nusabali

Perlu Banyak Taktik Menghalau Plastik

  • www.nusabali.com-perlu-banyak-taktik-menghalau-plastik

Belum ada solusi atau alternatif lain sehingga pamedek tetap membawa banten berbungkus plastik.

Menyimak Kebersihan di Kawasan Pura Besakih


AMLAPURA, NusaBali
GUBERNUR Bali I Wayan Koster mengajak sekitar 5.000 pengayah dalam acara Kedas Sampah Plastik di Pura Besakih, Karangasem, Sabtu (2/2) lalu. Ngayah ini sebagai bentuk implementasi dari Peraturan Gubernur Bali No 97 tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai. Toh, imbauan dan ajakan untuk tak memakai dan membuang sampah plastik, tidak mempan.

Jauh-jauh hari sebelum puncak Karya Agung Panca Walikrama di Pura Besakih, Purnama Kadasa, Buda Wage Menail, Rabu  (20/3) lalu, ribuan pamedek (umat) telah melakukan persembahyangan. Pamedek tangkil dalam gelombang besar pasti akan berlangsung hingga Ida Bathara Masineb. Para pamedek tetap saja membawa banten terbungkus tas kresek plastik.

Pantauan di pura terbesar di Bali ini, hanya pangayah  kalangan pamangku di Pura Penataran Agung Besakih yang telah menjalankan imbauan itu. Para pamangku tidak lagi menyediakan tirta berbungkus plastik, seperti yang sempat dilakukan sebelumnya. Pamedek usai bersembahyang yang mohon tirtha diwajibkan membawa tempat tirta sendiri, berupa toples atau sejenisnya. Belum ada pihak yang menegur pamedek yang membawa banten berbungkus plastik. ‘’Belum ada solusi atau alternatif lain sehingga pamedek tetap membawa banten berbungkus plastik,’’ jelas Bendesa Pakraman Besakih yang juga Ketua Panitia Karya Agung Panca Walikrama lan Ida Bhatara Turun Kabeh, Jro Mangku Widiartha.

Jelas Jro Mangku Widiartha, kawasan Pura Besakih mewilayahi 87 buah pura yang terdiri dari 18 pura umum, 4 pura catur lawa, 12 pura padharman, 6 pura non padharman, 29 pura dadia, 7 pura berkaitan dengan pura dadia, dan 11 pura lainnya. Sampah-sampah upakara dari setiap telah tertangani secara baik. Bahkan seluruh areal pura terlihat bersih, mulai dari arah selatan Pura Dalem Puri Besakih, Pura Manik Mas, Pura Bangun Sakti, Pura Ulun Kulkul, Pura Merajan Selonding, hingga Pura Pengubengan, yang lokasinya paling di hulu.

Ribuan pamedek setiap hari lalulalang melakukan  pamuspaan merasa nyaman. Sebab, kesucian Pura Besakih terjaga tanpa sampah. Terutama setelah memasuki Bencingah Agung, selanjutnya ke Soring Ambal-Ambal, dan Pura Penataran Agung Besakih. Di setiap sudut, disediakan tong sampah, sehingga nyaris tanpa sampah di sepanjang jalan dilintasi pamedek. Pedagang yang direlokasi ke bagian barat jabaan Bencingah Agung, juga diwajibkan menyediakan tong sampah. Pembeli usai menikmati hidangan jika menyisakan sampah, langsung ditaruh di tong sampah.

Jalur pamedek sebenarnya ada dua. Jalur barat dari Terminal Kedundung tembus ke Bencingah Agung dan jalur timur dari Terminal Pura Manik Mas hingga tembus di Bencingah Agung. Sepanjang jalur itu, terlihat bersih.

Setiap hari 38 petugas kebersihan melakukan bersih-bersih di bagian timur Pura Besakih mulai dari Pura Manik Mas hingga Pura Soring Ambal-Ambal. Sedangkan di jalur barat dari Pura Dalem Puri hingga Pura Batu Madeg.
Khusus untuk sampah bekas upakara di Pura Penataran Agung Besakih, pangayah yang bertugas bersih-bersih dari Pamaksan Penataran Kangin dan Pamaksan Penataran Kawan. Kedua pamaksan itu silih berganti bersih-bersih, setiap shift selama 24 jam. Mereka bekerja dari pagi hingga pagi.

