nusabali

Bupati Mas Sumatri Harapkan Catur Brata Penyepian Berjalan Khidmat

  • www.nusabali.com-bupati-mas-sumatri-harapkan-catur-brata-penyepian-berjalan-khidmat

Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri dan Wakil Bupati I Wayan Artha Dipa mengucapkan Selamat Hari Nyepi, Tahun Caka 1941, kepada umat sedharma.

AMLAPURA, NusaBali

Perayaan Nyepi pada Wraspati Wage Matal, Kamis (7/3). Harapannya, umat dapat merayakan Nyepi dengan berpegang teguh pada amanat Catur Brata Nyepi.

Sehubungan perayaan berdekatan dengan puncak pesta demokrasi Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 17 April 2019, agar bersama-sama menjaga stabilitas dan kondusifitas daerah. “Nyepi ini bermakna hening, sepi, dan damai. Damai di hati, damai di semesta dan damai di akhirat. Sedapat mungkin agar tercipta kedamaian di tiga dunia,” jelas Bupati Mas Sumatri, didampingi Wakil Bupati Artha Dipa di Amlapura, Minggu (3/3).

Cara untuk menghayati, mengamalkan dan mengimplementasikan makna Nyepi, melalui amanat Catur Brata panyepian, yakni amati gni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak melakukan aktivitas), amati lelungan (bepergian) dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang).

Pada prinsipnya, saat Nyepi, panca indria dikendalikan dengan kekuatan manah dan budhi. Meredakan nafsu indria dapat menumbuhkan kebahagiaan yang dinamis sehingga kelak mampu meningkatkan kualitas hidup. Biasanya umat Hindu yang memiliki kekuatan spiritual khusus, melakukan yoga brata semadhi pada saat Nyepi, dan disertai melakukan puasa.

Nyepi yang benar-benar spiritual yaitu dengan melakukan, upawasa, mona, dhyana dan arcana. Upawasa artinya melakukan puasa 24 jam, dhyana melakukan pemusatan pikiran, arcana melakukan persembahyangan.

Bupati Mas Sumatri mengajak umat sedharma bersama-sama membangun kesadaran diri, untuk menjaga dan menjiwai Catur Brata panyepian tersebut. “Itulah salah satu petunjuk dharma, yang selalu mengajarkan ke jalan yang benar,” katanya.

Wakil Bupati Artha Dipa mengatakan, perayaan Nyepi, merupakan peringatan tahun baru caka. Hari raya itu dirayakan dengan cara, tidak bepergian seharian, tidak keluar rumah, tidak beraktivitas dan tidak bersenang-senang. “Tujuannya, agar suntuk merayakan Nyepi dengan mengendalikan segala musuh-musuh (ripu) yang ada dalam diri,” katanya.

Nyepi juga katanya sebagai sarana Mulatsarira (introspeksi diri) selama 24 jam. Nyepi digelar, setelah sebelumnya diawali upacara melasti ke laut, untuk menyucikan seluruh pralingga dan pratima Ida Bhatara sebelum puncak Karya Tawur Tabuh Gentuh. Selanjutnya, sehari sebelumnya Nyepi menggelar upacara pangerupukan yang bertujuan mempersembahkan nasi tawur untuk menyomiakan (menetralisir) kekuatan bhuta kala. Setelah somya maka, semesta jadi damai dan hening, sehingga berlanjut merayakan Nyepi.*k16

Komentar