nusabali

Jukung Tradisional Terancam Punah

  • www.nusabali.com-jukung-tradisional-terancam-punah

Padahal jukung fiber, jika dihempas gelombang pasang bisa langsung tenggelam.

SEMARAPURA, NusaBali
Jukung (perahu tradisional,Red) berbahan kayu di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung, terancam punah. Karena sejumlah nelayan kini lebih beralih menggunakan jukung berbahan fiber untuk berburu ikan sejak 2013.

Seorang perajin jukung berbahan kayu di Desa Kusamba, I Ketut Sendi mengatakan, sebelum usaha pembuat jukung fiber merambah ke bumi serombotan, para perajin jukung tradisional di Desa Kusamba hampir setiap bulan menerima pesanan pembuatan jukung tradisional berbahan baku kayu. Setidaknya setiap bulan masuk dua sampai tiga jukung. Semenjak ada usaha sampan atau jukung fiber, order makin sepi. “Kini yang datang hanya untuk servis saja, jukung ini pun saya buat untuk pribadi,” ujarnya, Jumat (13/4).

Sendi juga menggeluti jasa angkut di Pelabuhan Banjar Segara, Desa Kusamba. Ia menyebutkan,  nelayan kini lebih memilih sampan fiber. Sebab, lebih praktis, bahkan pengerjaannya hanya membutuhkan waktu dua minggu. Perawatannya pun tidak terlalu rumit, tinggal sekali cat. Kalau jukung tradisional, setiap enam bulan sekali mesti dicat ulang. “Dari segi kekuatan fiber lebih tahan lama,” terangnya.

Meskipun demikian, kata dia, jukung fiber punya kelemahan, kalau dihempas gelombang pasang bisa langsung tenggelam. Jika jukung tradisional masih bisa mengapung. Karena mudah tenggelam inilah banyak jukung fiber diisi gabus supaya tidak langsung tenggelam. “Namun hal itu juga sulit ditarik ke daratan,” ujarnya.

Kata Sendi, bahan baku kayu waru untuk membuat jukung sangat sulit diperoleh. Terutama kayu yang berbentuk bengkok, apalagi harga kayu juga mahal. Harga per pohon bisa Rp 6 juta. Untuk selisihnya tidak terlalu jauh, jukung fiber kisaran Rp 15 juta/buah sedangkan jukung tradisional Rp 11 juta/buah. “Harga ini belum termasuk mesin tempel,” sebutnya. 7 w

Komentar