nusabali

ST Taman Amreta Pertanyakan soal Penilaian Ogoh-ogoh

  • www.nusabali.com-st-taman-amreta-pertanyakan-soal-penilaian-ogoh-ogoh

Seleksi Ogoh-ogoh di Kabupaten Jembrana 

NEGARA, NusaBali
Perwakilan anggota Sekaa Teruna (ST) Taman Amreta, Banjar Adat Taman Amreta, Lingkungan/Kelurahan Baler Bale Agung, Kecamatan Negara, Jembrana, mendatangi kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jembrana, Kamis (21/2) sore. Kedatangan empat orang pemuda dengan berpakaian adat Bali, ini mempertanyakan hasil seleksi ogoh-ogoh di Kecamatan Negara, yang mengambil 2 ogoh-ogoh di satu wilayah yang sama dari 3 ogoh-ogoh terpilih.

Sebelum mendatangi kantor Disparbud Jembrana, STT Taman Amreta yang ikut dalam seleksi ogoh-ogoh mewakili Kelurahan Baler Bale Agung, ini sempat menuangkan kekecewaan mereka dengan memasang spanduk di banjar setempat, Rabu (20/2). Namun spanduk berisi tulisan ‘ogoh-ogoh ini tidak disertakan lomba di kabupaten!! #kalah bo biasa! Jerih sing taen (kalah sudah biasa! Tidak pernah takut)”, dan juga sempat diposting akun Instagram, infojembrana, itu sudah langsung dicabut Rabu malam. Postingan di Instagram pun sudah dihapus.

“Kecewa memang kecewa sampai teman-teman masang begitu. Tetapi karena sadar, tidak elegan kalau pakai cara seperti itu, akhirnya ya kami cabut kemarin malam. Dan hari ini (kemarin), untuk memperjelas bagaimana seleksi ogoh-ogoh di Kecamatan Negara, kami datang ke sini (Disparbud). Kami harapkan ada penjelasan lebih lanjut, sehingga bisa kami sampaikan ke teman-teman,” ujar anggota ST Taman Amreta I Ketut Okta Mesada, 24, yang juga koordinator pembuatan ogoh-ogoh di ST Taman Amreta.

Menurut Okta Mesada, dalam hasil seleksi mencari 3 ogoh-ogoh terbaik di Kecamatan Negara, ogoh-ogoh karya ST Taman Amreta, masuk dalam ranking 4. Yang membuat kecewa, bagaimana dari 3 ogoh-ogoh yang terpilih di Kecamatan Negara, 2 di antaranya ogoh-ogoh di Kelurahan Banjar Tengah. Padahal dari sisi karya salah satu ogoh-ogoh yang terpilih itu, bersaing dengan hasil karya ogoh-ogoh garapan ST Taman Amreta. “Kalau dari sisi bahan, tidak boleh pakai styrofoam, dan ogoh-ogoh di sana bisa berputar, kami juga sama,” ucapnya didampingi tiga orang rekannya, saat menunggu diterima pejabat terkait di kantor Disparbud Jembrana.

Selain itu, sambung Okta Mesada, sejak ada lomba ogoh-ogoh Kabupaten Jembrana mulai tahun 2016, selalu disertakan ogoh-ogoh dari Kelurahan Baler Bale Agung. Termasuk tahun 2018 lalu, terpilih ogoh-ogoh garapan mereka, dan disediakan jatah 4 ogoh-ogoh di Kecamatan Negara yang mengikuti lomba di tingkat kabupaten. “ST yang lain di Baler Bale Agung, sebenarnya juga kecewa tidak ada perwakilan dari Baler Bale Agung. Waktu ditunjuk kelurahan untuk mengikuti seleksi lomba yang diadakan kabupaten ini, sebenarnya kami juga sudah rela tidak ikut lomba ogoh-ogoh yang juga diadakan di kelurahan,” ungkap pemuda yang bekerja sebagai sopir travel di Denpasar ini.

Kedatangan perwakilan anggota ST Taman Amreta, itu diterima oleh Kabid Kebudayaan Disparbud Jembrana I Putu Sutardi. Sutardi yang masuk sebagai anggota tim penilai, menjelaskan proses seleksi ogoh-ogoh di 12 desa/kelurahan se-Kecamatan Negara yang telah dilaksanakan pada Selasa (19/2) lalu. Menurutnya dari hasil penilaian ogoh-ogoh se-Kecamatan Negara itu, tim penilai yang terdiri dari tujuh orang anggota melibatkan dari internal Disparbud, tokoh seni, termasuk dari pihak Sabha Yowana Kabupaten Jembrana, mendapatkan hasil 3 ogoh-ogoh terbaik. “Tiap-tiap anggota tim penilai, memiliki penilaian masing-masing. Setelah semua dinilai, penilaian masing-masing tim kami rangkum, dan terpilih 3 besar.  Sedangkan ogoh-ogoh karya adik-adik ini masuk 4 besar,” ujarnya.

Menurut Sutardi, dalam melakukan penilaian, tim juga memiliki acuan. Di antaranya, ogoh-ogoh sudah rampung 95 persen, bahan, proporsional bentuk ogoh-ogoh, dan berbagai kriteria lainnya. Tidak semata-mata hanya melihat, apakah ogoh-ogoh yang masuk nominasi bisa berputar atau tidak.

“Kami objektif melakukan penilaian sesuai kriteria-kriteria yang sudah ditentukan, dan kriteria-kriteria penilai itu juga sudah diumumkan sebelumnya. Kalau merasa ogoh-ogoh adik-adik lebih baik, silakan bandingkan dengan 3 ogoh-ogoh yang masuk nominasi di Kecamatan Negara,” kata Sutardi.

Dalam rangkuman penilaian di Kecamatan Negara itu, diakuinya memang ada 2 ogoh-ogoh dari satu kelurahan yang masuk nominasi 3 besar. Dari hasil koordinasi ke masing-masing ST itu, mereka pun sam-sama menyatakan siap mengikuti perlombaan di Catus Pata Kabupaten Jembrana, saat pangerupukan atau sehari sebelum Nyepi, Rabu (6/3) nanti. “Kalau misalkan yang di antara 3 besar ada yang menyatakan tidak siap tampil, ya kita koordinasikan dengan nominator berikutnya,” imbuhnya.

Sementara terkait empat ogoh-ogoh dari Kecamatan Negara yang diikutkan lomba tahun lalu. Menurutnya, tambahan 1 jatah ogoh-ogoh di Kecamatan Negara, itu tidak lain karena jatah kepesertaan ogoh-ogoh yang tidak terpenuhi di kecamatan lain. Di mana waktu itu, hanya ada 1 ST yang menyatakan siap tampil dari Kecamatan Pekutatan, sehingga 2 jatah peserta lainnya, masing-masing dialihkan ke Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana. “Sekarang ini, penilaian ogoh-ogoh juga masih berlangsung. Sore ini (kemarin) di Kecamatan Mendoyo, dan besok terakhir di Kecamatan Pekutatan. Jadi semua belum final. Kalau nanti ternyata di Mendoyo dan Pekutatan tidak ada masuk ranking atau tidak terpenuhi yang siap tampil, ya bisa dialihkan ke kecamatan lain,” ujarnya.

Setelah diberikan penjelasan, Okta Mesada bersama teman-temannya mengaku puas, dan menyatakan akan memberikan penjelasan tersebut kepada rekan-rekan di ST-nya. “Nanti akan kami jelaskan. Intinya saya memang ingin penjelasan, karena banyak teman-teman yang kecewa, dan menunggu hasil final nanti,” ujarnya. *ode

Komentar