nusabali

Siswa Difabel Pungut Sampah di Sungai

  • www.nusabali.com-siswa-difabel-pungut-sampah-di-sungai

Sikap peduli lingkungan warga sekolah satu atap SD/SMP Luar Biasa (SLB) Gianyar, patut pelajar dari sekolah lain.

GIANYAR, NusaBali

Karena, di tengah keterbatasan fisiknya sebagai anak difabel, mereka melakukan aksi bersih-bersih di Tukad (sungai) Abianbase, Kelurahan Abianbase, Gianyar, Jumat (22/3). Tak hanya pantas dicontoh, aksi mereka juga dapat menginspirasi anak-anak normal untuk lebih urati (peduli) terhadap kondisi lingkungan, terutama kebersihan.   

Bersama petugas kebersihan, siswa dari SD/SMP SLB bergotong royong memungut sampah di saluran air. Kepala SD, SMP, SMA satu atap SLB Gianyar Gde Cakra mengatakan, aksi tersebut serangkaian kegiatan setengah semester. Kegiatan  yang merupakan program sekolah dua kali setahun ini berlangsung empat hari dan terakhir, Jumat (22/3). ‘’Aksi ini salah satu wujud kepedulian anak-anak kami terhadap lingkungan, khususnya di Tukad Abianbase Kelod Kauh,’’ jelasnya. Jelas dia, siswa yang terlibat aksi 222 orang dari pukul 08.00 – 10.00 Wita. ‘’Karena kami lihat sungai ini masih kotor maka anak disabilitas kami ajak untuk membersihkan lingkungan,’’ jelasnya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gianyar I Wayan Kujus Pawitra menyambut baik inisiatif pihak SLB ini. ‘’Aksi di Tukad Abianbase ini  membuktikan bahwa kegiatan bersih-bersih kali ini telah dilakukan secara masif oleh masyarakat, termasuk anak-anak disabilitas ini," ujarnya.

Menurut Kujus Pawitra, tidak hanya di saluran sungai, kegiatan bersih lingkungan ini juga rutin digelar di sepanjang pantaii. Tujuannya, menciptakan lingkungan bersih sekaligus menjaga kesehatan warga Gianyar. Pihaknya mengaku secara rutin bergotong royong membersihkan pantai, sungai, dan lingkungan pemukiman. Harapannya, masyarakat semakin sadar akan arti penting dari menjaga kebersihan lingkungan. ‘’Tanpa keterlibatan masyarakat, sulit bagi kami untuk mewujudkan Gianyar yang bersih,” jelas Kujus.

Keterlibatan anak-anak berkebutuhan khusus dalam aksi ini, jelas Kujus, sangat aspiratif. Karena secara tidak langsung telah menunjukkan kepada masyarakat bahwa kaum difabel juga bisa berkontribusi dalam penciptaan lingkungan bersih. "Di tengah keterbatasan, mereka punya prestasi dan kepedulian terhadap lingkungan. Berawal dari pembiasaan memungut sampah yang ditemukan di jalan. Tentu nantinya akan jadi kebiasaan mereka dimana saja dan memberi contoh kepada masyarakat untuk peduli lingkungan," ujarnya.

Kata Kujus Pawitra, biasanya anak-anak SLB hanya bergotongroyong di lingkungan sekolah. Namun dengan aksi bersih-bersih di area publik akan dapat menumbuhkan apresiasi dari masyarakat luas. "Kami bangga, karena ada kepedulian lingkungan meski dari kaum difabel," katanya. *lsa

Komentar