nusabali

Buleleng Dikepung Bencana Saat Nyepi

  • www.nusabali.com-buleleng-dikepung-bencana-saat-nyepi

Hujan deras yang mengguyur wilayah Buleleng sejak Rabu (6/3) malam hingga Kamis (7/3) bertepatan Nyepi Tahun Baru Saka 1941, menyebabkan bencana di sejumlah desa kawasan Kecamatan Sawan, Kecamatan Buleleng, Kecamatan Sukasada, dan Kecamatan Banjar.

SINGARAJA, NusaBali

Bencana tersebut mulai dari tanah longsor, banjir bandang, hingga pohon tumbang yang menimbulkan kerusakan. Khusus di wialayah Kecamatan Sawan (Buleleng Timur) terdapat 6 titik bencana saat Nyepi. Rinciannya, bencana longsor di Banjar Dukuh (Desa Sudaji), longsor di Banjar Singkung (Desa Sudaji), longsor di Banjar Desa (Desa Sudaji), banjir bandang di Perumahan Suwug Permai (Desa Suwug), longsor di Setra Alit Desa Pakraman Suwug, dan pohon tumbang di Desa Jagaraga.

Sedangkan di wilayah Kecamatan Buleleng, terjadi bencana di 7 titik, yakni banjir di Desa Pemaron, pohon tumbang di Desa Tukadmungga, longsor di Dusun Tingkih Kerep (Desa Jinengdalem), banjir di Kota Singaraja, tembok roboh di Lingkungan Tegal Mawar (Kelurahan Banjar Bali), longsor di Desa Nagasepaha, dan pohon tumbang di Desa Kalibukbuk. Selengkapnya, lihat box. Hingga Jumat (8/3) sore, petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng masih berupaya melakukan evakuasi pasca bencana di sejumlah titik.

Salah satu kerusakan parah terjadi dalam bencana longsor di Setra Alit Desa Pakraman Suwug, Kecamatan Sawan. Setra yang jebol ini memiliki panjang 10 meter, lebar 6 meter, dan ketinggian 4 meter. Setra jebol ke arah barat, hanya beberapa meter dari pinggir kali di Banjar Lebah, Desa Suwug.

Bagian tanah setra yang longsor berada di pintu masuk. Akibatnya, bangunan candi bentar ikut amblas. Senderan setra juga tergerus. Untungnya, dipastikan tidak ada mayat bayi yang tergerus longsor.  “Kebetulan tidak, ada penguburan baru. Bagian setra yang amblas ini pas pintu masuk,” ujar Menurut Pamangku Prajapati Desa Pakraman Suwug, Jro Mangku Ketut Gede Rasmawan, saat ditemui NusaBali di areal Setra Alit, Jumat kemarin.

Menurut Pamangku Prajapati Desa Pakraman Suwug, Jro Mangku Ketut Gede Rasmawan, dirinya baru mengetahui setra longsor, Jumat pagi. Jro Mangku Rasmawan memperkirakan longsor di setra terjadi saat sipeng (pelaksanaan Catur Brata Penyepuan Tahun Baru Saka 1941), Kamis lalu. “Saya baru tahu kejadian ini tadi pagi (kemarin) pas saat sembahyang di Pura Prajapati pukul 08.00 Wita,” kata Jro Mangku Rasmawan.

Jro Mangku Rasmawan menyatakan, pihaknya akan berembuk untuk memperbaiki Setra Alit. Sebelum diperbaiki nanti, lebih dulu akan digelar upacara mecaru ngeruak. “Kami akan rembuk dulu. Ini barusan saya lapor sama kelian desanya,” tandas Jro Mangku Rasmawan.

Sementara itu, akses jalan dua desa bertetangga di Kecamatan Sawan, Buleleng, yakni Desa Sudaji dan Desa Sawan tertutup material senderan yang longsor setinggi 7 meter dengan lebar 30 meter. Senderan longsor Kamis pagi. Upaya pembersihan material, Jumat kemarin, belum membuahkan hasil, karena tumpukan material cukup tinggi. Buat sementara, warga dari dua desa bertetangga ini harus melewati jalan subak sebagai jalur alternatif.

