nusabali

Sampah di Kamasan Numpuk Berhari-hari

  • www.nusabali.com-sampah-di-kamasan-numpuk-berhari-hari

Sudah berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (DLHP) Klungkung. Namun masalah ini belum bisa diatasi.

SEMARAPURA, NusaBali

Sampah warga Desa Kamasan, Kecamatan Klungkung, yang sudah dibungkus plastik akhirnya numpuk berhari-hari di pinggir jalan. Kondisi ini terjadi sejak sebelum Hari Suci Nyepi Tahun Saka 1941, Kamis (7/3), hingga Minggu (10/3).

Karena desa yang mengangkut sampah dengan armada itu tak lagi boleh membuang sampah baik di TPA (tempat pembuangan akhor) sementara di Banjar  Belahpane, Desa Sidan, Gianyar dan di TPA Sente, Desa Pikat, Kecamatan Dawan, Klungkung.

Pantauan NusaBali, Minggu (10/3) siang, sampah tersebut masih terbiarkan menumpuk di pinggir jalan raya. Pemandangan kumuh pun tak terelakkan. Desa Kamasan tidak memiliki lahan untuk membuang dan mengolah sampah tersebut. Tumpukan sampah di sejumlah titik pinggir jalan raya juga menimbulkan bau tidak sedap. Beberapa sampah juga meluber ke jalan raya karena tertiup angin dan dikorek anjing.

"Pengangkutan sampah yang diambil dari desa macet sebelum Nyepi. Karena tempat biasa membuang sampah tidak lagi menerima sampah," ujar Perbekel Desa Kamasan Ida Bagus Ketut Danendra.

Dia mengaku sudah berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (DLHP) Klungkung. Namun masalah ini belum bisa diatasi. Karena TPA Sente di Desa Pikat, Kecamatan Dawan, Klungkung sudah ditutup. "Tiang (saya) masih memikirkan solusinya. Karena armada dan tenaga, kami sudah punya. Namun lahan TPA atau olah sampah kami tidak punya," ujarnya. Diakuinya, warga desa mengeluhkan kondisi ini. Namun sudah disosialisasikan kepada masyarakat.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala DLHP Klungkung Anak Agung Kirana mengakui, aparat Desa Kamasan sudah berkoordinasi ke DLHP dan telah dikasi penjelasan. Jelas dia, Pemkab Klungkung juga kesulitan membuang sampah, mengingat TPA Sente tidak lagi bisa dibuangi sampah dari desa alias ditutup. TPA ini sudah menjadi Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) milik desa setempat.

Jelas Agung Kirana, solusinya masalah sampah ini bisa diselesaikan dari sumber sampah itu sendiri. Misalnya, di sebuah  keluarga menghasilkan sampah rata-rata 1,5 kg - 1 kg/hari. Maka sampah organik bisa diolah jadi pupuk organik. Sedangkan sampah plastik bisa koordinasikan dengan bank sampah terdekat oleh pihak Desa Kamasan. "Desa-desa kan banyak sekarang punya bank sampah, seperti Desa Tangkas, Desa Takmung, bahkan sampai membutuhkan sampah plastik yang banyak. Karena mereka bisa berdayakan," ujarnya.

Di samping dipilah di rumah, sampah yang memang murni organik sekarang banyak yang siap menerima untuk kesuburan tegalan. "Termasuk staf saya punya lahan satu sampai 2 hektare  yang siap menerima, bahkan sampai minta. Contoh, daun dan ranting hasil tebangan pohon menjelang pengarakan ogoh-ogoh,  sudah langsung ada yang minta," ujarnya.

Selain solusi tersebut DLHP akan berkoordinasi Senin (11/3) ini dengan Desa Kamasan terkait masalah sampah tersebut. "Kami akan koordinasikan kembali untuk mencari solusinya, yang jelas sampah itu tidak boleh dibakar," ujarnya. *wan

Komentar