nusabali

Pembuat Pamor Terus Berkurang

  • www.nusabali.com-pembuat-pamor-terus-berkurang

Jumlah pembuat usaha kapur sirih (pamor) di Banjar Nyalian, Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli terus berkurang.

BANGLI, NusaBali

Sampai saat ini pembuat pamor hanya tiga orang. Generasi muda lebih memilih usaha lain sehingga tak ada yang melanjutkan usaha keluarga ini. Pamor dijual Rp 500 per biji. Bahan baku didatangkan dari Desa Sengkidu, Karangasem.

Warga setempat, Ni Made Adnyani, mengatakan usaha membuat pamor hanya sebagai pekerjaan sambilan. Sejumlah warga sempat belajar membuat pamor, namun tidak ada yang sampai membuka usaha sendiri. “Kebutuhan kapur sirih cukup tinggi untuk upacara. Untuk dikonsumsi memang sedikit,” ujar Adnyani, (17/3). Adnyani berharap ada generasi penerus untuk membuat kapur sirih.

Menurut Adnyani, dulu warga Banjar Nyalian menggantungkan hidup dari menjual pamor. “Keuntungannya lumayan,” akunya. Beberapa tahun lalu ia bersama perajin pamor sekitar 10 orang sempat mengajukan proposal permohonan modal kepada pemerintah, namun tidak ada hasil. “Bahan baku kapur didatangkan dari Desa Sengkidu, Karangsem. Pernah juga mencari bahan baku di wilayah Samplangan, Gianyar. “Sekali beli biasanya Rp 2 juta. Kami bagi sesama pembuat kapur sirih. Kalau ambil sedikit biaya lebih besar untuk transport,” sebutnya.

Proses awal pembuatan pamor yakni bubuk kapur yang berasal dari karang laut yang telah menjalani proses penghalusan dicampur dengan air, kemudian diaduk hingga rata. Selanjutnya, kapur bercampur air disaring beberapa kali hingga tersisa bubuk yang halus. “Butiran-butiran yang kasar dibuang karena tidak bisa dipakai lagi. Bahan yang sudah tercapur air dibiarkan mengendap dan endapannya bisa dikonsumsi,” jelasnya. Proses pembuatan selama 2 hari untuk bisa dijual di pasar.

Adnyani menambahkan, endapan kapur kemudian dicetak seukuran uang logam. Proses selanjutnya tinggal menunggu kapur mengering. “Kapur yang bagus kalau dicampur air langsung meleleh lagi,” ujarnya. Ia menjual kapur Rp 500 per biji. Kapur buatannya dijual di Pasar Kidul Bangli, Pasar Kayuambua, hingga Pasar Kintamani. Ada juga pelanggan yang mengambil langsung ke rumahnya. Permintaan cukup banyak, namun ia tak mampu memenuhinya. “Proses pengendapan perlu waktu lama, tidak bisa sehari langsung cetak,” sebutnya. Sekali proses, Made Adnyani mampu mengelola 50 kilogram bahan baku. *es

Komentar