nusabali

Puncak Musim Kemarau Diprakirakan Agustus

  • www.nusabali.com-puncak-musim-kemarau-diprakirakan-agustus

Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar memprakirakan puncak musim kemarau untuk wilayah Bali terjadi pada Agustus mendatang.

MANGUPURA, NusaBali

Meski demikian, satu wilayah justru lebih cepat mengalami pergantian musim yakni Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Bahkan, wilayah tersebut pada akhir Maret ini sudah memasuki musim kemarau.

Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar M Taufik Gunawan, menjabarkan secara umum Pulau Dewata memang masih ada hujan hingga kategori menengah. Puncak musim penghujan yang terjadi pada Januari lalu itu masih menyisakan hujan dengan frekwensi dan intensitas sedang hingga ringan, khususnya terjadi di wilayah Bali tengah dan Bali Selatan dalam bulan Maret ini. Kemudian, pada April dan Mei menjadi awal musim kemarau untuk keseluruhan wilayah Bali.

“Kalau bicara secara garis umum, Bali memang menghadapi musim kemarau mulai bulan April dan Mei. Tapi, ada juga wilayah yang mulai memasuki musim kemarau pada akhir Maret ini, yaitu Nusa Penida,” tutur Taufik saat jumpa pers di kantor BMKG, Jalan Raya Tuban, Kecamatan Kuta, Badung pada Kamis (14/3) pagi.

Diakuinya, Nusa Penida, Kabupaten Klungkung mulai musim kemarau pada dasarian ke dua (akhir Maret) dengan persentase 13 persen. Sementara untuk beberapa wilayah yang memasuki musim kemarau pada April dengan persentase 54 persen dan Mei dengan persentase 20 persen masing-masing wilayah Jembrana bagian utara, Tabanan (bagian selatan), Badung (bagian selatan), Kota Denpasar, Gianyar (bagian utara dan bagian selatan), Bangli (bagian tengah, bagian barat laut, bagian utara), Buleleng bagian timur, Karangasem (bagian utara, selatan, dan bagian timur), Klungkung bagian selatan. “Sementata untuk wilayah terakhir yang memasuki musim kemarau bulan Juni pada dasarian I adalah wilayah Buleleng bagian selatan dan Karangasem bagian tengah,” imbuhnya.

Di tempat yang sama, Kepala Stasiun BMKG Rakhmat Prasetia menjelaskan karakteristik atau fenomena sebelum pergantian musim yakni peralihan musim penghujan ke kemarau biasanya ditandai dengan adanya petir, angin kencang, hujan lebat sesaat, dan gelombang tinggi yang terjadi di beberapa wilayah atau bahkan seluruh Bali. Sehingga, setelah melewati itu barulah dinyatakan pergantian musim.

Terkait ketidakmerataan awal musim kemarau di wilayah Bali, Prasetia mengaku disebabkan oleh topografi antara Bali Selatan dan Utara. “Pada intinya, meski musim kemarau, namun bukan berarti Bali tidak akan diguyur hujan. Tetap ada hujan tapi intensitas dan titiknya itu tidak merata, kemungkinan di lokasi tertentu saja,” ujarnya.

Dia mengimbau agar saat musim kemarau ini, masyarakat melakukan efisiensi penggunaan air, karena ada potensi kekeringan khususnya wilayah Bali bagian Utara dan Selatan. Kemudian antinsipasi kebakaran hutan, efisiensi dan antisipasi kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan air. Namun, sebelum memasuki musim kemarau, yang perlu diwaspadai saat peralihan adalah perkembangbiakan nyamuk demam berdarah.

“Karena memasuki musim kemarau, diharapkan masyarakat untuk lebih memperhatikan ketersediaan air. Karena adanya potensi kekeringan saat musim kemarau kali ini,” tuturnya. *dar

Komentar