nusabali

Water Canon Diterjunkan Bantu Krisis Air

  • www.nusabali.com-water-canon-diterjunkan-bantu-krisis-air

Mobil water canon yang biasa digunakan mengatasi kerusuhan massa, beralih fungsi menjadi mobil yang membantu masyarakat krisis air.

NEGARA, NusaBali
Kemarau panjang yang menyebabkan krisis air bersih di sejumlah desa di Kabupaten Jembrana dalam beberapa bulan terakhir ini, turut mengundang perhatian dari Polres Jembrana. Uniknya, Polres Jembrana mengambil inisiatif untuk menyuplai air bersih dengan menggunakan mobil water canon dari Polda Bali, yang diperbantukan selama rangkaian Pilkada Jembrana tahun ini.

Mobil yang biasa digunakan menghalau massa ini, secara perdana diturunkan ke Banjar Kaleran, Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Jumat (30/10) pagi. Puluhan warga langsung menyerbu kedatangan bantuan air bersih yang dialirkan ke sejumlah tong penampungan. Tidak lebih dari satu jam, air dari mobil berkapasitas 6.500 liter ini sudah habis diambil warga yang diatur dengan dilayani oleh 18 anggota Sabhara Polres Jembrana dan beberapa anggota Polsek Mendoyo.

Wakapolres Jembrana, Kompol Anak Aagung Rai Laba, yang turun langsung bersama Kasat Sabhara, AKP I Made Katon, mengatakan, diturunkannya air ke Banjar Kaleran ini, memang berdasar dari laporan Babinkantibmas setempat. Bagaimana warga di sejumlah di banjar Desa Yehembang ini, dikabarkan mengalami krisis air bersih. Kemudian dilakukan pemetaan terhadap sejumlah banjar ini, dan dipilih Banjar Kaleran yang wilayahnya memang berada pegunungan, jauh dari perkotaan Yehembang. “Di sini memang salah satu banjar yang paling jauh untuk mengambil air di kota,” katanya.

Menurutnya, langkah untuk memberikan suplay air dari saluran hydrant yang memang merupakan air bersih dari PDAM ini, akan berkala dilakukan. Tentunya juga dengan melakukan pemetaan atas laporan dari sejumlah Babinkantibmas se Jembrana. “Kalau terlalu jauh dan jalannya kecil, mobilnya tidak bisa masuk. Mungkin nanti juga akan koordinasikan dengan pihak desa, biar disediakan tempat penampungan khusus,” ujarnya.

Sementara sejumlah warga di Banjar Kaleran yang rela mengantre tersebut, megaku memang tengah kesulitan mendapat air bersih sejak tiga bulan terakhir. Kesulitan air bersih ini, terjadi sudah bertahun-tahun. Saluran air PDAM yang menjadi andalan di rumah-rumah mereka, tidak dapat mengalir, karena sumber air di hutan yang menyusut, khususnya saat musim kemarau. Kondisi ini memaksa sejumlah warga harus mencari air langsung ke sungai terdekat, maupun ke Lapangan Umum Yehembang, dengan menempuh jarak hampir tujuh kilometer.  Sedangkan mereka rata-rata minimal mengaku membutuhkan air hingga dua jerigen per hari.

Kelian Dinas Kaleran, I Ketut Merdana, 53, mengakui keadaan tersebut. Sebanyak 400 KK di banjarnya, selalu mengalami krisis air bersih setiap tahun. Tahun lalu, sempat disuplay air dari truk tangki dari Pemkab Jembrana, melalui Sat Pol PP Jembrana. Namun tahun ini ditiadakan, karena pertimbangan atas pengalaman tahun lalu. Pembagin tidak merata, dan membuat sesama warga menjadi ribut. Karenanya, untuk mengantisipasi suplai air bersih yang selalu akan habis diperebutkan itu, diambil solusi dengan menyediakan air dari sumur bor di lapangan desa setempat. “Tetapi memang jaraknya jauh. Sebenarnya kami berharap ada bantuan air, dan mungkin bagaimana pengaturannya, biar tidak ribut lagi. Karena ini juga kadang membuat kami sulit,” katanya.

Sementara Perbekel Yehembang, I Made Semadi, secara terpisah mengatakan, pihaknya sempat berkeinginan kembali memberikan pasokan air yang disalurkan melalui Sat Pol PP Jembrana, seperti tahun lalu. Surat usulan juga sudah dikirim dan telah disetujui. Tetapi warga malah menolak, karena takut tidak semua warga seperti pengalaman tahun lalu, sehingga diputuskan untuk tidak mengirimkan bantuan air tersebut. Keputusan itu juga sudah melalui rapat pihak banjar. “Kami kemarin sebenarnya juga sudah berusaha membagi dan meminta biar berbagai. Gunakan khusus untuk kebutuhan pokok saja. Tetapi masalahnya, tetap saja ada yang mengambil banyak. Ini menimbulkan kecemburuan dari yang tidak dapat. Makanya disepakati solusinya, membuatkan sumur bor, dan menyebar tiga titik keran, di lapangan, kantor desa, dan pasar untuk umum. Tetap ini diberikan gratis,” katanya. 

Komentar