nusabali

Desa Sulahan Selalu Punya Wakil di Legislatif

  • www.nusabali.com-desa-sulahan-selalu-punya-wakil-di-legislatif

Memiliki Pemilih Banyak, Desa Kayubihi Tidak Pernah Bisa Loloskan Caleg

BANGLI, NusaBali

Desa Sulahan, Kecamatan Susut, Bangli termasuk salah satu kawasan di Gumi Sejuk yang selalu punya wakil rakyat dari kampung sendiri di kursi legislatif sejak era Reformasi 1999. Sebaliknya, Desa Kayubihi, Kecamatan Bangli menjadi kawasan dengan jumlah pemilih banyak yang selalu gagal meloloskan calegnya ke kursi legislatif.

Berdasarkan data di KPU, Desa Sulahan menempati peringkat lima jumlah pemilih terbanyak di Kabupaten Bangli untuk tarung Pileg 2019, yakni mencapai 6.607 orang. Sedangkan posisi 4 besar urusan jumlah pemilih terbanyak di Bangli, masing-masing Desa Peninjoan (Kecamatan Tembuku/dengan pemilih mencapai 7.570 orang), Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli/7.069 orang), Desa Songan B (Kecamatan Kintamani/6.963 orang), dan Desa Yangapi (Kecamat Tembuku/6.840 orang).

Sementara 10 desa berikutnya dengan jumlah pemilih terbanyak di bawah Desa Sulahan, masing-masing Kelurahan Cempaga (Kecamatan Bangli/pemilih mencapai    6.499 orang), Desa Jehem (Kecamatan Tembuku/6.106 orang), Desa Tiga (Kecamatan Susut/5.632 orang), Desa Abuan (Kecamatan Susut/5.475 orang), Desa Tamanbali (Kecamatan Bangli/5.286 orang), Desa Songan A (Kecamatan Kintamani/4.933 orang), Desa Batur Selatan (Kecamatan Kintamani/4.792 orang), Kelurahan Bebalang (Kecamatan Bangli/4.428 orang), Desa Sukawana (Kecamatan Kintamani/4.406 orang), dan Desa Kayubihi (Kecamatan Bangli/4.372 orang).

Dengan jumlah pemilih cukup banyak, Desa Sulahan terbilang sukses dalam setiap Pemilu pasca Reformasi 1999. Sebab, desa ini nyaris selalu punya wakil dari kampung sendiri di kursi DPRD Bangli. Dalam Pileg 2009, misalnya, ada 3 caleg dari Desa Sulahan yang tembus kursi DPRD Bangli 2009-2014.

Mereka masing-masing I Nyoman Budi Utama (Fraksi PDIP), Ni Kembar (Fraksi PDIP), dan I Wayan Sudiantara (Fraksi Demokrat). Sedangkan dalam Pileg 2014, Nyoman Budi Utama bahkan lolos ke kursi DPRD Bali dari Fraksi PDIP Dapil Bangli periopde 2014-2019. Sedangkan Ni Kembar digantikan anaknya, Satria Yudha, ke kursi DPRD Bangli dari Fraksi PDIP Dapil Susut periode 2014-2019. Selain Satria Yudha, caleg dari Desa Sulahan yang juga lolos ke DPRD Bangli 2014-2019 adalah Ketut Sajiboga (Fraksi Golkar).

Uniknya, 3 dari 8 caleg dari Desa Sulahan untuk kursi DPRD Bangli dalam Pileg 2019 ini naik kendaraan Partai Demokrat yang ketiganya asal sebanjar di Banjar Tanggahan Peken. Mereka adalah I Wayan Sudiantara, Ni Nengah Sudiani, dan Ni Wayan Ariani.

Secara keseluruhan, ada 6 caleg asal Banjar Tanggahan Peken, Desa Sulahan, di Pileg 2019. Selain trio politisi Demokrat tadi, 3 caleg asal Banjar Tanggahan pekan lainnya masing-masing Satria Yudha (PDIP), I Nengah Sutapa (NasDem), dan  Nyoman Budi Utama PDIP).

Sebaliknya, Desa Kayubihi termasuk kawasan di Kabupaten Bangli dengan jumlah pemilih banyak, namun selalu gagal meloloskan calegnya ke kursi legislatif. Sejak Pemilu pertama era Reformasi 1999, belum pernah ada satu pun caleg dari Desa Kayubihi yang lolos ke kursi Dewan.

Dalam tarung Pileg 2014, misalnya, ada dua caleg dari Desa Kayubihi yang tarung berebut kursi DPRD Bangli, namun gagal lolos ke Dewan. Mereka masing-masing I Ketut Guna (dari PDIP Dapil Kecamatan Bangli-Tembuku) dangan I Wayan Suganda (dari Gerindra Dapil Kecamatan Bangli-Tembuku). Kala itu, Ketut Guna gagal lolos dengan raihan suara sebetulnya cukup besatr, yakni 2.555 suara. Sementara I Wayan Suganda kala itu hanya memperoleh 611 suara.

Sedangkan untuk tarung Pileg 2019, ada 3 caleg asal Desa Kayubihi yang tarung berebut kursui DPRD Bali. Mereka adalah I Wayan Merta Sueja (PDIP), I Ketut Guna (NasDem), dan I Wayan Budiarta (PKPI). Mereka akan memperebutkan 4.372 suara pemilih yang ada di Desa Kayubihi, selain juga suara pemilih di desa-desa tetangganya.

Kepala Desa (Perbekel) Kayubihi, I Ketut Widiana, banyak faktor penyebab kenapa caleg dari desanya selalu gagal lolos ke kursi legislatif. Ketut Widiana mencontohkan kegagalan Ketut Guna dan Wayan Suganda di Pileg 2014 lalu. Selain karena masalah internal, faktor eksternal juga ikut berpengaruh saat itu.

Menurut Widiana, untuk faktor internal mungkin karena ketokohanya masih kurang. Sedangkan faktor eksternalnya, mereka kurang mampu bersaing dengan caleg yang lain. Selain itu, bergabungnya Kecamatan Bangli dan Kecamatan Tembuku fdalam satu Dapil di Pileg 2014, juga ikut menentukan kegagalam Ketut Guna dan Weayan Suganda.

“Buktinya, ada caleg asal kawatan Kecamatan Tembuku justru mendapat suara cukup signifikan di Desa Kayubihi,” ungkap Widiana kepada NusaBali di Bangli, beberapa hari lalu. “Saya cukup kecewa juga, Desa Kayubihi tak pernah punya wakil di DPRD Bangli, padahal memiliki jumlah pemilih cukup banyak,” lanjut Widiana.

Dalam tarung Pileg 2019, Kecamatan Bangli dan Kecamatan Tembuku sudah dipecah menjadi Dapil berbeda. Nah, dengan adanya perubahan Dapil yang memisahkan Kecamatan Bangli dan Kecamatan Tembuku ini, Widiana melihat kian terbuka peluang caleg dari desanya tembus kursi Dewan. Dia berharap salah sati dari 3 calegnya bisa tembus kursui DPRD Bangli 2019-2024. “Harapan kami, tentu nanti  ada keterwakilan dari Desa Kayubihi di DPRD Bangli,” harap Widiana. *es

Komentar