoan. Desa yang asri oleh pemandangan hijau dan beberapa buah air terjunnya ini juga ingin mengajukan diri sebagai Desa Wisata Spiritual karena desa dengan jumlah penduduk sekitar 11.000 jiwa tersebut memiliki Pelukatan Tirta Solas Alas Tapa yang ingin diorbitkan oleh kepala desa setempat. *cr41

Komentar