Pangayah bersih-bersih dari Pamaksan Penataran Kangin sebanyak 27 orang, dari Pamaksan Penataran Kawan sebanyak 18 orang. Tugas pangayah dari kedua pamaksan itu membersihkan lokasi tempat persembahyangan di Pura Penataran Agung Besakih di setiap usai pamedek melakukan pamuspaan. Seluruh sampah disatukan, kemudian dimasukkan ke dalam tong sampah, terus dituangkan ke bak sampah yang ada di hulu pasucian.

Sedangkan truk telah menunggu, begitu truk penuh sampah langsung diangkut ke TPA Banjar Palak, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, sekitar 2 kilometer dari Pura Penataran Agung Besakih.

Selama rangkaian Karya Agung Panca Walikrama lan Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Besakih, biasanya volume sampah meningkat, rata-rata per hari sampah dari Pura Penataran Agung Besakih saja mencapai 4 truk. Belum lagi dari sampah yang terkumpul dari pura lainnya sehingga rata-rata per hari sampah mencapai 8-10 truk.

Sampah tersebut tanpa pemilahan, bercampur kresek, botol plastik, gelas plastik dan bekas minuman lainnya.

Pangayah dari Pamaksan Penataran Kangin, Besakih, I Nengah Mudana dan I Ketut Sayang mengatakan, selama rangkaian Karya Agung Panca Walikrama lan Ida Bhatara Turun Kabeh, kegiatan bersih-bersih jauh lebih sibuk. Sebab, arus pamedek begitu padat, terutama di hari libur. "Kami petugas kebersihan yang khusus di Pura Penataran Agung Besakih. Setiap hari ngayah, terbagi dua shift, satu shift 24 jam. Hanya saja, di saat Karya Agung sampah lebih banyak, dari pagi hingga tengah malam," kata I Nengah Mudana, dihubungi saat ngayah di Pura Penataran Agung Besakih, Banjar Besakih Kangin, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, Jumat (22/3).

Satu hal yang memudahkan ngayah memungut sampah katanya, kali ini pamedek lebih tertib. Beda dengan situasi tahun-tahun sebelumnya. Begitu persembahyangan selesai, pihak panitia menginstruksikan agar dilakukan jeda beberapa saat. Tujuannya, agar pangayah yang bersih-bersih diberikan kesempatan memungut sampah, selanjutnya pamedek dipersilakan mengambil tempat untuk melakukan persembahyangan. Sehingga tempat persembahyangan selalu terlihat bersih.

Walau sampah dari Pura Penataran Agung Besakih dan pura lainnya dominan sampah bekas upakara, tetapi setiba di TPA, terlihat lebih banyak sampah plastik. Sebab, sampah plastik itu berasal dari para pedagang yang melayani pamedek usai melakukan persembahyangan.

Padahal di setiap sudut Pura Besakih telah dipasang imbauan, agar pamedek tidak menggunakan plastik sebagai sarana tempat, atau tempat banten.

Sampah di Pura Besakih dan sekitarnya, sementara memang telah tertangani, sehingga seluruh pelataran pura terlihat bersih. Sebenarnya pamedek yang datang, termasuk kalangan pegiat peduli lingkungan terkecoh atas bersihnya areal Pura Besakih. Kenyataannya yang terjadi, hanyalah memindahkan masalah. Sampah dari Pura Besakih dibuang ke TPA Banjar Palak, Desa Besakih. Sampah setiba di TPA Banjar Palak, tanpa ada pemilahan, hanya ditimbun, kemudian dicemplungkan ke Sungai Gumawang. Sehingga alur Sungai Gumawang jadi korban, dijadikan tempat penimbunan sampah. Lingkungan di sekitar Banjar Palak jadi tercemar karena tumpukan sampah itu. Banyak lalat dan menimbulkan bau tak sedap di saat hujan turun. Walau ada pemulung yang menunggu setiap petugas menurunkan sampah dari truk, hanyalah sebatas mencari sampah botol dan gelas plastik, dimasukkan ke dalam kampil dijual per kampil Rp 8.000.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Karangasem I Nyoman Tari mengakui, persoalan sampah plastik di Pura Besakih belum terselesaikan. Padahal di TPA Banjar Palak juga ada fasilitas pengolahan sampah, dan telah pula memiliki tenaga kerja. "Hanya saja masalahnya alat itu belum bisa dioperasikan, karena belum ada anggaran. Mesti menunggu anggaran agar sampah tersebut tuntas tertangani secara komprehensif," katanya. *nan

Komentar