nusabali

Masih Ada Kabupaten dengan Angka Stunting di Atas 20 Persen

  • www.nusabali.com-masih-ada-kabupaten-dengan-angka-stunting-di-atas-20-persen

Angka stunting atau anak bertubuh pendek karena kurang gizi di Bali mampu diperbaiki hingga di angka 19,8 persen.

DENPASAR, NusaBali
Itu artinya, angka stunting di Bali mampu di bawah rata-rata nasional yakni 30,8 persen. Angka stunting Bali sebesar 19,8 persen juga mampu masuk kriteria WHO, yakni di bawah 20 persen. Namun demikian, masih ada beberapa kabupaten di Bali yang kondisi stuntingnya di atas 20 persen. Hal tersebut disampaikan Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan (Yankes) Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Kadek Iwan Darmawan, baru-baru ini.

Ia menjelaskan, secara umum angka stunting di Bali pada tahun 2013 mencapai 32,6 persen. Kemudian pada tahun 2015 angka stunting turun menjadi 20,7 persen, dan pada 2016 turun lagi menjadi 19,7 persen. Pada tahun selanjutnya, 2017, angka stunting mampu diperbaiki menjadi 19,1 persen. Hanya saja pada tahun 2018 terjadi sedikit peningkatan menjadi 19,8 persen. “Secara total, angka stunting di Bali di bawah 20 persen,” ujarnya.

Namun demikian, beberapa kabupaten di Bali sepanjang tahun 2015 sampai 2017 menunjukkan di atas 20 persen. Sebut saja Jembrana angka stuntingnya pada 2015 sebesar 25,5 persen, pada 2016 yaitu 23,1 persen, dan pada 2017 kembali naik menjadi 25,2 persen. Sementara Buleleng menunjukkan angka stunting pada 2015 yaitu 25,3 persen, pada 2016 yaitu 24,2 persen, dan pada 2017 yaitu 29 persen. Sedangkan angka stunting di Karangasem pada tahun 2015 yaitu 27,5 persen, pada 2016 yaitu 26,1 persen, dan pada 2017 yaitu 23,6 persen.

Selain itu, angka stunting di Bangli pada 2015 yaitu 28,6 persen, pada 2016 turun menjadi 25,7 persen, dan pada 2017 yaitu 20,4 persen. Demikian juga Gianyar pada 2017 angka stuntingnya 22,5 persen. Angka stunting terendah dicapai Kota Denpasar yang pada tahun 2015 sebesar 18,4 persen, pada 2016 sebanyak 16,1 persen, dan pada 2017 yaitu 9,5 persen.

Menurut dr Iwan, untuk menangani kasus stunting tersebut, pemerintah Provinsi Bali telah menggalakkan program 1.000 hari pertama kehidupan anak yakni sejak bayi dalam kandungan sampai anak usia 2 tahun. Adapun program tersebut berupa pemeriksaan rutin selama kehamilan, persalinan, pemberian imunisasi lengkap pada anak, pemberian makanan tambahan termasuk juga pemberian vitamin dan suplemen dalam bentuk taburia.

Program taburia pada makanan anak diberikan pada anak usia 6 bulan sampai usia 5 tahun. Akan tetapi, meski sekian lama program pemberian taburia ini dijalankan, ternyata angka stunting masih tinggi. Ia pun menyarankan taburia ini dikombinasikan dengan Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang sudah dioptimalkan zat gizinya. “Kenapa taburia tidak digabung atau dikombinasikan dengan MPASI yang sudah dioptimalkan zat gizinya, yang menggunakan bahan pangan lokal,” katanya.

MPASI yang dioptimalkan ini disesuaikan dengan sumber pangan yang tersedia di daerah itu. Apapun jenis sumber pangan di daerah tersebut dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. *ind

Komentar