nusabali

Desa Pakraman Beratan Samayaji Siap Kembangkan Desa Wisata

  • www.nusabali.com-desa-pakraman-beratan-samayaji-siap-kembangkan-desa-wisata

Desa Pakraman Beratan Samayaji di Kelurahan Beratan, Kecamatan/Kabupaten Buleleng selain merupakan sentra kerajinan tenun songket dan perak serta emas, juga memiliki keunikan rumah tua tinggalan leluhur krama Pande.

SINGARAJA, NusaBali

Hanya saja sejauh ini di tengah perkembangan zaman, rumah tua yang diperkirakan berumur ratusan tahun itu masih tersisa lima unit saja. Keberadaan rumah tua itu digadang-gadang akan dimanfaatkan untuk daya tarik desa wisata.

Kelian Desa Pakraman Beratan Samayaji, Ketut Beny Dirgariawan, ditemui Kamis (27/2) kemarin mengatakan keberadaan rumah tua yang masih dipertahankan kramanya memiliki desain cukup unik. Rata-rata dari rumah tua yang masih bisa ditemui di keluarga Ketut Dibya sebanyak dua unit, keluarga Made Adi Wirawan, Kedek Bery Supartika dan Made Yastina dibangun bersebelahan dengan sanggah jajaran. Posisi siku-siku pertemuan tembok Utara dan Barat akan menjorok ke areal sanggah jajaran atau merajan keluarga.

“Rata-rata memang sebagian bangunan rumah menonjol ke dalam parahyangan, filosofinya kami kurang tahu betul, memang sudah sangat tua, masa kakek saya sudah mewarisi seperti ini,” kata Beny.

Selain itu kekhasannya snagat terlihat dari segi ukuran khas gaya Buleleng yang menghias tembok depan rumah yang terbuat dari tanah mentah. Di dalam bangunan rumah juga terdapat sejulah tiang kayu yang sangat kokoh yang menyangga atap. Sehingga atap rumah tak lagsung bersentuhan dengan tembok.

Konon rumah tua yang berukiran khas gaya Buleleng itu tak terlepas dari kejayaan krama Beratan Samayaji sebagai perajin songket maupun berhiasan dan tempat sarana upacara termasuk senjata kerajaan yang memiliki kekayaan melimpah. Hanya saja tak ada data pasti terkait kapan dibangun pertama kali oleh leluhur mereka. Bahkan sebagian besar rumah tua yang dimiliki krama Beratan Samayaji sudah rusak dan roboh, sehingga direnovasi dan dibangun bangunan rumah baru dengan desain kekinian.

“Kami sedang merancang menjadi desa wisata, karena kami punya kekayaan budaya baik rumah tua, termasuk upaya pelestarian kerajinan songket, perak serta bokor disini. Jika ini jalan nanti rumah tua dijadikan semacam homestay menyasar tamu-tamu Eropa yang memang mencari wisata sejarah dan budaya,” imbuh Beny yang didampingi tokoh masyarakat Ngurah Wedana, Kaling Beratan, Ngurah Suharta dan Lurah Beratan Ni Nyoman Widani.

Sementara itu sejauh ini, sebagain besar rumah tua yang masih berdiri tegak tidak lagi dihuni oleh krama setempat. Rumah tua sebagian hanya dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan benda keluarga. Menurut Ketut Dibya salah satu keluarga yang masih mempertahankan rumah tua, mengaku sayang untuk merobohkan rumah tua warisan leluhurnya, karena menyimpan banyak kenangan dan sejarah. “Kami lihat sejarahnya, sayang juga kalau dirobohkan atau diganti baru, ya kami biarkan seperti itu saja karena yang masih punya rumah tua disini sekarang sangat sedikit. Kemarin juga banyak yang nawar pintu dan bagian lainnya karena sudah sangat tua, tapi tidak kami jual,” ungkap dia. *k23

Komentar