nusabali

Wayang Emas Memukau Krama di Desa Duda

  • www.nusabali.com-wayang-emas-memukau-krama-di-desa-duda

Dalang Ida Bagus Darma Wibawa Putra dari Geria Taman, Banjar Pegubugan, Desa Duda, Kecamatan Selat, Karangasem mementaskan wayang emas di Pura Puseh, Banjar Bencingah, Desa Duda, Kecamatan Selat, Karangasem, Soma Kliwon Uye, Senin (11/3).

AMLAPURA, NusaBali

Pementasan saat upacara Nyineb Karya Tawur Tabuh Gentuh itu, tentu memukau karma desa setempat.

Wayang emas ini terbuat dari emas kuning dan emas putih, merupakan warisan dari kerajaan Majapahit. Wayang sebanyak 168 buah dengan pelbagai figur dan bentuk ini, milik Ida Bagus Waskita dari Griya Peling, Banjar Padang Tegal, Kelurahan/Kecamatan Ubud, Gianyar. ‘’Wayang ini tanpa figur Duryadhana dan saudaranya, sehingga tidak lengkap,’’ jelas  
Ida Bagus Darma Wibawa Putra.

Ia mengatakan, walau jumlah wayang tidak lengkap, cerita yang  dimainkan menyesuaikan dengan kondisi wayang yang ada. Ia mengakui mementaskan wayang emas dengan bentuk fisik yang berbeda dengan wayang kulit, tentu tidak selincah mementaskan wayang kulit. Sebab wayang emas tersebut, bentuk fisiknya jarang ada yang berlubang. Fisik wayang ini hanya terlihat ukiran-ukiran, tidak cocok dipentaskan malam hari. Sebab, bayangan yang kelihatan tidak menarik perhatian ditonton, karena tidak ada lubang-lubangnya.

Wayang emas, katanya, sebelum dipentaskan, sang dalang mesti terlebih dahulu menancapkan bambu-bambu kecil yang telah dipotong di batang pisang. Bambu berlubang itu tempat memasukkan katik wayang. Beda dengan wayang kulit, bisa ditancapkan langsung. "Ya, pentas ini kan untuk mengisi rangkaian upacara, memang wayang emas itu dipentaskan untuk upacara," jelas alumnus STSI Denpasar ini.

Ida Bagus Darma Wibawa Putra mengaku, mendapatkan kepercayaan mementaskan wayang emas ini karena kenal dengan pemilik wayang itu. Selain itu, mereka sama-sama hobi di bidang pedalangan.

Hadir pula menyaksikan pemilik wayang emas, Ida Bagus Waskita. Ia mengatakan, wayang emas itu didapatkan dari salah satu keturunan Raja Majapahit tahun 2013. Setelah wayang emas tersebut dipelaspas, dan dipasupati, selanjutnya digunakan setiap ada upacara Karya Mamungkah lan Nubung Daging, atau Karya Tawur Tabuh Gentuh. "Kami kan sering ke Jawa, kemudian bertemu pewaris Kerajaan Majapahit, selanjutnya wayang emas itu dihibahkan ke keluarga kami di Padangtegal," katanya.

Jelas dia, siapa pun boleh mementaskan wayang emas itu, asalkan terlebih dahulu ada kecocokan bathin antara taksu di wayang emas itu dengan dalang yang akan mementaskan. "Wayang ini dipentaskan khusus untuk mengisi rangkaian upacara, bukan untuk komersial," katanya. Meskipun dirinya hobi di bidang pedalangan dan memiliki sanggar membina bidang pedalangan, justru dirinya belum pernah mementaskan wayang emas yang dimilikinya ini. *nan

Komentar