nusabali

117 Rumah Krama Bali Kena Puting Beliung

  • www.nusabali.com-117-rumah-krama-bali-kena-puting-beliung

Pura Kahyangan Tiga dan Pura Pedarman mengalami kerusakan

JAKARTA, NusaBali

Sebanyak 117 rumah yang dihuni krama Bali pada empat desa di kecamatan Dumoga Timur, kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara (Sulut) mengalami kerusakan akibat angin puting beliung. Menurut Ketua PHDI kabupaten Bolaang Mongondow I Nyoman Sukra, kejadian berlangsung pada Sabtu kemarin (23/3), sekitar pukul 14.30 WITA.

"Sebelum terjadi angin puting beliung, suasana gelap gulita. Selanjutnya angin berhembus kencang dan berpusar. Kejadian sekitar setengah jam. Berdasarkan data sementara dari BPBD, ada 117 KK yang rumahnya mengalami kerusakan," ujar Ketua PHDI Kabupaten Bolaang Mongondow I Nyoman Sukra saat NusaBali hubungi, Minggu malam (24/3).

Sayang ia belum mendapatkan data secara rinci berapa rumah yang mengalami kerusakan berat, sedang dan ringan lantaran saat ini masih dalam pengecekan. Namun secara umum, rumah yang mengalami kerusakan pada bagian atap dan rangkanya.

Nyoman Sukra mengatakan, ketika kejadian sebagian penduduk di empat desa yakni desa Kembang Merta, Amerta Sari, Amerta Bhuana dan Kembang Sari berada di kebun. Sebagian lagi berada di rumah. Mereka yang berada di rumah segera menyelamatkan diri ke halaman atau lapangan.

Mereka rata-rata adalah kaum ibu, tapi tidak ada yang mengalami luka berat dan tidak ada korban jiwa. Mereka hanya mengalami luka ringan seperti yang dialami oleh Jero Tirta. Dia mengalami lecet, karena lari untuk menyelamatkan diri dari angin puting beliung.

Kini kondisinya sudah membaik. Begitupula dengan Ni Putu Sumarsih yang sempat dibawa ke klinik Medika Jaya di desa Mopuya. "Dia shok dan pingsan, karena atap rumah dan rangkanya sudah tidak ada lagi. Sekarang sudah pulang dari klinik," jelas Sukra.

Selain rumah, dua Pura juga mengalami kerusakan di bagian piasan. Yaitu Pura Meraja Pati yang merupakan Pura Kahyangan Tiga di desa Amerta Sari dan Pura Pedarman di desa Kembang Merta.

Sebagai Ketua PHDI kabupaten Bolaang Mongondow, Nyoman Sukra sudah terjun kesana.
Tokoh-tokoh umat dan pinandita juga kesana untuk melakukan ritual. Ia pun, melakukan rapat dengan pimpinan PHDI di desa-desa se kabupaten Bolaang Mongondow. Hasilnya umat Hindu yang tidak terkena musibah sepakat membantu tenaga untuk merehab rumah yang rusak.

Selanjutnya gotong royong menggalang bantuan dana di desa-desa se kabupaten Bolaang Mongondow. Tak ketinggalan menginformasikan kepada Kanwil Kemenag Sulut dan Ketua PHDI Sulut terkait bencana tersebut. PHDI Sulut pun berencana menggalang bantuan kepada umat Hindu disana dan nasional.

Menurut pria yang berasal dari desa Baha, kecamatan Mengwi, kabupaten Badung ini, krama Bali yang rumahnya rusak saat ini tinggal di kediaman saudara atau tetangga. Mereka tidak mengungsi ke tempat lain atau memutuskan pulang ke Pulau Dewata.

Nyoman Sukra menyatakan, bantuan sudah berdatangan dari umat Hindu dan non Hindu setempat. Terkait masalah listrik disana, lanjut Nyoman Sukra, sudah menyala kembali sejak Sabtu malam (23/3), lantaran kesigapan dari pihak PLN. Sedangkan masalah air, mereka tidak terlalu berpengaruh. Sebab, mereka menggunakan air sumur.

Nyoman Sukra menceritakan, daerah Kembang Merta merupakan tempat trasmigrasi krama Bali. Mereka di sana sejak tahun 1964 lalu, karena letusan Gunung Agung. Seiring perjalanan waktu, daerah Kembang Merta terbagi menjadi empat desa. Desa Kembang Merta, Amerta Sari, Amerta Bhuana dan Kembang Sari.

Penduduk paling dominan berasal dari kabupaten Klungkung, Buleleng dan Karangasem. Mereka berprofesi sebagai petani. Ada yang menggarap padi, jagung, kacang tanah dan kelapa. Sebagai perwakilan umat disana, Nyoman Sukra berharap Pemprov Bali maupun Pemkab/Pemkot di Bali dapat mengulurkan tangan kepada korban angin puting beliung agar dapat meringankan beban mereka.

Kebutuhan mendesak yang diperlukan, kata Nyoman Sukra, adalah bahan makanan dan bahan bangunan. *k22

Komentar