Senderan yang ambruk menutup ruas jalan ini berada di perbatasan Dusun Kubukili dan Dusun Desa, Desa Sudaji. Ruas jalan yang tertutup longsor ini merupakan jalan kabupaten yang menghubungkan Desa Sudaji dan Desa Sawan. Senderan yang ambruk ini milik keluarga Made Pepek, 87. Senderan yang dibangun sekitar 3 tahun lalu itu ambruk saat hujan lebat pas Nyepi Tahun Baru Saka 1941, Kamis pagi pukul 06.30 Wita.

Longsor senderan ini bukan hanya menimbun badan jalan, namun juga menggerus bangunan rumah kayu yang baru direnovasi milik keluarga Made Pepek. Bangunan rumah tersebut ambruk ke jalan raya. Untungnya, tidak ada korban jiwa maupun terluka dalam bencana ini, karena bangunan rumah yang ambruk tersebut sedang tanpa penghuni saat kejadian.

Pantauan NusaBali, Jumat pagi, warga setempat berupaya pembersihan material longsoran. Upaya pembersihan ini dikoordinasikan langsung Camat Sawan, I Gusti Ngurah Suradnyana. Hanya saja, upaya evakuasi belum membuahkan hasil karena tumpukan material cukup tinggi. Selain itu, warga kesulitan membuang metarial longsor karena lokasinya bersebelahan dengan aliran sungai.

Pihak Kecamatan Dawan sudah berkoordinasi dengan BPBD Buleleng untuk bisa mengerahkan alat berat ke lokasi longsor. “Untuk sementara, kita buatkan jalan setapak dulu, agar bisa dilewati pejalan kaki. Setelah ini, mudah-mudahan BPBD bisa membawa alat beratnya ke sini,” terang Camat Sawan, IGN Suradnyana, di lokasi bencana, Jumat kemarin.

Di sisi lain, pemilik senderan yang ambruk, Made Pepek, mengaku melihat langsung peristiwa longsor tersebut, Kamis pagi. Saat itu, seperti biasa tiap pagi Made Pepek selalu menengok ternak ayam dan tanaman yang ada di atas senderan. Setelah berada di lahan atas, dia melihat senderan ambruk.

“Tiyang uling meduur ningalin, nak be jejeh memberiuk sekebedik. Ne terakhir umah kayune di bucu milu meberiuk (Saya lihat dari atas, agak takut juga, karena amblasnya senderan perlahan. Terkahir, rumah kayu di ujung ikut ambla, Red),” kenang Made Pepek.

Sementara, BPBD Buleleng bukan hanya sibuk harus menangani bencana longsor di kawasan Buleleng Timur dan Buleleng Tengah, namun juga petaka pohon tumbang di Jalur Utama Singaraja-Seririt (Buleleng Barat). Setidaknya ada dua pohon perindang jalan yang tumbang saat Nyepi, Kamis pagi, maisng-masing di ruas jalan wilayah Desa Tukadmungga (Kecamatan Buleleng) dan Desa Temukus (Kecamatan Banjar).

Menurut Sekretaris BPBD Buleleng, Ketut Susila, pohon tumbang tersebut terpaksa ditangani hari itu juga (saat Nyepi), karena terjadi di Jalur Vital Singaraja-Seririt. “Penanganan pohon tumbang ini sedikit mengganggu kekusyukan Nyepi. Tapi, karena itu akses vital, ada ambulans yang bergerak saat Nyepi, sehingga kami kerahkan Tim Reaksi Cepat (TRC) menanganinya,” ungkap Ketut Susila di Singaraja, Jumat kemarin.

Susila menyebutkan, hingga Kamis sore pihaknya mendapat laporan ada 18 titik bencana di empat kecamatan yang terjadi akibat hujan sejak malam Pangrupukan Nyepi. “Sudah ditangani oleh tim kami sejak Nyepi, dibantu masyarakat setempat. Selanjutnya, tinggal normalisasi untuk titik bencana yang kondisinya lebih parah,” jelas Susila. *k23,k19

Komentar