nusabali

7 Parpol Terancam Tak Lolos ke Senayan

  • www.nusabali.com-7-parpol-terancam-tak-lolos-ke-senayan

Berdasar survei terbaru Litbang Kompas, hanya 4 parpol yang dipastikan lolos ke Senayan: PDIP, Gerindra, Golkar, PKB

JAKARTA, NusaBali
Tujuh (7) partai politik (parpol) terancam tidak lolos ke Senayan dalam Pileg 2019 mendatang, berdasarkan survei yang dilakukan Litbang Kompas. Ke-7 parpol yang tingkat elektabilitasnya rendah tersebut, masing-masing Partai Perindo, Hanura, PSI, Berkarya, PBB, PKPI, dan Garuda.

Berdasarkan survei terbaru Litbang Kompas bulan Maret 2019 yang hasilnya diu-mumkan di Jakarta, Kamis (21/3), tingkat elektabilitas Perindo hanya mencapai 1,5 persen. Partai pendatang baru besutan Harry Tanoesoedibjo ini berada di peri-ngkat 10 di bawah PDIP, Gerindra, Golkar, PKB, Demokrat, PKS, PAN, PPP, dan NasDem. Sedangan Partai Hanura berada di peringkat 11 dengan elektabilitas ha-nya 0,9 persen, disusul PSI (elektabilitas 0,9 persen), Berkarya (0,5 persen), PBB (0,4 persen), PKPI (0,2 persen), dan Partai Garuda (0,2 persen).

Survei Litbang Kompas ini digelar periode 22 Februari-5 Maret 2019, dengan me-libatkan 2.000 responden yang dipilih secara acak, menggunakan metode pencup-likan sistematis bertingkat di 34 provinsi se-Indonesia. Margin of error survei ini plus-minus 2,2 persen, dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Ambang batas untuk masuk ke parlemen (lolos ke Senayan) dalam Pemilu 2019 adalah 4 persen. Dari hasil survei, Litbang Kompas membagi parpol menjadi 3 kategori. Pertama, parpol yang dipastikan lolos ke DPR, berisi 4 partai, yakni PDIP (dengan elektabilitas 26,9 persen), Gerindra (17,0 persen), Golkar (9,4 per-sen), dan PKB (6,8 persen).

Kategori kedua, parpol yang elektabilitasnya memenuhi minimal ambang batas parlemen, termasuk dengan mempertimbangkan margin of error 2,2 pesren. Parpol yang masuk kategori ini berjumlah 5 partai, masing-masing Demokrat (dengan elektabilitas 4,6 persen), PKS (4,5 persen), PAN (2,9 persen), PPP (2,7 persen), dan NasDem (2,6 persen).

Sedangkan kategori ketiga adalah parpol yang tingkat elektabilitasnya di bawah ambang batas parlemen. Meski mempertimbangkan margin of error, parpol ini masih sulit masuk ke DPR dalam Pileg 2019. Tujuh (7) parpol kategori tiga yang terancam gagal ke Senauan ini adalah Hanura, PBB, PKPI, Perindo, PSI, Berkarya, dan Garuda. Dari mereka ini, 3 di antaranya merupakan parpol lama, yakni Hanura, PBB, dan PKPI.

Kendati terancam tereliminasi berdasarkan survei Litbang Kompas, namun partai pendatang baru seperti PSI tetap opitimistis bakal lolos ke Senayan. PSI menyata-kan akan terus bekerja keras turun menyapa masyarakat dalam sisa waktu menje-lang coblosan Pileg, 17 April 2019 mendatang.

"Di sekitar 27 hari ini, saya dan ketua umum akan terus jalan ke berbagai kabupa-ten/kota yang menurut kami punya potensi besar untuk menaikkan elektabilitas PSI. Semua caleg juga mengetuk pintu rakyat dan pintu hati tanpa lelah. Insyaallah di 17 April mendatang akan berbuah manis," tandas Sekjen PSI, Raja Juli Antoni, dilansir detikcom di Jakarta, Kamis kemarin.

