nusabali

Dua Sanggar Pentaskan Calonarang di Geriana Kangin

  • www.nusabali.com-dua-sanggar-pentaskan-calonarang-di-geriana-kangin

Kolaborasi dua sanggar mementaskan drama calonarang di Pura Dalem, Desa Pakraman Geriana Kangin, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, Wraspati Kliwon Menail, Kamis (21/3).

AMLAPURA, NusaBali

Dua sanggar ini yakni Sanggar Graha Kumara Santhi Desa Culik, Kecamatan Abang, dan Sanggar Dwi Pama, Desa Duda, Kecamatan Selat, Karangasem.

Hiburan itu digelar, berkaitan dengan Ida Bhatara Sakti matapakan barong yang selama ini dilinggihang (distanakan) di Banjar Adat Pegubugan, Desa Pakraman Duda, Kecamatan Selat, katuran aci ngatep.

Aci ngatep dilaksanakan krama Banjar Adat Pegubugan, setiap setahun sekali, setelah Usaba Dodol, betepatan Kajeng Kliwon. Aci ini berdasarkan keyakinan krama setempat, secara niskala untuk mempertemukan Ida Bhatara Sakti dengan Ida Bhatara di Pura Dalem, Desa Pakraman Geriana Kangin. Sebab tapel yang digunakan berasal dari kayu pule yang didapatkan di areal Pura Dalem, melalui semedi khusyuk sulinggih yang dikenal dengan sebutan Ida Bhatara Lepas, yakni Ida Pedanda Gede Putra Ngenjung dari Geria Taman, Banjar Adat Pegubugan.

Tapel itu pula yang dipasupati di Pura Dalem disaksikan krama Banjar Adat Pegubugan dan krama Desa Pakraman Geriana Kangin, sehingga krama dari dua wilayah bertetangga itu secara rutin ngaturang aci.

Aci itu berlangsung sore hari, usai melakukan persembahyangan berlanjut menggelar tarian daratan (keris). Di mana dalam alur ceritanya, dua pedanda (pendeta) bertapa di sebuah hutan, kemudian digoda bidadari. Kedua pedanda itu rebutan bidadari, hingga keduanya bertengkar adu ilmu sakti. Satu pedanda mengeluarkan kekuatan rangda, dan satu pedanda mengandalkan kekuatan barong. Keduanya berperang, setelah barong diserang gunakan kain kapan andalan sang rangda, penarinya tak sadarkan diri, saat itulah, muncul penari keris.

Malamnya dilanjutkan menggelar tari calonarang. Tari ini mengisahkan di Desa Dirah, Kecamatan/Kabupaten Kediri, Jawa Timur, di zaman Kerajaan Airlangga, ada seorang janda penganut ilmu hitam atau ilmu sihir, Ni Walu Nateng Dirah, dikaruniai seorang gadis cantik, Ni Dyah Ratna Manggali. Pemuda desa tak ada yang berani menggoda Ratna Manggali, karena ibunya terkenal memiliki ilmu hitam tingkat tinggi, dan terkenal sebagai pembunuh kejam, melalui kekuatan gaibnya. Apalagi sering menciptakan wabah penyakit, hingga banyak korban berjatuhan.

Dalam cerita calonarang yang melegenda di masyarakat sebenarnya, strategi menyingkirkan Walu Nateng Dirah dirancang bagawanta Raja Airlanga, Mpu Baradah dengan mengutus putranya Mpu Bahula untuk menjalin asmara dengan Ratna Manggali, hingga berlanjut pernikahan. Tujuannya, agar rahasia ilmu hitam dikuasai Walu Nateng Dirah terungkap.

Kali ini dalam drama calonarang, Prabu Airlangga berniat menikahi Ratna Manggali. Pernikahan itu ditentang rakyat, pertanda tidak setuju. Berujung perang antara Prabu Airlangga dengan Walu Nateng Dirah, karena Walu Nateng Dirah tersinggung.

Ida Wayan Oka Adnyana seniman dari Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem bertindak sebagai Prabu Airlangga, Ida Nyoman Subaga sebagai penasar, Ida Made Adi Putra sebagai wijil, Ida Ayu Made Duwita Sugiantari sebagai Ratna Manggali, Ida Ayu Wayan Eka Sugiantari sebagai condong, Ni Ketut Santi Sukma Melati sebagai galuh, Ida Bagus Darma Wibawa Putra sebagai balian. Kenapa Prabu Airlangga jatuh cinta dengan Ratna Manggali? "Tergantung sutradaranya, di samping Raja Airlangga memang kepingin menikah lagi," ucap Ida Wayan Oka Adnyana, tersenyum.*nan

Komentar