nusabali

Pejuang Wayan Tedja Masuk Rumah Sakit

  • www.nusabali.com-pejuang-wayan-tedja-masuk-rumah-sakit

Orang Kepercayaan Kapten Dipta yang Kini Terabaikan 

DENPASAR, NusaBali

Tubuh I Wayan Tedja, 92, mantan pengawal pejuang Kapten I Wayan Dipta asal Gianyar kian hari kian renta. Seiring usianya yang bertambah, penyakit pun mulai dideritanya. Ia mengalami penyakit demensia atau melemahnya fungsi otak baik itu daya ingat maupun kemampuan berpikir. Karena kondisinya yang kurang baik, ia harus dirawat di ruang ICU RS Prima Medika Denpasar sejak 13 Maret 2019.

I Wayan Tedja atau yang biasa dipanggil Pak Kumis ini adalah satu-satunya orang kepercayaan Kapten I Wayan Mudita yang masih hidup. Selain Pak Kumis, ada tiga lagi pengawal Kapten Mudita, yakni Alm Made Gulem, Alm Nyoman Krebek, dan Alm Wayan Taweng. Hanya I Wayan Tedja, veteran kelahiran 27 Maret 1927 ini diberi umur panjang hingga bisa melihat cicitnya. Ia dikaruniai 8 anak, 15 cucu, dan 14 cicit.

Akibat penyakit demensia yang dideritanya, Wayan Tedja harus beberapa kali dirawat di rumah sakit sejak terdiagnosa tahun 2008. “Pertama ketahuan sakitnya sekitar tahun 2007, dibilang ada cairan di otak saat CT Scan. Tidak ingat siapa-siapa beliau sekarang. Anaknya juga nggak ada diingat. Saya sering dipanggil ‘Me’ (ibu, red) atau Gung Aji. Kalau diajak ngobrol sudah tidak nyambung. Bapak bilang ayo kita pulang ke Gianyar, padahal sudah di Gianyar,” ujar anak kedua Wayan Tedja, Made Arini, 67.

Saat ini, kata dia, kondisi Pak Kumis kian membaik. Selama ini ia tinggal di Banjar Teges Kelod Kota Gianyar, di Jalan Beratan, Gianyar, dirawat oleh anak kedua. Sedangkan anak-anak yang lain bergantian menjenguknya. “Fisiknya sehat, tapi daya pikirnya agak menurun. Tidak bisa bangun beliau, kalau duduk mau ganti baju, harus ada yang megang, ada yang mamakaikan baju. Begitu juga kalau mau makan, kita yang ngatur,” ceritanya.

Disinggung mengenai perjuangan sang ayah, ia yang didampingi adik dan adik sepupunya mengaku tidak tahu persis. “Saya tidak begitu tahu bagaimana detail sejarah veterannya. Yang jelas dulu bapak pernah cerita, pernah hanyut katanya, pernah dibui, gitu aja,” katanya.

Sementara itu, anak keempat dari I Wayan Tedja, dr Sinarja SpAn, menceritakan, malam sebelum dilarikan ke RS Prima Medika Denpasar, sang ayah tiba-tiba diam saja. Setelah diperiksa nafas dan detak jantung, tiba-tiba melemah. Karena kondisi itulah sang ayah langsung dilarikan ke rumah sakit. Beruntung ia mendapatkan penanganan di waktu yang tepat sehingga kondisinya kini mulai berangsur pulih.

dr Sinarja menjelaskan, ayahnya merupakan satu dari empat orang kepercayaan pejuang asal Gianyar, Kapten I Wayan Dipta. Berdasarkan sejarah, Laskar Pemuda Republik Indonesia (PRI) yang dikomandoi Kapten Dipta berjuang mengusir kolonial Belanda meski ditentang oleh pemerintahan Gianyar sendiri. Pemerintah daerah saat itu dinilai terlalu berpihak kepada Belanda sehingga ketidakadilan kerap terjadi. Tak ayal menyebabkan perang hingga Kapten Dipta gugur tertembak pada tahun 1946 di usia 20 tahun. Beruntung Wayan Tedja selamat dalam perjuangan itu.

Setelah masa kemerdekaan, ayahnya kemudian dijadikan sebagai pegawai pemerintahan di Dinas Pertanian Bali hingga pensiun. Namun Pak Kumis juga aktif tercatat sebagai anggota resmi DPC Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Gianyar. Ia juga memperoleh piagam Satya Lencana LVRI dari presiden. Namun nama besar Laskar Pemuda Republik Indonesia itu kini redup. Ayahnya pun seakan mulai dilupakan Pemda Gianyar.

“Kalau di Denpasar kan (veterannya) biasanya sering didatangi, diperhatikan. Mungkin karena bapak sudah tidak ada temannya lagi. Terakhir saat kepemimpinan Tjok Budi Suryawan era 80-an itu masih diundang, masih kuat, masih sering diajak rapat ,” jelasnya. “Bapak saya ini kan orang terakhir yang masih hidup. Berarti kenangan pejuang itu kan sudah tidak dikenal lagi. Sebenarnya tidak ada masalah apa-apa bagi kami, cuma ya apa tidak ada perhatian sedikit,” tandasnya. *ind

Komentar