Antoni mengapresiasi hasil survei yang dirilis Litbang Kompas. Dia mengatakan hasil survei menjadi bahan evaluasi internal partai. Menurut Antoni, PSI optimistis melenggang ke Senayan. Alasannya, berbagai lembaga survei memperlihatkan trend elektabilitas PSI meningkat.

"Hasil yang diperlihatkan lembaga-lembaga survei itu yang penting dilihat trend-nya. Di survei Kompas ini, kalau dilihat sebelumnya kami 0,4 persen, sekarang 0,9 persen. Jangan dilihat angka absolutnya, lihatlah trendnya," katanya meyakinkan.

"Di berbagai lembaga survei lain, trendnya juga sama. Naik, bahkan ada yang me-nyatakan sudah di angka 4 persen. Dan, semuanya masih dalam rentang margin of error, sehingga kami tetap optimis melihat hasil survei Kompas tersebut," lanjut Antoni.

Sementara itu, PDIP tetap menduduki peringkat teratas dalam surevei terbaru Lit-bang Kompas, dengan elektabilitas 26,9 persen. Ini jauh lebih besar dibanding ha-sil Pileg 2014, ketika PDIP jawara dengan raihan 18,9 persen suara. Namun, rating PDIP turun dibandung hasil survei sebelumnya Litbang Kompas edisi Okto-ber 2018, ketika elektabilitasnya mencapai 29,9 persen.

Meski elektabilitas menurun dari Oktober 2018 hingga Maret 2019, namun PDIP klaim keunggulannya konsisten. Ketua DPP PDIP, Hendrawan Supratikno, menyebut survei harus dilihat sebagai indikasi. "Saya kira yang pertama kita jangan menafsirkan hasil-hasil survei dengan kacamata yang deterministik, jadi seakan-akan survei sepenuhnya menggambarkan realitas yang akan terjadi. Jadi, jangan deterministik ya. Survei harus dimaknai sebagai indikasi. Itu yang pertama," kata Hendrawan, Kamis kemarin.

Bagi Hendrawan, naik-turun elektabilitas partai di survei merupakan hal wajar. Beberapa partai menerapkan strategi yang berbeda di Pemilu 2019. "Apa yang terjadi ini sebetulnya wajar-wajar saja. Naik-turunnya angka-angka itu harus dipandang sebagai hal yang wajar, karena memang aktivasi partai-partai politik ini kan intensitasnya dengan strateginya berbeda-beda," tandas Hendrawan. "Ada yang konsisten bergerak dari awal, ada yang lebih fokus pada bulan-bulan terakhir. Jadi, ini menggambarkan strategi partai yang berbeda-beda," imbuhnya.

Selain itu, Hendrawan menyebut elektabilitas PDIP konsisten unggul di beberapa hasil survei lembaga independen. Lebih-lebih, PDIP konsisten di tengah terjangan fitnah dan hoax.

Di sisi lain, elektabilitas Gerindra naik dari semula 16,0 persen dalam survei edisi Oktober 2018 menjadi 17,0 berdasarkan survei Litbang Kompas edisi Maret 2019. Gerindra yang dalam Pileg 2014 hanya menempati peringkat ketiga dengan raihan 11,8 persen suara, pun berhasil memepet PDIP dalam survei. Gerinfdra jauh meninggalkan Golkar, yang tercecer di peringkat tiga dengan elektabilitas hanya 9,4 persen.

Melejitnya elektabilitas Gerindra salah satunya karena efek Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Capres-Cawapres nomor urut 02 yang diusung Gerindra-Demokrat-PAN-PKS-Berkarya. Hal ini diakui oleh politisi PKS yang kini anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Habiburokhman.

"Ya, ini adalah Prabowo-Sandi effect. Partai-partai pengusung mendapat berkah dari tingginya elektabilitas Prabowo-Sandi. Sejak awal saya katakan bahwa yang akan dapat coattail effect bukan hanya Gerindra, tapi seluruh koalisi kami," ujar Habiburokhman, Kamis kemarin. *

Komentar